Wednesday, February 06, 2013

Diklat Prajab Kemlu 2013


Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, Diklat Prajabatan (biasa disebut Prajab), merupakan kewajiban. Di mana pun instansi yang menaunginya, setiap CPNS haruslah mengikuti Prajab ini agar dapat dihilangnya C-nya, menjadi PNS. Kalau dalam dua tahun sejak diangkat CPNS tidak mengikuti Prajab, atau tidak lulus Prajab, maka ia dicoret dari daftar CPNS, alias hanguslah haknya untuk diangkat menjadi PNS.

Untung pula buat peserta Prajab Kemlu tahun 2013 (rekrutmen 2012) ini. Hal itu karena nanti mulai 1 Januari 2014, Prajab untuk setiap CPNS dilakasanakans selama 3 bulan. Sebelum itu, akan tetap sama seperti yang selama ini ada, yaitu 3 minggu.

Bagi sebagian orang, 3 minggu saja sudah cukup membuat suntuk, meski pada saat tertentu seru dan meninggalkan impres tersendiri. Lalu, bagaimana dengan 3 bulan? Wouwww...

Namun, itulah yang kiranya harus dihadapi oleh 2 orang teman kami Sekdilu Angkatan 37. Itu karena keduanya tidak bisa mengikuti Prajab bersama 57 orang lainnya. Satu karena baru saja melahirkan sesaat sebelum pembukaan Prajab, satu lagi karena belum bisa meninggalkan pekerjaan sebelumnya karena terlambat mengundurkan diri dari sana.

Dua orang teman ini pada awalnya sempat ditolak meminta izin tidak bisa mengikuti Prajab. Itu karena sesungguhnya setiap CPNS Kemlu, sebelum mengikuti Diklat Fungsional (Sekdilu buat para calon diplomat), harus mengikuti Prajab dulu. Setelah melakukan pembicaraan-pembicaraan yang cukup panjang dan konon lumayan njlimet, keduanya akhirnya diizinkan mengikuti Prajab pada periode berikutnya, mungkin tahun 2014.

Mungkin juga pada 2013 ini, jika setelah Diklat Sekdilu ada instansi di luar Kemlu yang membuka Diklat Prajab. Yang pasti, selama berlangsungnya Sekdilu sekitar 8 bulan, sampai kira-kira bulan September 2013, keduanya tidak mungkin mengikuti Prajab, meskipun instansi lain ada yang kebetulan menggelar Prajab. Itu karena Diklat Sekdilu secara ketat mengatur tingkat kehadiran pesertanya. Kira-kira totalnya maksimal 4-5 hari diperbolehkan tidak mengikuti kegiatan. Itu pun dihitung per mata ajaran. Dengan demikian, tiga minggu meninggalkan Sekdilu untuk ikut Prajab tentu tidak memungkinkan.

“Titip-menitip” peserta Prajab merupakan hal yang lumrah. Itu karena sebenarnya yang namanya CPNS ya CPNS, di mana pun di seluruh Indonesia, di mana pun instansinya. Ini sejalan dengan dijalankannya penyeragaman penomoran NIP (Nomor Induk Pegawai). Dengan demikian, tidak masalah seorang CPNS di instansi A mengikuti Prajab di instansi B, C, D, atau malah Z. Yang penting adalah ikut Prajab, toh materinya juga sama sesuai standar LAN (Lembaga Administrasi Negara).

Demikian pula dengan Prajab Kemlu 2013 ini, diikuti 81 orang. Dengan perincian 57 dari formasi PDK (calon diplomat), 13 dari formasi petugas komunikasi, 10 orang dari formasi keuangan/kerumahtanggaan. Sementara satu orang lagi, “titipan” dari BPK. Hasil rekrutmen 2012 juga, tetapi saat itu BPK langsung mengadakan Prajab pada sekitar bulan November (saat Kemlu baru masih seleksi tahap akhir), rupanya karena satu dan lain hal dia tidak bisa mengikutinya.

Prajab Kemlu dibuka pada Jumat (25/1/2013). Senin (28/1/2013) siang, seluruh peserta diajak ke Pusat Pendidikan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Kementan di Ciawi, Bogor. Selama di Ciawi, materinya dikemas melalui outbond. Melelahkan, tapi tentu menyenangkan. Sampai Kamis (31/1/2013) pagi di Ciawi, baru pada Sabtu (2/2/2013) dimulai materi yang disampaikan melalui metode ceramah dan diskusi di Pusdiklat Kemlu, Kebayoran Baru, Jakarta.

Dimulai dengan outbond di Ciawi, dilanjutkan dengan kegiatan kelas di Pusdiklat sampai dua minggu. Suasana yang jauh berbeda. Outbond tentu identik dengan senang-senang dan seru-seruan. Sementara kegiatan kelas, lebih dekat ke: jemu, ngantuk, bahkan tidur! Tapi tunggu dulu. Memang ada beberapa momen yang membuat sebagian peserta menguap atau terlihat memejamkan (atau terpejam?) matanya.

Namun, bukan Sekdilu 37 kalau sampai seharian diam saja (ketiduran). Ada banyak cara untuk membuat suasana tidak semakin membosankan. Ledek-ledakan, jodoh-jodohan, atau memanggil teman tiba-tiba tanpa ada kepentingan apa pun bisa jadi alternatif. Namun, yang paling sering adalah “mementingkan packaging daripada isi”. Ya! Ini pula yang rupanya mengesankan bagi sebagian widyaiswara. Setidaknya begitu pengakuan sebagian widyaiswara.

Saat diskusi kelompok, terutama ketika ada pertanyaan yang sama untuk 4-5 kelompok yang ada di kelas, tentu jawabannya mestinya sama, atau mirip-mirip lah. Untuk mengatasi hal itu, saat jawaban sama, maka penampilan atau packaging-nya tentu harus beda. Biar tidak dibilang nyontek, biar meramaikan kelas, dan biar ada yang beda. Be creative! Memang itu satu di antara empat pesan penting yang harus diingat Sekdilu.[]

Auditorium, 20 Feb 2013