Saturday, September 24, 2011

Kisah Pemburu Tanda Tangan

Kamis pagi-pagi mau bangun rasanya malas sekali. Mungkin masih merasakan capai setelah “roadshow” Jogja-Solo-Pekalongan-Jakarta-Jogja kurang dari lima hari. Sampai Jogja lagi Rabu pukul 03.00, paginya langsung ke perpustakaan kampus. Pantas saja malam Kamisnya tidur nyaris semalaman penuh. Bahkan, Kamis pagi terasa masih malas untuk bangun.

Namun, apa mau dikata, deadline pengumpulan syarat-syarat wisuda sudah semakin dekat, kurang dari sepekan. Padahal, masih sangat banyak yang belum dipersiapkan dengan fix: revisi tesis, pengesahan oleh para penguji dan pejabat berwenang, summary berbahasa Inggris, naskah publikasi, bahkan juga pas foto! Belum lagi urusan penjilidan tesis yang konon mengantri karena banyaknya mahasiswa yang juga mengejar wisuda 26 Oktober 2011 ini. Juga pembuatan file pdf dilengkapi bookmarks sekaligus burning CD tesis untuk diserahkan ke perpustakaan.

Di antara langkah-langkah yang harus diselesaikan itu, yang paling dianggap momok rupanya bukan revisi tesis—seperti yang ditakuti selama ini. Rupanya masih ada yang lebih layak “ditakuti”: meminta tanda tangan para penguji. Di antara empat penguji, memang ada seorang penguji yang selama ini dikenal ketat untuk sekadar memberikan tanda tangan. Konon, beliau tidak mau memberi tanda tangan jika tesis belum benar-benar berkualitas. Seorang dosen berkarakter demikian memang sudah seharusnya dimiliki universitas sekelas UGM. Mari memberikan applaus untuk beliau. Orang seperti beliau inilah yang dapat dengan ketat menjaga kualitas lulusan UGM. Namun, bagi mahasiswa seperti saya, kiranya janganlah semua dosen seperti beliau. Bisa-bisa, saya tidak akan bisa lulus.

Selain satu penguji superketat ini, tentu saja memburu tiga penguji lain dalam waktu mepet juga bukanlah sesuatu yang baik. Ya, apalagi Kamis pagi masih malas bangun, sementara tesis belum juga dicetak! Akhirnya bisa bangun meski agak siang, lalu ke Dongkelan, markas teman-teman sejurusan. Di sana melihat seorang teman yang masih tahap mencetak tesisnya. Kertas berserakan di mana-mana untuk ditata, melihat hal itu, mata rasanya berputar-putar tidak keruan. Makin pusing saja! Beberapa teman yang lain menyemangati agar saya juga langsung mencetak tesis di tempat yang sama. Namun, rasanya makin pusing.

Ah, pulang sajalah; cetak tesis di rumah! Teman-teman sepertinya meragukan, khawatir kalau saya pulang malah keasyikan online dan melupakan urusan tesis. Tidak! Saya akan langsung mencetak tesis di rumah. Benar, sampai di rumah, saya langsung nyatakan tesis siap cetak! Padahal, revisi tesis dilakukan tidak terlalu ketat. Risikonya jelas, jika diteliti lagi, para penguji bisa-bisa tidak mau tanda tangan. Tapi apa mau dikata, deadline sudah semakin dekat.

Sekitar pukul 14.30, tesis sudah selesai dicetak oleh Epson T11. Dirapikan sedikit, alhamdulillah sudah tampak cukup meyakinkan. Ya, tampak cukup meyakinkan, tentu jika dilihat dari luar. Kalau mau obrak-abrik tiap halaman, tentu tesis ini masih sangat ecek-ecek. Tak apalah, yang penting sudah menyiapkan juga ruang untuk ditandatangani dosen. Setelah itu, iseng-iseng menelpon teman yang paginya selesai mencetak itu. Rupanya belum mendapat satu tanda tangan pun, dan baru akan bertemu seorang dosen pukul 15.30!

Yap, saya ikut! Setelah beres-beres, shalat ashar di rumah, kira-kira pukul 15.10 berangkat ke kampus. Kebetulan juga si teman baru sampai di dekat gedung dosen 1. Pukul 15.24, langsung menuju ruangan dosen. Alhamdulillah, hanya basa-nasi sebentar, dosen 1 langsung membubuhkan tanda tangannya. Berikutnya, tiga dosen penguji lainnya. Sms atau telpon? Sms sajalah. Dapat! Dosen 2 siap ditemui di kampus UIN besok jam 7 pagi. Dini harinya, dosen 3 membalas sms mempersilakan kami menemui beliau di Gedung Lengkung. Bagaimana dengan dosen 4 yang dikenal superkatat itu? Nanti dululah.

Jumat pagi-pagi, meski malamnya kurang tidur karena menyempatkan diri main fustal, sudah meluncur ke UIN. Pukul 06.50 sudah sampai di UIN. Tidak sampai sepuluh menit, dosen 2 datang. Alhamdulillah juga, tanpa banyak bicara langsung mengeluarkan pulpen dan menandatangani halaman pengesahan. Masih ada waktu sekitar satu jam menuju temu janji dengan dosen 3. Bagaimana kalau coba langsung ke kantor dosen 4, siapa tahu sudah rawuh.

Pukul 07.15 sampai di ruangan dosen 4. Masih terkunci. Sms sajalah, siapa tahu sudah mau sampai di kantor. Tidak dibalas. Menunggu beberapa menit masih juga tidak ada balasan. Ya sudah, ayo ke Gedung Lengkung saja untuk “mencegat” dosen 3, takutnya telat sedikit beliau langsung mengikuti acara Reuni Akbar. Lima menit kemudian sudah sampai Gedung Lengkung. Sekitar pukul 7.45, dosen 3 belum juga tampak, malah ada sms dari dosen 4: bisa (ditemui hari ini). Kami balas: kapan? Beliau balas: sekarang!

Hah? Ini lima belas menit lagi waktu janji temu dengan dosen 3, bagaimana dong? Ya sudah, dosen 4 biasanya lebih sulit ditemui, sementara dosen 3 tampak lebih akrab dengan kami, mudah-mudahan nanti mau menerima penjelasan kami kalau kami harus ketemu dulu dengan dosen 4. Langsung balik lagi meluncur ke kantor dosen 4.

Si teman yang baru Selasa kemarin ujian mendapat giliran pertama untuk meminta tanda tangan. Setelah tesis diserahkan, benar saja, rupanya masih diteliti lagi! Bolak-balik beberapa halaman, soal-jawab, memberi beberapa masukan. Kira-kira lebih dari 10 menit pengecekan itu. Saya yang menunggu giliran berikutnya, tentu deg-degan. Memutar otak mencari-cari jawaban jika ditanya mengenai metodologi penelitian (tentang ini soalnya masih mentah banget!), kesesuaian antara rumusan masalah dan kesimpulan, serta kemungkinan pertanyaan-pertanyaan lain. Ah, pikiran benar-benar kacau! Banyak istighfar sajalah! Shalawat juga!

Tiba giliran tesis saya diserahkan. Beliau melihat halaman judul, saya jelaskan perubahan judul. Halaman berikut dibuka, pas langsung halaman pengesahan. Ajaib! Mengambil pulpen dan langsung membubuhkan tanda tangan tanpa menanyakan apa pun lagi! Alhamdulillah…!!! Si teman pun berikutnya meminta tanda tangan karena tadi setelah memberi masukan sedikit revisi belum ditandatangani.

Lega sekali rasanya sudah mendapatkan tanda tangan dosen 4 ini. Luar biasa rasanya, sepertinya saat inilah baru selesai ujian tesis. Berikutnya, kembali dosen 3, sudah pukul 8 lebih. Wah, sudah telat! Di jalan menuju Gedung Lengkung, seorang teman yang juga menunggu dosen 3 sms: Beliau belum datang. Syukurlah, tidak perlu mengebut lagi di jalanan.

Pukul 8.18, sampai lagi Gedung Lengkung. Rupanya dosen 3 belum tampak. Bertanya ke pegawai yang juga mengenal beliau, dijawab tampaknya memang belum hadir. Ya sudahlah, syukur saja kami tidak terlihat terlambat di mata dosen 3. Pukul 8.25 beliau masih belum tampak juga. Bagaimana ini? Teman: telpon sana! Saya: tidak enak ah. Tapi kelamaan, akhirnya saya beranikan sms: nuwun sewu Pak, kami sudah di Gedung Lengkung. Di tengah mengetik sms, ada tanda sms masuk; nanti dulu lah bukunya setelah mengirim sms ini. Selesai kirim sms, buka sms masuk, rupanya dari dosen 3: saya sudah di dalam ruangan acara. Wah…. Kami pun langsung bergegas naik lift menuju lantai 5.

Sebelum kami meminta maaf, beliau sudah menanyakan: sudah dari tadi ya sampai Gedung Lengkung. Ya, kami menjawab sambil menjelaskan bahwa kami menunggu di gerbang dekat BNI. Rupanya beliau tidak melalui gerbang itu. Mungkin lewat gerbang utama, mungkin juga lewat parkiran mobil di lantai dasar gedung yang dikhususkan bagi para pejabat itu. Oh iya, beliau kan termasuk pejabat ya.

Senang sekali rasanya mendapatkan tanda tangan keempat itu. Selesai juga akhirnya tesis ini disahkan oleh para penguji. Siap dimintakan tanda tangan Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana. Karena beliau juga ikut acara Reuni Akbar, kami pun meminta dengan memelas kepada staf beliau agar sebisa mungkin hari ini beliau sudah tanda tangan. Akan diusahakan, katanya, apalagi ia juga tahu bahwa deadline penyerahan syarat-syarat wisuda adalah Selasa pekan depan, sementara tesis belum dijilid (kira-kira butuh waktu dua hari) lalu diserahkan ke perpustakaan beserta softcopy dalam bentuk CD. Sang staf mempersilakan kami datang ke tempatnya lagi siangnya, barangkali sudah ditandatangani.

Sambil menunggu siang, masih ada cukup waktulah, akhirnya meluncur ke studio foto. Setelah itu pulang dulu, juga masih sempat untuk menyempatkan ke rumah teman yang mau membantu membuatkan summary, cukup menyerahkan kepadanya ringkasan tesis berbahasa Indonesia.

Usai shalat jumat, kali ini tidak tergesa-gesa seperti paginya, kami pun kembali ke Gedung Lengkung. Alhamdulilah, rupanya sudah ditandatangani Wakil Direktur SPS. Sekarang tinggal minta stempel di lantai 1, lalu siap dijilid. Alhamdulillah…. []


Jomblangan, 24 September 2011