Wednesday, July 30, 2008

Restrukturisasi; Pengembangan atau Efisiensi?


Rapat kerja (raker) P.T. Pena Pundi Aksara yang diselenggarakan di Hotel Grand Cempaka menjadi titik tolak penting perubahan mendasar dalam struktur tubuh perusahaan. Raker yang digelar selama dua hari (11—12/7) itu sejatinya memiliki dua agenda utama, yaitu evaluasi kinerja perusahaan enam bulan terakhir dan revisi perencanaan kinerja enam bulan ke depan.

Akan tetapi, raker semester kedua 2008 itu menjadi begitu terkenang bagi beberapa karyawan bukan karena evaluasi dan perencanaan kerja perusahaan, melainkan karena evaluasi terhadap diri masing-masing. Hal itu tidak lain karena jabatan mereka menjadi “taruhan”. Di sela-sela rapat, diadakan juga serah-terima jabatan dan pelantikan beberapa karyawan yang menempati posisi gres.

Tidak kurang dari delapan orang karyawan harus melaksanakan tugas-tugas yang belum pernah mereka sentuh sebelumnya, terhitung sejak Senin (14/7) alias dua hari setelah raker. Separuh dari mereka bahkan menempati posisi yang benar-benar baru alias tidak ada sebelumnya. Muchaeroni, Guntur Ramadhan, Dendi Irfan, dan Imam Ghazali harus berusaha keras melaksanakan tugas-tugas baru karena ada tugas “tambahan” meraba-raba job description sendiri.

Muchaeroni menjadi staf ahli perusahaan, Guntur Ramadhan menempati pos Kabag Humas atau dalam bahasa kerennya biasa disebut PR (Public Relation), sedangkan Dendi Irfan memimpin imprint terbaru Pena yang booming setelah menerbitkan Arabic Kamasutra, Hayabina. Adapun Imam Ghazali naik pangkat menjadi Kabag Produksi.

Direktur Operasional, Arif Fahrudin, menuturkan bahwa restrukturisasi ini dilakukan berdasarkan landasan epistemologis. “Perubahan struktur perusahaan dan posisi beberapa karyawan ini dilakukan dalam semangat optimalisasi potensi SDM, bukan karena alasan politis, apalagi karena faktor like and dislike,” imbuhnya.

Arif Fahrudin mengharapkan restrukturisasi ini dapat mengembangkan potensi karyawan secara lebih maksimal. Hal ini akan terus dipantau sehingga benar-benar dapat menempatkan the right man on the right place. “Restrukturisasi ini akan terus bergulir agar SDM yang sudah baik dapat berbuat lebih baik lagi, sedang yang belum baik akan terus dipacu untuk berbuat lebih baik,” ujar direktur yang memulai karier di penerbitan sebagai editor ini. “Jadi, saya berharap tidak ada orang yang mengonotasikan restrukturisasi ini sebagai bentuk kegiatan cuci piring atau cuci kotoran,” tambahnya.

Guntur Ramadhan, salah satu karyawan yang terkena dampak restrukturisasi, menyatakan bahwa dirinya menerima restrukturisasi itu dengan lapang dada. Ia menyebut restrukturisasi ini sebagai sebuah langkah baik perusahaan dan yakin hal itu sudah dipertimbangkan dengan masak-masak. “Barangkali saya memang dipandang lebih cocok di PR. Saya hanya berharap, saya bisa lebih maksimal di pos baru ini, apalagi ini kan bentuk kepercayaan tersendiri bagi saya,” ujarnya.

Dihubungi terpisah, Dendi Irfan mengungkapkan bahwa restrukturisasi yang dilakukan di perusahaan mana pun pasti dalam rangka perbaikan. Ketika ditanya tentang visi Hayabina, Dendi menjawab, “Kami akan terbit dengan tampilan beda dan membidik segmen umum atau bahkan menerbitkan buku-buku yang juga dapat dibaca oleh kalangan nonislam.” Namun, ia menyatakan bahwa hal itu masih dalam tahap penggodokan. Di sisi lain, dirinya belum memiliki staf sama sekali. “Tetapi, hal itu bukanlah pengganjal untuk bekerja. Editing dan layout sementara ini bisa dikerjakan dengan memakai tenaga outsource atau 'pinjam' ke tim produksi buku,” katanya bersemangat.

Sementara itu, Anis Maftuhin mengaku mendapatkan tantangan berat dengan posisi barunya sebagai Manajer Pemasaran. “Di tengah melesunya serapan masyarakat terhadap buku, saya harus mampu memasarkan produk Pena minimal dua miliar per bulan,” terangnya pada acara "pelepasan" dengan seluruh staf divisi produksi, Senin (14/7).

Belakangan, Anis terlihat masih harus mondar-mandir ke kantor meski petang sudah menjelang. Menurutnya, dirinya dan anggota divisi pemasaran yang lain memang bakal mendapat bonus khusus jika bisa memenuhi target. “Namun, sebagai kompensasinya, kami juga harus rela jika kelak mendapatkan persentase lebih kecil dalam pembagian dividen perusahaan dibandingkan dengan karyawan dari divisi lain,” jelasnya ketika itu.

Selain perpindahan personal dari satu pos ke pos yang lain, strukturisasi juga menyebabkan perpindahan penanganan bagian dari satu divisi ke divisi yang lain. Dalam hal ini, bagian gudang dan distribusi yang sebelumnya berada di bawah naungan divisi pemasaran, kini menjadi tanggung jawab divisi produksi. "Hal ini karena selama belum sampai ke tangan pemesan, produk kan masih menjadi tanggungan tim produksi," terang Arif Fahrudin. Selain itu, lanjut Arif, restrukturisasi ini merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan profesionalisme kinerja bagian gudang dan distribusi.

Secara umum, Arif menyampaikan pesan kepada seluruh karyawan agar dapat melaksanakan tugas sesuai fungsinya masing-masing. Jajaran direksi harus mengedepankan kasih sayang dan fungsi mendidik dalam mendelegasikan tugas dan wewenang. "Adapun staf dan karyawan di level lebih rendah harus mengetahui dan menyadari besarnya tanggung jawab yang harus diemban pimpinan," jelasnya panjang lebar. Arif juga menukil sebuah hadits Rasulullah, "Tidaklah termasuk umatku orang yang tidak menyayangi orang yang lebih kecil atau rendah dan orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua atau atasan."[]

Ruang Produksi, 30 Juli 2008