Monday, April 27, 2009

Cara Legalisasi Ijazah di Depdiknas

Mau nulis ini, jadi inget beberapa bulan lalu saat masih di Pena. “Sarjana internasional,” begitu kira-kira aku bangga menyebut diri. Narsis memang, tapi toh itu diiyakan oleh “sarjana-sarjana lokal” semacam Nung dan Fahri yang “hanya” jebolan IPB dan UI. Padahal, kalau mau jujur, orang-orang kampung kiranya masih nganggep lulusan Universitas Indonesia yang di Jakarta itu tetep lebih “wah” yah. Apalagi diriku yang kuliahnya di Al-Azhar, ah... palingan juga sama kayak lulusan pesantren. Tapi demi meramaikan kantor n bikin kerjaan lebih seru, tentu saja aku makin bangga menyebut-nyebut diri (sering sih!) sebagai sarjana internasional itu. Tentu dengan nada guyon, atau nada serius tapi pasti dianggep guyon.

Kembali ke judul tulisan. Buat sarjana lulusan universitas luar negeri, gelar akademik dan profesional yang disandangnya memang harus terlebih dahulu disahkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Ini memang kalau pada mau ndaftar PNS tingkat pusat; biasanya yang diincer Deplu.

Selain di Depdiknas, sebenarnya ijazah Al-Azhar juga bisa dilegalisasi di Depag. Hanya saja, untuk ndaftar jadi diplomat ke Deplu, atau mungkin departemen bidang “umum” lainnya, memang disarankan atau malah diharuskan dilegalisasi oleh Depdiknas. Apalagi, konon pengurusan di Depdiknas lebih “diuwongke”, tidak ditinggal kondangan (jadi inget kisah Wira ama Najib yang mau legalisasi di deket Istiqlal itu), juga tidak di-bukroh (besok, besok, lusa, atau bulan depan sekalian), dan yang pasti graris tis tis tissss ga butuh suap apa pun.

Di Depdiknas, menurut pengalaman pribadi, memang tampak profesional. Dari pintu masuk dan bertemu resepsionis, sudah disuguhi menu utama: senyum. Tentu saja melangkah jadi lebih mudah, apalagi harum wangi ruangan setiap lantai gedung Depdiknas begitu menggoda.

Jika datang ke kantor Depdiknas, disarankan untuk masuk melalui gerbang sisi utara, bukan sisi timur (Jl. Jenderal Soedirman). Kemarin pas ke situ lewat timur sih, motor diparkir dekat pintu masuk timur, jadinya jalan kakinya jauh banget. Maklum, kan emang belum tahu gedung tempat legalisasi itu sebelah mana. Kalau lewat sisi utara, pas banget tuh langsung ke gedung D yang tinggi menjulang, keliatan paling baru, dengan dominasi warna biru.

Masuk ke gedung itu, bisa langsung ke lantai 7. Baiknya tanya resepsionis yang geulis-geulis itu lah mana lift, sayang kalau ga punya kesempatan lagi bertegur sapa sama mereka, siapa tau juga nanti pas pulang bisa nebeng atau ngasih tebengan. Nah loh, cut! (Just intermezzo)

Di lantai 7 itu, lapor ama satpam, biasanya atau udah seharusnya emang ngisi formulir semacam buku tamu. Ada nomer urut juga, jadi bener-bener tertib tuh. Cuman pas ke sana ada kesalahan satpam sih, kok bisa-bisanya nomer 24 ada 2 orang, untung mereka ga tengkar. Atau bisa jadi hal itu terjadi karena satpam lagi di-switch ama penggantinya karena dekat-dekat waktu istirahat sih, kurang koordinasi gitu.

Kalau ditanya, bilang aja mau legalisasi ijazah luar negeri, ketemu Pak Nyoman atau Bu Wiwik (kalau dua orang itu belum diganti). Menurut saran seorang teman, lebih baik temui Ibu Wiwik, entah karena si teman itu laki-laki atau karena hal lain. Yang pasti, kemarin ketemu Ibu Wiwik emang orangnya enak banget, enak diajak ngobrol, enak diajak dialog, komunikatif gitu lah plus mau ngasih saran kalau ada masalah.

Sebelum itu, buat lulusan S1 Azhar ni ya, siapkan dulu:
1. Fotokopi ijazah terakhir di Indonesia (tidak harus yang sudah dilegalisasi)
2. Fotokopi ijazah luar negeri yang akan dilegalisasi (plus terjemahan bahasa Inggris)
3. Fotokopi transkrip nilai ijazah luar negeri yang akan dilegalisasi (plus terjemahan bahasa Inggris)
4. Fotokopi paspor lengkap seluruh halaman yang tercantum visa.
5. Katalog tentang universitas Al-Azhar plus fakultas-fakultas n kurikulumnya; bisa memfotokopi buku Ke-Azhar-an keluaran KMA atau Mardhati itu. Atau bisa juga hubungi nomer telpon 08154246***5 kalau mau katalog Azhar berbahasa Inggris yang udah terbukti diterima di situ.
6. Pasfoto (diminta hitam putih, tapi berwarna juga boleh kok) ukuran 4X6 sebanyak tiga lembar.
7. Map. Hehe, kemarin ke sana lupa bawa map coba!

Semua berkas itu, JANGAN LUPA, bawa ASLInya! Karena bakal diliatin n dicocokin sama Bu Wiwik itu, juga Pak Nyoman kali ya, terus distempel khusus. Makanya tadi dibilang tidak harus yang sudah dilegalisasi.

Kan disuruh ngisi formulir tuh (atau bisa juga didownload sebelumnya melalui www.evaluasi.or.id), disarankan untuk menulis sebagai BIAYA SENDIRI aja yah, jadi lebih mudah urusannya, cukup dengan bawa fotokopi paspor. Kecuali kalau memang masih nyimpen surat penunjukan beasiswa, baik dari Depag maupun instansi lainnya.

Terus, menurut pengalaman seorang teman, dia nulis terjemahan ijazah dengan nama sendiri dan nama bapak ditulis sebaris. Ternyata itu dipermasalahin Pak Nyoman (barangkali itu alasannya menyarankan untuk ketemu Bu Wiwik aja).

Setelah berkas masuk, tingal nunggu aja tuh, kira-kira sebulan. Katanya sih ga bakalan lebih dari 21 hari. Wallahu a’lam mana yang bener. Kalau liat selebaran dari sana, evaluasi ijazah dilakukan 6 kali dalam setahun, yaitu tiap bulan genap. Kalau liat papan pengumuman di sana, dilakukan 10 kali dalam tahun 2009 ini, kalau ga salah yang ga ada tu bulan Januari ama Maret gitu. Jadi ke depan setiap bulan sampai akhir 2009 selalu ada evaluasi ijazah, rata-rata dilaksanakan pekan ketiga gitu deh.

Oia, ruangan itu namanya DIREKTORAT AKADEMIK, termasuk bagian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas. So, jangan salah masuk ya. Selamat menikmati layanan Depdiknas!

Pujut, 13 Juni 2009