Thursday, August 23, 2012

Pembentukan IAAI Pekalongan

Untuk kelima kalinya sejak tahun 2007, para alumni Al-Azhar di wilayah Pekalongan dan sekitarnya mengadakan pertemuan dalam rangka halal bi halal menyambut bulan fitri. Tahun ini, pertemuan digelar di Ponpes Syafi’i Akrom, Jenggot Kota Pekalongan pada hari Rabu (22/8/2012) petang.

Dijadwalkan untuk dilaksanakan pukul 18.30, acara baru bisa dimulai pada pukul 19.30 karena para peserta melaksanakan shalat isya berjamaah dahulu di musholla yang tak jauh dari tempat acara.

Sebagaimana umumnya acara reuni dan temu kangen, pertemuan ini pun lebih banyak diisi dengan ramah tamah. Hal itu wajar mengingat sebagian besar peserta sudah lama saling tak bersua dengan peserta-peserta lainnya.

Namun, pertemuan kali ini berbeda dengan empat pertemuan sebelumnya karena terdapat satu mata acara yang cukup “formal”, yaitu upaya pembentukan Ikatan Alumni Al-Azhar Internasional (IAAI) Cabang Indonesia Kantor Perwakilan Pekalongan. Merujuk pada Multaqa II IAAI Indonesia yang digelar pada 7 Juli 2012 lalu di Hotel Mandarin Orienal Jakarta, memang diharapkan muncul perwakilan-perwakilan resmi perkumpulan alumni Al-Azhar di seluruh wilayah Indonesia.

Menyambut hal itu, Yasir Maqosid yang sehari-hari beraktivitas sebagai pengasuh Ponpes Syafi’i Akrom berinisiatif mengumpulkan para alumni Al-Azhar di wilayah Pekalongan di pesantrennya untuk mengadakan halal bi halal sekaligus upaya pembentukan IAAI Kantor Perwakilan Pekalongan. Karena itu, pada pertemuan tersebut dibahas langkah-langkah yang hendak ditempuh dalam rangka menjalin silaturahmi yang lebih terarah melalui wadah IAAI.

Setelah sharing cukup alot, forum memutuskan untuk membentuk sebuah tim berlabel Tim Pembentukan IAAI Pekalongan. Para peserta juga sepakat menunjuk Agus Hidayatulloh (lulusan 2007) sebagai koordinator tim, didampingi Yasir Maqosid (2006) sebagai sekretaris dan Nurul Faizah (2010) sebagai bendahara. Untuk melengkapi keanggotaan tim ini, 5 orang lainnya didaulat sebagai anggota tim, yaitu Mubarok (1997), Ali Burhan (S1 2000 dan S2 2008), Imam Ghazali (2005), Siti Irkhamah (2007), dan Benni Kamalia (2010).

Tugas awal tim ini adalah pendataan para alumni Al-Azhar di wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Untuk memudahkan kinerja tim, istilah “Pekalongan dan sekitarnya” diterjemahkan melalui batas teritori 4 kabupaten/kota, yaitu Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Pemalang.

Dalam forum ini sempat juga dibahas mengenai pendanaan awal embrio IAAI. Selama ini, pertemuan-pertemuan halal bi halal selalu ditanggung penuh oleh tuan rumah. Para tuan rumah pertemuan selama ini selalu menolak jika membahas mengenai pendanaan. Hal yang sama juga terjadi pada pertemuan ke-5 ini. Namun, demi menuju organisasi IAAI yang lebih profesional, para peserta lalu mendesak pentingnya pembahasan pendanaan. Setelah berdebat cukup alot, diputuskan bahwa pendanaan awal Tim Pembentukan IAAI Pekalongan ditanggung oleh 8 anggota tim, tentu tanpa menutup kesempatan kepada pihak lain yang hendak berkontribusi, baik secara materi maupun imateri.

Sempat pula muncul ide-ide mengirigi upaya pembentukan IAAI Pekalongan ini. Sebut saja mengenai penerjemahan kata maktab yang secara struktural berada di bawah far’ yang melingkupi sebuah negara. Di Indonesia far’ diterjemahkan sebagai cabang, sedangkan kata maktab, sebagaimana yang didengar langsung oleh salah seorang peserta dari seorang pengurus pusat IAAI Cabang Indonesia, diterjemahkan sebagai kantor. Untuk itu, daerah-daerah yang mendirikan IAAI maka akan dinamakan sebagai IAAI Kantor tertentu (disebutkan nama daerahnya). Salah seorang peserta pertemuan lalu mengusulkan kata maktab itu tidak diterjemahkan letterlijk seperti itu, misalnya mungkin akan tampak lebih familiar diterjemahkan sebagai Kantor Perwakilan. Jika para alumni Al-Azhar di Pekalongan mendirikan IAAI maka, misalnya, nama resminya akan menjadi IAAI Kantor Perwakilan Pekalongan.

Masih banyak lagi ide-ide menarik yang muncul dalam pertemuan itu. Semua ide-ide itu lalu diinventarisasi oleh Tim 8 yang akan mengaplikasikannya secara teknis. Satu hal menarik lainnya dalam pertemuan itu, yaitu kehadiran dua orang wartawan, masing-masing satu dari Radar Pekalongan dan BatikTV. Bahkan, usai acara yang ditutup sesuai jadwal pada pukul 21.30 itu, tiga orang peserta pertemuan langsung diminta take action di depan kamera BatikTV untuk memberikan ceramah singkat untuk mengisi acara siraman rohani di televisi lokal milik Pemkot Pekalongan itu.[]

Wonoyoso, 23 Agustus 2012