Friday, June 01, 2007

Upayakan Damai Palestina-Israel, Mesir Merasa Sendirian

Selasa (29/5) lalu, Menteri Luar Negeri Mesir Ahmad Abul Ghait mengirimkan surat kepada peserta pertemuan Berlin. Pertemuan yang diikuti delegasi dari Uni Eropa, Rusia, Amerika Serikat dan PBB itu sejatinya memang untuk membahas perdamaian dunia, terutama perkembangan Israel-Palestina yang selalu bergolak.

Atas pertemuan 4 blok berpengaruh itu, melalui surat resmi, Abul Ghait berharap pertemuan dapat menghasilkan keputusan untuk menghentikan keganasan Israel yang terus menyerang Palestina secara membabi-buta.

Sayangnya, apa yang diharapkan Mesir itu jauh dari kenyataan. Kamis (31/5) lalu, pertemuan Berlin diakhiri dan menghasilkan keputusan yang kemudian sangat disesalkan Mesir.

Mesir menyayangkan sikap 4 blok itu dan menyebutnya sebagai "keputusan yang tidak berimbang". Dalam siaran pers yang disampaikan juru bicara Depertemen Luar Negeri Mesir Ala Al-Hadidi, keputusan itu justru menghambat upaya Mesir dalam mendamaikan Palestina-Israel. Mesir juga mempertanyakan rasa netralitas, tanggung jawab dan kepekaan peserta pertemuan Berlin.

Dalam keputusan akhir pertemuan di Berlin itu, disebutkan permintaan kepada Palestina untuk menghentikan serangan bom bunuh diri. Sementara di sisi lain hanya meminta Israel untuk mengurangi serangan terhadap warga sipil Palestina.

Keputusan ini dinilai Cairo justru hanya menjustifikasi serangan-serangan yang dilakukan Israel selama ini, sekaligus memberi lampu hijau kepada Israel untuk meneruskan invasi militer yang diklaim hanya sekadar sebagai "serangan balasan".

Mesir juga merasa tidak habis pikir apakah serangan Israel yang menewaskan beberapa anggota perlemen dan kabinet Palestina tidak menjadi pemikiran tersendiri bagi pertemuan Berlin. Hal ini, menjadikan Mesir merasa sendirian dalam upaya mendamaikan Paletina-Israel.

Meski demikian, pihaknya menyambut baik poin lainnya dalam keputusan Berlin, dimana menyebutkan akan adanya upaya keras dari pihak terkait untuk mempertemukan Presiden Palestina Mahmud Abbas dan PM Israel Ehud Olmert.

Sebagaimana disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri Jerman, menyatakan bahwa dalam bulan Juni ini pihaknya akan mengupayakan komunikasi langsung dengan Palestina dan Israel. Hal ini dalam rangka menentukan langkah-langkah yang bakal diambil kemudian untuk meneruskan usaha perdamaian Timur Tengah.[]

Agus Hidayatulloh
(dari berbagai sumber)

Bawabah Tiga, 1 Juni 2007

No comments: