Wednesday, April 30, 2008

Rafting untuk Refreshing


Sehari-hari berkutat dengan pekerjaan, tentu membuat para pekerja kelelahan. Untuk itu, otak dan juga seluruh anggota tubuh perlu istirahat. Tubuh manusia bisa kembali segar dengan tidur yang cukup dan berkualitas. Adapun otak, memerlukan refreshing khusus agar bisa kembali bekerja maksimal.

Oleh karena itu, memanfaatkan hari libur Sabtu (26/4), Divisi Produksi PT Pena Pundi Aksara yang dipimpin direkturnya, Ahmad Budianto, mengadakan perjalanan refreshing ke Citarik, Sukabumi. "Kami ingin refreshing yang menantang," ujar Budi menanggapi pemilihan arung jeram (rafting) di Sungai Citarik sebagai bahan liburan.

Karena banyak yang bertempat tinggal jauh dari kantor Pena, para calon peserta rafting pun rela menginap di kantor demi keberangkatan yang tepat waktu. Hasilnya, pukul 07.00 semua sudah berkumpul di kantor Pena.

Setelah bercengkerama seperlunya, sejumlah 13 orang anggota Divisi Produksi plus 3 orang 'penggembir'a dari divisi lain pun masuk ke Grand Max dan Daihatsu Terios yang akan membawa mereka menuju Citarik. Demi kenyamanan perjalanan, Grand Max pun dibelokkan dulu ke supermarket AlfaMidi untuk membeli makanan ringan.

Karena hari libur, jalanan di Jakarta cukup lancar. Tetapi, saat memasuki wilayah Depok, laju kendaraan tampak tersendat. Apalagi ketika melintasi jalanan Bogor, kendaraan nyaris tak bergerak. Mungkin semua orang Jakarta memang memprioritaskan liburan ke luar kota untuk weekend. Hal itu makin kentara dengan banyaknya kendaraan berplat nomor ibukota yang "menguasai" hampir sepanjang jalan.


Meski sempat tersendat, tapi rombongan bisa datang tepat waktu di Citarik karena memang sudah sejak pagi hari berangkat dari Jakarta. Dijadwalkan melakukan rafting pukul 14.00, registrasi langsung dilakukan setiba di resepsionis ArusLiar--salah satu provider yang menyediakan layanan tantangan arung jeram--meski saat itu baru pukul 12.00.

Ketika petugas dari ArusLiar menawarkan apakah rafting akan dilakukan sesuai jadwal atau diajukan, rombongan pun serentak menjawab diajukan saja. Hal itu dilakukan agar ketika persiapan pulang nanti tidak terlalu larut.

Setelah kesepakatan itu, rombongan pun langsung mempersiapkan diri. Sesuai imbauan yang dikirimkan melalui faksimile sebelumnya, peserta kebanyakan mengenakan kaos lengan panjang, celana gantung dan sandal gunung atau sepatu karet.

Rombongan lalu menuju ke tempat peralatan standar yang sudah disediakan ArusLiar. Helm, pelampung, dan dayung sudah banyak tersedia dan tinggal dipilih sesuai ukuran masing-masing. Di tempat itu, salah seorang instruktur dari ArusLiar memberikan briefing. Mulai dari cara memakai pelampung, cara memegang dayung, serta beberapa trik khusus menghadapi situasi tertentu yang biasa terjadi saat berarung jeram.

Selesai briefing, rombongan diangkut dua mobil bak terbuka menuju sungai bagian atas yang menjadi permulaan arung jeram. Dengan jalanan bergelombang tidak beraspal, semua tampak ceria menikmati udara segar pegunungan.

Sesampai di tempat tujuan, rombongan dipecah menjadi tiga bagian kemudian langsung menumpangi perahu masing-masing. Tiap perahu diisi tujuh orang. Jadi, bagian rombongan yang berjumlah enam orang hanya ditemani seorang pemandu. Sementara dua bagian rombongan yang diisi lima orang Pena dipandu dua orang instruktur dari ArusLiar.

Memulai petualangan arung jeram di bagian sungai yang agak tenang, tiga perahu seakan berkejaran ketika memasuki bagian arus sungai yang agak menurun. Dengan berteriak "satu, dua, tiga!" semua peserta tampak menikmati mengayunkan dayungnya di aliran sungai.

Ketika memasuki bagian sungai yang membuat perahu berguncang, peserta rombongan justru merasa makin terhibur. Teriakan kegembiraan pun makin kencang terdengar.

Sayangnya, momen-momen itu tidak dapat diabadikan melalui kamera. Hal itu karena tidak ada seorang pun anggota rombongan yang memiliki kamera tahan air. Beruntung, pihak ArusLiar menyediakan fotografer yang berdiri di pinggir sungai tak jauh dari markas mereka.

Setelah melewati setengah perjalanan arung jeram paket 8 km, peserta pun diistirahatkan sejenak tepat di markas ArusLiar, beberapa puluh meter dari tempat registrasi awal. ArusLiar telah menyediakan minuman air putih. Bagi para pecandu rokok, mereka juga diperkenankan merokok meski hanya satu batang.

Perjalanan kembali dilanjutkan setelah istirahat sekitar lima menit. Fotografer berikutnya juga sudah mengadang di tempat yang tidak terlalu jauh. Mengetahui ada fotografer dengan kamera siap jepret, semua pun bergaya dengan keinginan masing-masing. Ada yang terkesan dibuat-buat, tapi ada juga yang terkesan natural.

Arus yang dilalui arung jeram setelah istirahat terlihat lebih menantang. Hal ini terbukti dengan teriakan yang makin keras terdengar. Tentunya teriakan keceriaan yang terpancar dari semua wajah peserta.

Setelah sampai di kilometer delapan, perahu karet pun berlabuh. Raut muka seluruh peserta benar-benar tampak gembira. Apalagi ditambah dengan suguhan kopi susu plus jahe. Selain itu, ArusLiar juga menyediakan singkong rebus yang masih hangat. Untuk kembali ke markas ArusLiar, dua mobil bak terbuka lagi-lagi menjadi andalan, melewati jalanan terjal berbatu yang tak bisa ditemukan di Jakarta.

Di markas ArusLiar, sekitar pukul 14.30, peserta langsung berbilas dengan air pegunungan yang terasa begitu segar di badan. Setelah itu, semua langsung menuju
hidangan makan siang khas Sunda. Di situ ada nasi, tahu goreng, tempe goreng, ayam goreng, sayur asam, lalapan, dan pecel. Selain itu, pisang dan jus jeruk juga disiapkan sebagai bahan cuci mulut.

Di tempat makan siang, ditampilkan juga sebuah televisi dengan layar cukup lebar, memperlihatkan hasil jepretan para fotografer. Tetapi, rupanya foto-foto hasil jepretan itu tidak termasuk dalam paket rafting. Sehingga bagi yang ingin membawanya pulang, dikenakan biaya tambahan. Untuk mengambil file, satu foto dihargai Rp35.000,- rupiah. Adapun sebuah cetakan foto ukuran 4R dikenai biaya Rp.15.000,-. Melalui musyawarah, diambil tiga belas foto yang dianggap memiliki sudut bagus dan sekiranya sudah memuat seluruh peserta yang berjumlah enam belas orang.

Usai shalat jamak ta'khir, peserta pun meninggalkan markas ArusLiar. Di tengah perjalanan pulang, rombongan sempat berhenti dua kali untuk berfoto ria. Pertama di kebun karet, sedangkan yang kedua di kebun teh yang berkolaborasi dengan kebun sawit di sampingnya.

Karena sempat mampir-mampir, rombongan pun agak malam sampai kembali di Jakarta. Terios memang sudah sampai kantor sekitar pukul 22.00. Adapun Grand Max tiba di kantor hampir tengah malam karena mengantar satu per satu peserta ke rumahnya masing-masing.[]


Ruang Produksi, 29 April—2 Mei 2008