Saturday, March 31, 2007

Bermain Ofensif, Walisongo Gagal Bendung All-KKS Final


Meski lebih banyak menguasai jalannya pertandingan dan bermain terus menyerang terutama di akhir-akhir pertandingan, Walisongo harus mengakui keunggulan Angin Mamiri A. Dengan penampilan gemilang kipernya dalam menjaga kemenangan, Angin Mamiri A dapat menyusul langkah Angin Mamiri B yang pada partai sebelumnya menghempaskan Airlangga.

Dengan demikian, partai final cabang sepakbola Piala Masisir mempertemukan 2 tim dari satu payung, KKS Sulawesi. Kejelian pelatih mereka, Ali Ghana, dapat kembali mempertemukan sesama tim dari pulau Celebes di partai puncak sebuah turnamen. Tahun lalu, final turnamen segitiga yang diselenggarakan oleh 3 kekeluargaan, KMA (Aceh), HMM (Sumatra Utara) dan KKS (Sulawesi) juga dikuasai 2 tim Angin Mamiri.

Semifinal yang digelar Sabtu (31/3/2007) kemarin, rupanya menjadi harinya Angin Mamiri. Di pertandingan pertama, Angin Mamiri B yang kembali ke lapangan dengan kekuatan terbaiknya menyudahi perlawanan Airlangga melalui skor 3-1. Sudah unggul 2-0 di babak pertama, Angin Mamiri B tetap rajin melakukan serangan di awal babak kedua. Bahkan untuk beberapa menit, Airlangga dipaksa tak dapat mengembangkan permainan.

Namun dengan usaha keras, Airlangga akhirnya dapat mengimbangi permainan Angin Mamiri B. Bahkan melalui sebuah serangan balik, Airlangga dapat mempertipis ketinggalan. Mendapat umpan dari lapangan tengah, penyerang Airlangga, Izul, dengan cerdik kembali mengirimkan bola kepada Indra yang berdiri lebih bebas di sayap kanan. Umpan lambung itupun dicocor dengan keras oleh Indra tanpa bisa dicegah kiper Angin Mamiri B untuk menjadikan skor 1-2.

Pertandingan tetap terlihat berjalan seimbang. Serangan demi serangan terus dilakukan secara bergantian oleh kedua tim. Hingga di menit ke-67, penyerang Angin Mamiri B dapat menusuk hingga ke dalam kotak penalti. Stopper Airlangga, Eko, pun terpaksa melakukan tackling untuk menghentikan langkahnya. Wasit yang melihat pelanggaran tak ragu menunjuk titik putih. Tendangan penalti yang dieksekusi oleh salah seorang pemain paling senior Angin Mamiri B itupun membuat selisih gol menjadi 2 lagi. Skor 3-1 untuk Angin Mamiri B bertahan hingga laga usai.

Partai semifinal kedua antara Walisongo vs Angin Mamiri A sementara ini dapat disebut sebagai partai paling menarik dalam turnamen Piala Masisir. Kedua tim sejak awal memperagakan permainan menyerang. Babak pertama baru berjalan 2 menit, Conte yang tetap menjadi andalan Walisongo berhasil lolos dari jebakan off-side. Saat tinggal berhadap-hadapan dengan kiper, Conte mencoba mencongkel bola. Namun berkat antisipasi yang sempurna, kiper Angin Mamiri A dapat menepis bola sehingga gawangnya aman dari kebobolan.

Tak berselang lama, giliran Royan berhasil menusuk dari sayap kiri. Setelah beberapa kali mengolah kulit bundar di sisi kanan kotak penalti melewati hadangan para defender Angin Mamiri A, Royan juga tinggal berhadap-hadapan dengan kiper. Sayangnya di sudut sempit, Royan justru memaksakan diri melakukan tendangan ke gawang. Tetap mendapat pengawalan ketat dari lawan, tendangan Royan pun masih meleset di kanan gawang Angin Mamiri A.

Beberapa saat kemudian, Angin Mamiri A giliran menyerang. Mengandalkan kecepatan penyerang bernomor punggung 17, Angin Mamiri A cukup merepotkan barisan pertahanan Walisongo. Bahkan karena kurangnya koordinasi lini tengah dalam membantu lini belakang, bek kiri Walisongo, Abdul Qodir terpaksa jungkir balik mempertahankan areanya.

Meski Qodir tampil cukup baik, namun karena sering terlihat sendirian di sisi kiri pertahanan Walisongo, dia terlihat kerepotan. Melihat celah demikian, bek kanan Angin Mamiri A dengan berani overlapping ke depan. Harus menjaga dua orang sekaligus, tentu Qodir kelabakan. Sayangnya, lini belakang maupun barisan tengah Walisongo tak menyadari hal ini.


Maka saat sisi kiri wilayah kekuasaan Walisongo hanya ditunggui Qodir seorang diri, serangan Angin Mamiri A lebih banyak melalui sayap kanannya. Benar saja, di menit ke-22, melalui umpan silang cantik yang dioperasikan dari sayap kanan, Angin Mamiri A akhirnya dapat mencetak gol. Meski terdengar teriakan telah terjadi off-side, namun wasit tetap mengesahkan gol itu.

Tak lebih dari 4 menit kemudian, Angin Mamiri A kembali memaksa Habib memungut bola dari gawangnya. Kali ini berawal dari serangan di sisi kanan pertahanan Walisongo, seorang midfielder Angin Mamiri A melakukan tendangan spekulasi jarak jauh. Berada pada posisi aman untuk menangkap bola, Habib justru hanya menepisnya. Apes, bola pantulan yang dibuangnya justru mendekati pemain Angin Mamiri A yang tanpa ampun menendang keras bola rebound itu tanpa bisa dihalau Habib.

Tertinggal 2 gol, Walisongo tetap tak putus asa. Serangan demi serangan terus dibangun, mencoba melewati para pemain bertahan Angin Mamiri A yang bermain amat disiplin. Sadar motor serangan ada pada Conte, maka pergerakan top scorer Java Cup lalu itu selalu diawasi bahkan ditempel super disiplin kemanapun berjalan.

Dengan penjagaan seketat itu, namun Conte berhasil mengulang kejadian di awal babak pertama. Setelah dapat meloloskan diri dari kawalan lawan untuk menjemput umpan terobosan, Conte kembali tinggal melewati hadangan kiper untuk mencetak gol. Lagi-lagi dewi fortuna rupanya masih melekat pada gawang Angin Mamiri A, sehingga tendangan Conte berhasil digagalkan oleh sang kiper.

Demikian juga usaha Royan saat menerima umpan terobosan dari Shofa. Persis dengan dua kali upaya Conte sebelumnya, Royan juga tinggal satu lawan satu dengan kiper, namun tendangannya dapat dibaca dengan baik oleh penjaga gawang. Tendangan bebas Conte dari sisi kanan pertahanan Angin Mamiri A juga lagi-lagi ditips dengan gemilang. Sebelumnya, tendangan bebas Shofa setelah dilanggar di dekat kotak penalti juga dapat dihalau kiper. Walhasil hingga babak pertama usai, kedudukan tetap 2-0 untuk Angin Mamiri A.

Memasuki babak kedua, pemain Walisongo makin mengetatkan pertahanan. Qodir terlihat tidak terlalu pontang-panting sendirian di sisi kiri. Meski memperkuat pertahanan, serangan Walisongo juga terus mengalir menuju daerah kekuasaan Angin Mamiri A. Namun dengan keunggulan 2 gol, Angin Mamiri A tentu saja bermain lebih save untuk mengamankan kemenangan.


Barisan pertahanan mereka pun terasa lebih rapat dibanding pada babak pertama. Setiap bola yang mendekat ke arah kotak terlarang, dibuang jauh-jauh ke depan untuk melakukan serangan balik cepat ke pertahanan Walisongo. Hanya mengandalkan serangan balik dan lebih banyak bertahan, Angin Mamiri A akhirnya jusru kebobolan.

Di menit ke-61, serangan balik Angin Mamiri A dapat dipotong oleh libero sekaligus kapten Walisongo, Buya. Melihat lapangan tengah yang kosong Buya pun menggiring bola agak ke depan. Bahkan karena melihat celah kosong di sisi dalam pertahanan Angin Mamiri A, Buya berani melakukan tusukan sendirian setelah melakukan umpan satu-dua dengan Shofa.

Saat berdiri agak bebas, Buya pun melakukan tendangan ke arah gawang. Kiper Angin Mamiri A dengan sigap meninju bola agar menjauh. Namun naas karena bola malah menuju Royan yang kemudian melakukan tendangan setengah voli. Kiper yang sudah terlanjur maju pun tak mampu mencegah tinggi datangnya bola. Seorang bek Angin Mamiri A juga sempat menghalangi dengan mencoba menyundulnya, namun karena lebih dekat ke mistar atas, bola dapat merobek gawang Angin Mamiri A.

Kedudukan 2-1 membuat pertandingan semakin seru. Angin Mamiri A yang lebih memperkuat barisan tengah, sempat berhasil membuat spot jantung para pendukung Walisongo. Pada menit ke-69, pemain pengganti Mansur berhasil lepas dari kawalan Qodir di sayap kanan. Tahu ada temannya di kotak penalti Walisongo, Mansur mengirimkan umpan silang. Beruntung Habib dapat mencegah bola masuk ke gawangnya kembali. Meski sempat terjadi sedikit kemelut di muka gawang, akhirnya Habib dapat menangkap bola secara sempurna.

Di sepuluh menit akhir babak kedua, serangan makin sering dilakukan para pemain Walisongo. Bahkan bisa dikatakan bola hanya bergerak di setengah lapangan area kekuasaan Angin Mamiri A. Meski diserang habis-habisan, namun pertahanan Angin Mamiri A bak tembok kokoh, belum lagi kiper mereka yang tampil amat gemilang. Hingga usai 40 menit babak kedua, kedudukan 2-1 dapat dipertahankan Angin Mamiri A.[]

Bawabah Tiga, 31 Maret 2007

Thursday, March 29, 2007

Khatami Sampaikan Kuliah di Universitas Al-Azhar


Di tengah ramainya polemik ancaman sanksi PBB untuk Iran, Dr. Muhammad Khatami, mantan presiden republik Islam itu menyempatkan diri mengunjungi Universitas Al-Azhar. Bahkan pada Kamis (29/3/3007) kemarin, mantan presiden Iran 2 periode antara tahun 1997-2001 itu memberikan kuliah umum di depan para mahasiswa universitas Islam tertua di dunia.

Ceramah sengaja dibuka untuk umum dan digelar di Aula Syaikh Muhammad Abduh, kampus Universitas Al-Azhar kawasan Darrasa, dekat Masjid dan Makam Sayyidina Husein. Dimulai pada pukul 10.30, acara didahului dengan sambutan Rektor Universitas Al-Azhar oleh Prof. Dr. Ahmad Thoyyib. Sambutan yang hanya sekitar 10 menit, lebih banyak menyampaikan peran pentingnya Al-Azhar dalam menjaga dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Islam.

Sementara setelah rektor, sambutan Syaikh Agung Al-Azhar Prof. Dr. Sayyid Muhammad Thonthowi berjalan tak lebih dari 3 menit. Setelah menyampaikan terima kasih atas kehadiran mantan pemimpin negara yang berani lantang menentang hegemoni AS itu, Syaikh Agung langsung mempersilakan Dr. Khatami untuk memberikan pencerahan pada anak didik Al-Azhar.

Selama sekitar 30 menit, Dr. Khatami memberikan ceramah pada lebih dari 1000 audien yang memenuhi Aula Syaikh Muhammad Abduh. Bahkan saking berjubelnya mahasiswa yang ingin mendengarkan langsung ceramah Dr. Khatami, banyak yang rela duduk di anak tangga koridor atau bahkan berdiri dan berdesak-desakan.

Dalam kuliahnya, Dr. Khatami lebih banyak menyoroti masalah perdamaian dunia. Selain itu, mantan presiden yang meneruskan era Rafsanjani itu mengingatkan pentingnya dunia Islam untuk banyak melakukan inovasi dalam ilmu pengetahuan. Hal ini agar tidak terlalu jauh tertinggal dari peradaban Barat. Menurutnya, berpegang pada Al-Quran dan sunah sangat penting, tapi pengembangan-pengembangan teknologi juga mutlak dilakukan agar dapat eksis secara seimbang.


Di sisi lain, harapan banyak mahasiswa untuk mendengarkan secara langsung isu nuklir Iran dari mantan presidennya, terpaksa hanya jadi angan. Hal ini karena sampai akhir ceramahnya, Dr. Khatami sama sekali tak menyinggung tentang program nuklir yang selalu ditentang AS dan para sekutunya itu.

Meski begitu, saat menyelesaikan pidatonya, applaus panjang dari audien terus menggema. Sebagai salah seorang pemimpin reformis sekaligus intelek dunia Islam, Dr. Khatami tentunya digemari banyak orang, tak terkecuali para mahasiswa Al-Azhar.

Selesai acara, Dr. Khatami langsung mendapat pengawalan ketat dari pihak keamanan Mesir layaknya tamu kenegaraan. Apalagi selain didampingi Syaikh Agung dan Rektor Universitas Al-Azhar, Dr. Khatami juga selalu tampak akrab bercengkerama dengan Menteri Wakaf Mesir, Prof. Dr. Hamdi Zaqzuq. Saat keluar gedung, masih banyak mahasiswa yang mencoba mendekat, namun oleh pihak keamanan dihalau agar tak mengganggu perjalanan karena masih banyaknya agenda yang harus dijalani Dr. Khatami.[]

Bawabah Tiga, 29 Maret 2007

Tuesday, March 27, 2007

Angin Mamiri Terhindar dari Perang Saudara di Semifinal


Penyelenggaraan Piala Masisir cabang sepakbola sudah menatap babak semifinal. Pada penyisihan putaran terakhir, tidak semua tim mengerahkan kekuatan terbaiknya karena berjaga-jaga sebagai persiapan menghadapi babak 4 besar.

Pada Senin (26/3/2007) sore, juara Sumatra Cup Iskandar Muda terpaksa gigit jari. Meski meraih kemenangan 2-0 atas KMKM, anak-anak KMA harus rela masuk kotak. Dengan raihan 4 poin, sebenarnya Iskandar Muda masih punya peluang lolos ke babak berikutnya, dengan syarat Angin Mamiri A kalah dari Airlangga dengan selisih minimal 2 gol.

Sedangkan di sisi lain, dengan dipastikannya Airlangga melangkah ke semifinal, tentu pelatih Anung tak mau mengambil resiko cedera pemain. Karenanya, di pertandingan terakhir Airlangga menyimpan kekuatan terbaiknya. Menghadapi Angin Mamiri A yang hanya membutuhkan hasil seri untuk mendampingi, Airlangga terlihat bermain "save" untuk menjaga kebugaran pemain.

Benar saja, tanpa adu kekuatan sebenarnya di kedua belah pihak, pertandingan berakhir seri 1-1. Dengan demikian, Airlangga dan Angin Mamiri A mewakili Grup A melaju ke semifinal. Sedangkan wakil Grup B yang baru memainkan pertandingan Selasa (27/3/2007) kemarin, adalah Walisongo sebagai pemuncak klasemen didampingi runner up Angin Mamiri B. Hal ini setelah kedua tim mencetak hasil berbeda di laga terakhir Grup B.

Walisongo yang bermain di partai pertama, berhasil menghentikan perlawanan Lancang Kuning. Meski menguasai penuh jalannya pertandingan, Walisongo sempat dikejutkan gol cepat tim kebanggaan KSMR (Riau) itu. Belum genap 2 menit babak pertama dimulai, kiper ketiga Walisongo yang baru melakukan debutnya, Ulum, terpaksa memungut bola dari gawang.

Gol pertama dalam pertandingan itu dicetak melalui tendangan bebas. Bermula dari gagalnya libero gaek Walisongo Babeh yang gagal membuang bola, ia terpaksa melanggar pemain lawan. Wasit pun memberikan hadiah tendangan bebas untuk Lancang Kuning sedikit di luar area penalti. Kiper Ulum yang berdiri melawan arah sinar matahari, tak kuasa menahan bola yang meluncur di atas kepalanya.

Tertinggal satu gol membuat anak-anak Walisongo cepat "panas". Pelan tapi pasti, lapangan tengah mulai dikuasai para pemain dari KSW itu. Meski lebih banyak memegang bola, tapi hampir tak ada peluang emas untuk menyamakan kedudukan. Hal ini tak terlepas dari belum rapinya ritme serangan yang dibangun.

Bahkan melalui serangan balik, berkali-kali pemain depan Lancang Kuning merepotkan barisan pertahanan Walisongo. Beruntung ada Ayik di posisi bek kiri yang bermain cemerlang selalu tanggap dan cepat membuang bola ke depan. Walhasil hingga babak pertama selesai, kedudukan masih 1-0 untuk keunggulan Lancang Kuning.

Memasuki babak kedua, para pemain Walisongo mulai menyadari kelemahannya. Umpan-umpan lebih terarah dan terukur kemudian diperagakan di tengah lapangan. Para suporter pun makin semangat memberikan dukungan. Hanya saja, kuatnya lini pertahanan Lancang Kuning yang dibantu para pemain tengahnya membuat Miko maupun Conte susah menembus.

Praktis di babak kedua ini, bola hanya dimainkan setengah lapangan di daerah kekuasaan Lancang Kuning. Tahu lebih sering tersudut serta dalam keadaan memimpin, Lancang Kuning makin merapatkan barisan pertahanan. Namun Walisongo yang sukses menjadi tim paling subur di Java Cup lalu, secara terus-menerus juga sabar membongkar pertahanan lawan.


Setelah berkali-kali serangan menuju area penalti Lancang Kuning gagal, para pemain Walisongo mencoba melepaskan tendangan spekulasi dari jarak jauh. Meski bukan usaha yang pertama, di menit ke-51 akhirnya Shofa dapat menyamakan kedudukan.

Mendapat umpan dari sayap kanan, Shofa yang terhindar dari kawalan pemain lawan dapat melepaskan tendangan voli ke arah gawang Lancang Kuning. Meski tak terlalu keras, tapi karena arahnya tepat di bawah mistar, kiper Lancang Kuning tak dapat menjangkau bola. Kedudukan pun imbang 1-1.

Meski cukup dengan hasil seri untuk melaju ke semifinal, Walisongo tak mengendurkan irama permainan. Serangan demi serangan pun dibangun, bahkan para pemain belakang sering ikut overlapping membantu penyerangan. Lebih unggul secara teknik maupun fisik, para pemain Walisongo terlihat leluasa mengobrak-abrik daerah kekuasaan lawan.

Namun gol berikutnya baru tercipta menjelang berakhirnya pertandingan. Di menit ke-75, Miko mencetak gol pertamanya di turnamen yang diselenggarakan PPMI ini. Berawal dari serangan di sayap kanan, Royan berhasil melepaskan umpan ke depan gawang Lancang Kuning. Dikepung 3 pemain lawan, Miko berhasil memenangkan perebutan bola. Saat lepas dari penjagaan, Miko pun melepaskan tendangan mendatar. Kiper Lancang Kuning yang terkecoh pergerakan lincah Miko harus rela kembali memungut bola dari gawangnya.

Meski kendali permainan tetap terus dipegang Walisongo, tapi Miko cs tak dapat mencetak gol tambahan. Umpan lambung Kholid untuk Miko berhasil direbut pemain lawan, sementara tendangan spekulasi Conte masih melenceng dari sasaran. Skor pun bertahan hingga akhir pertandingan dengan keunggulan Walisongo 2-1.

Partai kedua yang menampilkan Angin Mamiri B vs Rinjani, berjalan lebih enjoy. Hal ini karena tim favorit Angin Mamiri B sengaja menyimpan tenaga para pemain andalannya. Maklum, dengan kemenangan Walisongo itu, hanya kekalahan lebih dari 7 gol yang dapat menggagalkan laju Angin Mamiri B ke semifinal. Sementara Rinjani serasa harus menyelesaikan mission impossible untuk menjegal langkah lawan guna merajut jalan menuju 4 besar.

Sejak awal, Rinjani yang kali ini tak diperkuat pemain andalannya Masehi, dapat mengimbangi permainan Angin Mamiri B. Tapi justru karena asyik mengikuti irama permainan lawan, Rinjani harus kebobolan terlebih dahulu. Beruntung para pemain depan Rinjani bersemangat untuk mencetak gol balasan. Namun hingga babak pertama usai, Rinjani masih takluk 1-2.

Di babak kedua, permainan berjalan lebih berimbang. Kedua tim silih berganti menyerang lawannya. Hanya saja karena rapatnya lini pertahanan kedua tim, sedikit peluang tercipta di kedua kubu. Dari sedikit peluang tercipta, Rinjani berhasil memaksimalkan 2 di antaranya. Sementara Angin Mamiri B gagal menambah gol. Walhasil, Angin Mamiri B terpaksa mengakui keunggulan Rinjani 3-2. Kemenangan 3-2 Rinjani ini langsung mendapat sambutan luar biasa dari para pendukungnya. Sayangnya meski menang, Rinjani gagal melaju ke babak berikutnya karena kalah selisih gol.

Dengan demikian, pada semifinal Sabtu (31/3/2007) nanti, di partai pertama yang dimulai pukul 14.00, Airlangga (juara Grup A) akan menjajal kekuatan Angin Mamiri B (runner up Grup B). Sementara partai kedua yang mempertemukan Walisongo (juara Grup B) vs Angin Mamiri A (runner up Grup A) digelar pada pukul 15.35. Babak semifinal tetap dilakukan di lapangan Fakultas Kedokteran, baru saat final nanti laga digelar di lapangan Nadi Abbsea yang lebih berkelas.[]

Bawabah Tiga, 27 Maret 2007

Saturday, March 24, 2007

Hanya Airlangga yang Sudah ke Semifinal


Penyelenggaraan Piala Masisir cabang sepakbola sudah melewati partai kedua. Kans masing-masing tim untuk melaju ke semifinal sudah mulai kentara. Meski begitu, hanya Airlangga (Gamajatim) yang sudah memastikan langkah ke babak empat besar. Sementara 6 kontestan lain masih berebut 3 tempat tersisa, meninggalkan KMKM yang sudah masuk kotak.

Kepastian lolosnya Airlangga ke semifinal yang bakal digelar Sabtu (31/3/2007) pekan depan ditentukan lewat kemenangan mereka atas KMKM. Pada pertandingan Kamis (22/3/2007) siang, KMKM sempat memimpin dua gol hingga menit ke-73. Hanya saja, usaha tak kenal lelah para pemain Airlangga menemui keberhasilannya setelah dapat membalikkan keadaan pada 7 menit tersisa.

Dengan kemenangan 3-2 ini, Airlangga tak akan terkejar oleh peringkat 3 Grup A, Iskandar Muda yang baru memperoleh satu poin hasil imbang dengan Angin Mamiri A. Artinya, walau kelak pada partai terakhir di penyisihan ini Airlangga kalah, paling tidak mereka akan mengisi posisi runner-up untuk tetap melaju ke semifinal.

Di pertandingan lainnya Grup A, Iskandar Muda membuka peluang lolos ke putaran berikutnya setelah berhasil menahan Angin Mamiri A dengan skor 1-1. Namun, tidak mudah bagi Iskandar Muda untuk lolos ke semifinal, karena Angin Mamiri A justru hanya butuh minimal seri saat menghadapi Airlangga di partai terakhir. Sementara Airlangga yang sudah memastikan diri lolos ke semifinal, tentu tak mau menambah resiko cedera pemain untuk tampil habis-habisan. Tapi bola bukanlah matematika, Iskandar Muda tetap masih memiliki peluang untuk mendampingi Airlangga.

Di Grup B yang memainkan pertandingannya Sabtu (24/3/2007) kemarin, tak ada perubahan klasemen. Ini karena 4 tim yang bertanding saling berbagi 1 poin. Walisongo harus bersabar di posisi dua setelah hanya bermain imbang dengan pemuncak klasemen Angin Mamiri B.

Sempat memimpin 1 gol di babak pertama, Walisongo justru kehilangan kendali permainan di babak kedua. Sementara pelatih Angin Mamiri B dari Ghana, Ali, dengan cerdik merubah taktik permainan jawara Indonesian Games 2003 dan 2004 itu. Di sisi lain, suporter dari KKS yang tak henti meneriakkan dukungan juga menambah semangat skuad dari Indonesia timur itu. Kebalikannya, para pemain Walisongo terlihat seperti memikul beban berat dalam mempertahankan kemenangan lewat gol Conte di menit ke-27 itu.


Meski bola lebih banyak dikuasai Angin Mamiri B, tapi Walisongo juga bukannya tanpa peluang mencetak gol tambahan meski hanya lewat serangan balik. Penyelesaian akhir yang terkesan tergesa-gesa dari kedua tim membuat kedudukan tak berubah. Baru pada menit ke-52, seorang pemain Angin Mamiri B berani menusuk dari sayap kiri. Saat memasuki area kanan pertahanan Walisongo, langsung memberikan umpan silang. Sempat terjadi kemelut di muka gawang sebelum diselesaikan dengan tendangan keras oleh striker mereka tanpa bisa dihalau kiper Rikza.

Kedudukan 1-1 membuat kedua tim bermain lebih save. Bola banyak bergulir di lapangan tengah. Namun Walisongo sempat mendapat sebuah peluang setelah Royan mendapat umpan matang dari terobosan Miko. Berlari mengejar bola, Royan ditempel ketat 2 bek Angin Mamiri B hingga tak mendapat kesempatan menendang bola. Walhasil, kaki Royan hanya dapat sedikit menyentuh bola ke arah kiper Angin Mamiri B yang tak kesulitan menangkap kulit bundar.

Beberapa saat sebelum bubaran, terjadi insiden kecil. Salah seorang pemain Angin Mamiri B secara tak sengaja melayangkan tangannya ke dekat perut Shofa yang sedang berlari membawa bola. Tak dapat menjaga keseimbangan, Shofa pun jatuh tersungkur kesakitan.

Sayangnya wasit maupun hakim garis tak melihat insiden itu. Shofa pun digotong ke luar lapangan dan pertandingan dilanjutkan kembali. Sekitar semenit dari kejadian itu, pertandingan berakhir dalam kedudukan imbang 1-1. Usai pertandingan, demi menjaga fair play, pemain Angin Mamiri B nomor punggung 13 yang terlibat insiden dengan Shofa menghampiri dan meminta maaf pada andalan Walisongo itu.


Pada partai kedua yang mempertemukan Rinjani dan Lancang Kuning, kedudukan juga imbang. Kedua tim masing-masing mencetak dua gol dan masih berkutat dengan posisinya di peringkat 3 dan 4 klasemen sementara. Lancang Kuning yang kalah 1-6 dari Angin Mamiri B di pertandingan pertamanya, sempat unggul dulu sebelum dibalas 2 gol oleh Rinjani di babak pertama. Dua gol Rinjani berasal dari bola mati, satu tendangan bebas dan satu dari titik penalti.

Tertinggal 1-2, membuat Lancang Kuning bermain ofensif di babak kedua. Berkali-kali penyerang maupun barisan tengah tim KSMR itu berhasil membuat peluang. Namun penyelesaian akhir menjadi kendala, meski kiper Rinjani tampil tak sebaik ketika dikalahkan Walisongo 2-4. Setelah menyerang terus, usaha Lancang Kuning akhirnya membuahkan gol di menit ke-61. Berawal dari tendangan penjuru, bola melayang di muka gawang Rinjani. Sempat terjadi kemelut sebelum bola meluncur melewati kiper dan membuat kedudukan dua sama.

Beberapa saat kemudian Lancang Kuning berpeluang kembali unggul. Namun striker mereka yang tinggal berhadapan dengan kiper Rinjani kurang tenang dalam penyelesaian akhir. Walhasil, kedua tim harus berbagi satu angka hingga wasit meniup peluit panjang.[]

Bawabah Tiga, 24 Maret 2007

Thursday, March 22, 2007

Syifa, Agus dan Fani Pimpin Informatika 2007-2008


Beberapa tahun terakhir ini, puluhan atau mungkin ratusan media muncul di kalangan Masisir. Sayang tak semuanya bisa selalu eksis untuk tampil reguler di depan publik. Salah satu media yang cukup stabil kreatifitasnya adalah buletin Informatika. Bahkan sejak lima tahun belakangan ini, buletin milik ICMI Orsat Cairo ini mengalami lonjakan rating pembaca. Itu dibuktikan dari jumlah oplah yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Stabilitas yang ditunjukkan Informatika ini rupanya berkat kaderisasi yang berjalan baik di internal redaksinya. Suksesi kepemimpinan serta revisi petunjuk pelaksanaan (juklak) penerbitan selalu dilakukan secara teratur. Tepat setahun setelah duet Aidha, Ferly dan Tini memimpin Informatika periode 2006-2007, pada Rabu (21/3/2007) kemarin Rapat Tahunan Informatika (RT) kembali digelar.

RT yang merupakan rapat tertinggi di ligkungan Informatika ini membahas 4 hal penting, yaitu laporan kerja periode 2006-2007, pembahasan juklak penerbitan, usulan rekomendasi dan pemilihan pimpinan periode berikutnya. Laporan kerja yang disampaikan secara bergantian oleh Aidha, Ferly dan Tini cukup membuat peserta rapat yang terdiri dari kru, keluarga (mantan kru) dan undangan (perwakilan ICMI) merasa puas dengan kinerja pimpinan periode 2006-2007. Apalagi selain perbaikan cara kerja, beberapa pembaharuan dan inovasi dapat dilakukan oleh Aidha dkk.

Dalam bundel laporan setebal 58 halaman itu, Aidha juga menyebut keberhasilan Informatika menaikkan oplah menjadi 300 eksemplar setiap kali terbit. Selain itu juga tetap dilanjutkannya program Quick Trainning yang menjadi wadah pembelajaran bagi mahasiswa baru, serta terpilihnya Informatika saat ditunjuk sebagai panitia pelaksana seminar pendidikan dalam rangka refleksi HUT Sekolah Indonesia Cairo (SIC).

Hal baru lain yang menjadi sunnah hasanah dan dapat dilaksanakan para kru Informatika selama setahun ini adalah diterbitkannya buku "Panduan Sukses Menulis" kerjasama dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Cairo. Sayangnya, seperti yang dipaparkan Aidha dalam laporannya, program Tour de Journalisme belum sempat terlaksana. Program ini dirancang untuk dapat membawa para kru Informatika bisa melihat lebih dekat cara kerja media massa terkenal Mesir, seperti koran Al-Ahram dan Al-Gomhuriya.

Namun, lanjut Aidha, program ini dapat ditindaklanjuti oleh periode berikutnya. Hal ini tak lepas dari komunikasi yang baik selama ini dengan pihak Pensosbud KBRI Cairo. Sesuai pemintaan, proposal sudah diajukan, sementara Pensosbud KBRI yang selama ini bisa berhubungan langsung dengan media-media resmi Mesir menjanjikan akan mempelajarinya.

Setelah laporan sekaligus evaluasi kerja dibahas, rapat dilanjutkan dengan pembahasan juklak penerbitan. Agenda ini cukup memakan waktu, mengingat banyaknya saran-saran untuk perbaikan juklak yang pertama kali dibuat tahun 1998 (setahun setelah Informatika pertama kali terbit) ini. Memang setiap tahun, yang paling memakan waktu dalam setiap RT Informatika adalah pembahasan juklak. Maklum, karena juklak merupakan "kitab suci" media penerbitan dalam menjalankan kinerjanya.

Saat pembahasan rekomendasi, Tour de Journalisme tetap menjadi prioritas utama untuk ditindaklanjuti periode berikutnya. Sementara usaha lain yang harus diperjuangkan pimpinan 2007-2008 adalah pembuatan lagu atau mars khusus Informatika. Selain itu, ada 11 poin rekomendasi lain yang disetujui untuk dilaksanakan para kru Informatika periode selanjutnya.


Layaknya suksesi kepemimpinan organisasi-organisasi non-profit di Masisir, maka agenda pemilihan pimpinan Informatika periode 2007-2008 berjalan alot. Pembahasan draft tata tertib pemilihan memang berjalan mulus dan nyaris tak ada keberatan dari peserta rapat. Dalam tatib, pemilihan setiap pimpinan disepakati dilakukan dua kali. Pemilihan pertama untuk memilih 3 nama yang akan dipilih secara definitif dalam pemilihan kedua.

Sampai pemilihan tahap pertama, semua berjalan lancar-lancar saja. Namun saat dilangsungkannya pemilihan kedua, mulai terjadi tarik-ulur adu argumen. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kebanyakan nama-nama yang tercantum sebagai tiga besar di pemilihan pertama mengajukan keberatan dengan berbagai alasan. Tapi sebagaimana yang terjadi juga di tahun-tahun yang telah lalu, meski diiringi tangis haru atau dibumbui rasa keberatan, pemilihan dapat diselesaikan dengan baik.

Hingga di ujung acara, dari 35 orang yang berhak memilih, Syifa Annisa mengantongi 15 suara untuk terpilih sebagai Pemimpin Umum. Syifa hanya unggul satu suara di atas Hilmi Imami. Sementara calon lainnya, Agus Khudlori hanya memperoleh 6 suara. Di sisi lain, pendukung Agus Khudlori tetap bersikukuh memasukkan lajang asal Jawa Timur itu masuk dalam pimpinan. Akhirnya setelah berjuang mati-matian di pemilihan berikutnya, Agus dapat mengantongi 18 suara untuk menjadi Pemred, mengungguli Yan Fathurrahman (12 suara) dan Silfani Yuzarni (3). Dua suara lainnya dinyatakan tak sah.

Voting paling lama terjadi saat pemilihan Pemimpin Usaha. Ini terjadi setelah pada pemilihan tahap penyaringan calon, hanya 2 orang yang bisa langsung maju ke babak akhir. Sedangkan satu nama lagi masih harus diseleksi dari 6 nama yang memiliki jumlah suara sama. Setelah melalui pemilihan ulang terhadap 6 nama itu, akhirnya babak akhir diikuti oleh Silfani Yuzarni, Nita Oktaviani dan Ria Astina. Melalui kampanye terbuka antar tim sukses, Fani akhirnya dinyatakan sebagai pemenang setelah memperoleh 14 suara, melangkahi Ria (13) dan Nita (8).

Karena jam dinding di kantor ICMI Wisma Nusantara sudah menunjukkan pukul 20.00, selanjutnya langsung dilakukan serah terima jabatan antar pimpinan. Acara pun ditutup dengan makan malam bersama.[]

Bawabah Tiga, 22 Maret 2007

Tuesday, March 20, 2007

Walisongo Awali Piala Masisir dengan Kemenangan


Sejak gelaran Indonesian Games tahun 2004, diputuskan bahwa even olahraga antar kekeluargaan itu hanya diadakan 2 tahun sekali. Karenanya, demi tetap menyalurkan aspirasi olahragawan Masisir, tahun ini DPP PPMI menggelar kejuaraan Piala Masisir. Berbeda dengan Indonesian Games yang sudah diadakan tahun lalu, Piala Masisir ini hanya mempertandingkan cabang sepakbola dan basket.

Dimulai sejak Ahad (18/3/2007), Piala Masisir ini digelar. Seremonial pembukaan dimulai dengan pertandingan basket. Sementara cabang sepakbola memainkan partai perdananya sehari kemudian.

Bertempat di Lapangan Fakultas Kedokteran Al-Azhar, 8 tim sepakbola dari 7 kekeluargaan berebut supremasi Piala Masisir. Mereka adalah Angin Mamiri A dan B (keduanya dari KKS Sulawesi), Iskandar Muda (KMA Aceh), KSMR Riau, Walisongo (KSW), Airlangga (Gamajatim), KMKM Kalimantan dan Rinjani (KMNTB Nusa Tenggara & Bali).

Enam tim peserta yang disebutkan pertama adalah masing-masing finalis Celebes Games, Sumatra Cup dan Java Cup. Ke-8 tim yang ada dibagi dalam 2 grup. Angin Mamiri A, Iskandar Muda, Airlangga dan KMKM berada di Grup A, sementara sisanya berada di Grup B.

Pada hari pertama penyelenggaraan Piala Masisir cabang sepakbola, Angin Mamiri A berhasil menghentikan perlawanan KMKM dengan skor 3-1. Sementara pada pertandingan berikutnya di hari yang sama, Airlangga mengungguli Iskandar Muda dengan skor tipis 2-1. Sempat unggul 2-0, kiper Airlangga terpaksa takluk melalui sebuah tendangan penalti yang didahului insiden keributan antar pemain kedua tim.

Esoknya, Selasa (20/3/2007) siang, Angin Mamiri B memulai kampanye perebutan juara Piala Masisir dengan membantai runner-up Sumatra Cup, KSMR. Dengan kekuatan lebih merata di setiap lini, Angin Mamiri B memberondongkan 6 gol ke gawang KSMR. Sementara KSMR hanya sekali saja dapat menaklukkan kiper Angin Mamiri B.


Pada partai kedua, juara Java Cup Walisongo harus bersusah-payah mematahkan perlawanan Rinjani KMNTB. Di babak pertama, kedua tim bermain hati-hati. Terlihat hampir semua pemain masih terasa kikuk dan tak terbiasa bermain di lapangan Fakultas Kedokteran yang memang memiliki ciri tersendiri. Dengan ukuran yang tak terlalu besar, meski ditumbuhi banyak rumput, namun cukup menyulitkan kedua tim untuk mengembangkan permainan.

Sadar permainan tak bisa berkembang baik, pelatih Walisongo melakukan 4 pergantian di babak pertama. Muka-muka baru yang sebelumnya memang jarang dipasang, terpaksa diganti dengan pemain lama yang lebih kenyang pengalaman. Ramuan pelatih Ulin terbukti berhasil. Hingga praktis Walisongo lebih banyak menguasai bola. Sayang hingga berakhirnya babak pertama, masih tak ada satu gol pun tercipta.

Memasuki babak kedua, justru Rinjani dapat mencetak gol terlebih dahulu. Belum genap 1 menit babak kedua dimulai, pemain bernomor punggung 7 berhasil meloloskan diri dari hadangan defender Walisongo. Sedikit di depan kotak penalti, dengan cerdik dia melepaskan tendangan setengah voli. Kiper Walisongo, Rikza, rupanya sudah salah posisi. Karena terlalu maju, Rikza tak dapat menghalau datangnya bola jauh di atas kepala.

Tertinggal satu gol, pemain Walisongo makin kreatif melancarkan serangan ke depan gawang Rinjani. Hasilnya, tak sampai 3 menit kemudian Hilmi dapat menaklukkkan kiper Rinjani yang sebenarnya tampil cukup baik dan mendapat banyak applause dari penonton. Berawal dari tendangan bebas di dekat garis tengah, sempat terjadi kemelut di muka gawang sebelum diselesaikan dengan tendangan keras Hilmi.

Kedudukan imbang membuat pemain Walisongo makin bernafsu mencetak gol tambahan. Para pemain Rinjani pun nyaris semuanya turun membantu daerah pertahanannya. Meski sudah bersusah payah, Conte terpaksa dua kali kecewa karena tendangannya hanya membentur mistar. Demikian juga tandukan libero Kholid yang overlapping membantu menyerang dapat digagalkan pemain belakang Rinjani.

Namun dengan upaya tak kenal menyerah, Conte akhirnya dapat mencetak gol pertamanya. Mendapat hadiah tendangan bebas dari jarak sekitar 30 meter, tendangan melengkung Conte sempat ditepis kiper Rinjani. Namun karena datangnya cukup deras, bola tetap menggetarkan gawang Rinjani.


Berbalik unggul 2-1, Walisongo masih terus mencoba mengurung area lawan. Beberapa kali winger Hilmi maupun striker Miko dapat merepotkan barisan pertahanan Rinjani. Namun gol ke-3 Walisongo baru didapat setelah tendangan penjuru Shofa dapat diselesaikan dengan baik oleh Conte. Lepas dari kawalan pemain belakang Rinjani, Conte dengan keras menanduk bola tanpa bisa dihadang kiper lawan.

Tak kunjung bisa mencetak gol, striker lincah Miko akhirnya turut andil dalam terciptanya gol keempat Walisongo. Mendapat umpan terobosan dari Shofa, Miko lari sendirian ke sisi kanan kotak penalti lawan. Bek Rinjani yang tak kuasa mengejar Miko akhirnya terpaksa melakukan tackle dari belakang. Wasit pun tak ragu menunjuk titik putih untuk memberikan penalti pada Walisongo. Hartono yang dipercaya mengeksekusi, tanpa ampun menendang bola keras-keras merobek gawang Rinjani.

Terus-menerus ditekan, membuat para pemain Rinjani hanya mengandalkan serangan balik. Beruntung sebuah umpan silang dari sayap kiri Rinjani mengenai tangan stopper Walisongo di dalam kotak penalti. Hakim garis yang melihat terjadinya pelanggaran mengangkat bendera. Wasit pun menunjuk titik putih. Kiper Habib yang menggantikan Rikza tak kuasa menahan bola yang meluncur ke kanan atas gawangnya. Kedudukan 4-2 bertahan hingga 40 menit babak kedua berakhir.[]

Laundry Griya Jateng, 20 Maret 2007

Sunday, March 18, 2007

Mesir = Abu Simbel


Ada banyak hal yang mendukung kalimat "jangan ngaku pernah ke Mesir sebelum sampai Abu Simbel". Maklum, justru peradaban Mesir kuno yang amat terkenal itu banyak berserakan di daerah selatan Mesir, mulai dari Luxor, Aswan hingga Abu Simbel di ujung selatan dekat perbatasan Mesir-Sudan. Beruntung bagi para pemegang kartu pelajar dapat menjadi anggota Nadi Wafidin yang menyelenggarakan rihlah Luxor-Aswan tiap tahunnya. Petualangan biasanya dimulai dari sekitar Luxor, lalu menuju Aswan dan Abu Simbel.

Salah satu kuil besar di Luxor adalah Karnak Temple. Di situ berdiri cukup banyak patung dewa-dewa yang dipuja oleh Mesir kuno (sekitar 1000-2000 tahun sebelum Masehi). Banyak juga patung raja-raja dan para istrinya. Selain itu, tampak menjulang tinggi 2 obelisk (semacam tugu atau menara). Konon, obelisk menunjukkan lambang kejantanan, digunakan sebagai monumen untuk pemujaan dewa-dewa yang tidak diketahui.

Dalam wilayah Karnak Temple, juga terdapat kolam cukup luas, dinamakan sebagai Buhairah Muqaddasah (danau suci). Danau (atau lebih tepat disebut sebagai kolam besar) ini, meski berada di tengah-tengah daerah yang tandus, kanan-kiri lebih banyak gurun dan bebatuan, tapi airnya tetap jernih.

Kuil besar lainnya di sekitar kota Luxor bernama Luxor Temple, yang terletak tak jauh dari aliran sungai Nil. Di bagian paling depan, berdiri 2 patung besar dan di sampingnya sebuah obelisk amat tinggi, melebihi tingginya gerbang sekaligus benteng utama di sisi kanan-kiri. Agak jauh di depan gerbang Luxor Temple ini, sebenarnya berjajar rapi puluhan patung singa duduk.

Saat masuk ke dalam Luxor Temple, suasana tak jauh berbeda dengan Karnak Temple. Di kanan-kiri jalan dalam area Luxor Temple ini, berdiri dengan kokoh tiang-tiang besar. Kalau zaman sekarang barangkali untuk membuatnya harus dengan teknologi beton atau cor. Tapi orang Mesir kuno hanya membuatnya dengan batu-batu besar, keras dan amat kuat. Entah bagaimana orang Mesir kuno menata batu-batu berat itu sampai menjadi bangunan yang sedemikian tinggi dan kokoh.

Kuil lainnya yang perlu dikunjungi adalah Hatsipsut Temple yang terdiri dari dua tingkat. Masing-masing berdiri kokoh dihiasi dengan tiang-tiang yang menjulang cukup tinggi. Untuk menuju ke tingat dua, sudah ada tangga-tangga yang menjulur jauh ke depan hingga dekat parkir kendaraan.

Pemandangan di dalam Hatsipsut Temple ini terlihat lebih sederhana dibanding kuil lainnya. Kalau di dinding Karnak Temple dan Luxor Temple terdapat banyak sekali pahatan-pahatan yang menggambarkan kejadian atau legenda di zaman Mesir kuno, maka hal itu tidak terlalu mencolok di Hatsipsut Temple. Namun Hatsipsut Temple memiliki keistimewaan tersendiri karena terletak di bawah gunung batu yang tandus serta amat jauh dari nuansa kehidupan makhluk, hewan atau tumbuhan.

Selain kuil, ada juga tempat pemakaman yang terletak di dalam gunung, yaitu Wâdi al-Mulûk atau Kings Valley atau Lembah Raja. Dikatakan demikian karena memang lembah ini diperuntukkan sebagai makam raja-raja dan pembesar di masa Mesir kuno. Uniknya, makam dibuat di dalam pegunungan batu cadas yang ada di lembah ini. Dengan menggali pegunungan ini, jadilah terowongan atau gua yang di ujungnya disediakan tempat sebagai makam raja atau bangsawan.

Ada 48 gua yang digali di lembah ini. Jarak antara satu gua (sekaligus makam) dengan yang lainnya tidak terlalu jauh. Tapi jika ingin mengelilingi dan memasuki setiap makam ini, tentu butuh waktu yang tak sedikit. Belum lagi jalanan yang menanjak dan naik turun layaknya pegunungan. Di sepanjang lorong setiap gua, terukir dan terpahat jalan hidup yang dilalui penghuni makam. Hebatnya, ukiran yang juga ada di langit-langit lorong gua-gua itu, dilengkapi warna-warni sesuai gambaran aslinya. Misalnya kuda berwarna coklat, pakaian berwarna merah dan lain sebagainya. Entah bangsa Mesir kuno menggunakan bahan pewarna seperti apa, hingga warna itu tak luntur meski sudah berumur ribuan tahun.

Di Aswan dan sekitarnya, lebih banyak lagi bukti sejarah peradaban Mesir kuno. Hanya saja jarak antara satu dan yang lainnya cukup jauh, berbeda dengan kuil-kuil yang berada di sekitar Luxor. Jika meniti perjalanan antara Luxor-Aswan, maka tidak boleh melwatkan Edfu Temple dan Kum Ambo Temple.

Edfu Temple, kuil yang terletak sekitar 105 km sebelum Aswan ini, konon didirikan untuk menyembah Dewa Horus. Seperti kebanyakan kuil-kuil yang dibangun bangsa Mesir kuno, bagian depan bangunan utamanya adalah pintu gerbang menjulang tinggi, diapit benteng yang lebih tinggi lagi di kanan-kirinya.

Baru sebelum masuk bagian dalam bangunan utama, tampak patung Dewa Horus yang digambarkan dengan burung elang tampak berdiri kokoh. Seakan baru dibuat beberapa tahun silam, patung setinggi lebih kurang 3,5 meter ini masih tampak kuat, rapi dan terawat.

Bagian dalam Edfu Temple cukup gelap. Ini karena bagian atas kuil tersebut tertutup rapat, berbeda dengan Karnak Temple dan Luxor Temple yang tak memiliki atap. Di dinding-dinding kuil ini, banyak terukir cerita tentang Dewa Horus dan beberapa dewa lainnya. Yang paling mencolok adalah gambaran tentang ‘id al-liqâ' al-jamîl (perayaan bertautnya dua cinta), dimana menunjukkan bertemunya Dewa Horus dan istrinya yang cantik jelita bernama Hathur. Gambaran lain, seperti yang terukir di atap Edfu Temple adalah betapa cantiknya salah satu sesembahan orang Mesir kuno, Dewi Nut.

Sementara Kum Ambo Temple, berdiri kokoh di tengah-tengah perjalanan Edfu-Aswan. Terlihat begitu anggun karena berada di dataran tinggi di tepian sungai Nil. Dari depan Kum Ambo Temple, sungai Nil terbentang luas mengalir dari selatan ke utara. Bahkan kini, dibuat taman bunga nan indah di depan kuil. Sehingga kalau berdiri di depan kuil, jauh ke depan dapat melihat pemandangan indah terbentang luas di pelupuk mata. Mulai dari taman bunga, tumbuh-tumbuhan hijau yang tumbuh liar di tepi sungai, lalu Nil yang dialiri air biru nan jernih dan jauh di depannya lagi nampak pepohonan hijau yang tumbuh subur berkat aliran sungai Nil.

Di sekitar kota Aswan sendiri, kita dapat mengunjungi banyak obyek, di antaranya Philae Temples. Philae Temples merupakan kumpulan kuil-kuil yang sempat dikuasai dan dimanfaatkan oleh tiga agama/kepercayaan. Berada di tengah-tengah aliran sungai Nil, untuk sampai pada kuil ini, pengunjung harus menyeberang dengan naik kapal.

Bangsa Yunani, Romawi dan kaum Masehi (Kristiani) pernah menggunakan bangunan-bangunan ini sebagai tempat ibadah mereka. Hal ini juga nampak dari beberapa perubahan yang ada pada kuil-kuil. Orang Masehi misalnya, sempat mengukirkan lambang salib pada beberapa sudut bangunan. Beberapa pahatan yang mengambarkan bentuk dewa Mesir kuno juga terpaksa dirusak oleh penguasa kuil setelahnya. Konon, orang Mesir kuno mengkhususkan tempat ini untuk pemujaan pada Dewi Isis.

Saat ini, Philae Temples berada di pulau Agelica, lebih kurang 500 meter dari tempat aslinya. Hal ini karena sekitar tahun 1960-an, pada saat pembangunan Aswan High Dam, kumpulan kuil Philae sempat terendam air. Ketika itu yang tampak hanya pucuk-pucuk dan atap-atap bangunan Philae Temples. Karenanya, pemerintah Mesir bersama UNESCO berinisiatif memindahkan seluruh bangunan Philae Temples di daratan yang tak tergenang air dan pulau Agelica lah yang jadi pilihan.

Sementara bila kita bisa menyambangi hingga ujung selatan Mesir, maka kita dapat menikmati Abu Simbel Temple. Sejarahnya, kuil besar ini didirikan dengan "memotong" aliran sungai Nil. Setelah tak ada air setitikpun di kubangan besar akibat dimatikannya arus air ke kawasan itu, perbukitan batu itu lalu dipahat dan diukir. Secara garis besar, kuil Abu Simbel terdiri dari dua bagian. Kuil pertama sebagai kuil utama dihiasi 4 patung besar setinggi hampir 40 meter. Empat patung itu adalah masing-masing dua patung Ramses II yang sedang duduk didampingi istrinya, Nefertari.

Di dalam kuil, terdapat ruangan cukup luas. Berbagai ukiran dan pahatan menghiasi dinding-dinding setiap ruangan serta tiang-tiang yang ada di dalamnya. Di antaranya adalah gambar yang menunjukkan Ramses II memegang anak panah dan busurnya yang siap dilepas, berada di atas kereta sedang memimpin perang. Ramses II memang dikenal gagah berani dan sering turun langsung dalam peperangan.

Sementara kuil kedua yang ukurannya lebih kecil, dihiasi 6 buah patung masing-masing setinggi sekitar 27 meter. Patung-patung berdiri itu adalah 4 patung Ramses II dan 2 patung istrinya Nefertari. Tak jauh berbeda dengan kuil utama, dinding-dinding kuil ini juga indah terpahat cerita dan legenda zaman Mesir kuno.

Salah satu kelebihan Abu Simbel Temple adalah bisa masuknya sinar matahari hingga ke ruangan terdalam di kuil utama, dimana 4 patung dewa berada. Setiap tahun, pada tanggal 22 Februari dan 22 Oktober sinar matahari dapat menerobos masuk hingga ruangan terdalam itu. Uniknya, 22 Februari merupakan hari ulang tahun Ramses II sementara 22 Oktober adalah hari dimana penguasa Mesir di zaman Nabi Musa As. itu naik tahta.

Banyak yang bertanya, kenapa kuil sebesar ini justru dibangun di tempat yang jauh dari tempat tinggal kebanyakan orang. Ternyata konon, kuil ini memang sengaja dibangun agar mereka yang berlayar dan akan melewati daerah Mesir dapat langsung tahu terdapat kerajaan dan kebudayaan besar yang ada di kawasan itu. Hal ini juga untuk menunjukkan betapa kuatnya penguasa yang memimpin Mesir.

Ada cerita lain di balik kuil Abu Simbel ini. Sebenarnya sebelum berada pada tempatnya yang sekarang, dua kuil itu sempat terendam air saat pembuatan bendungan besar (Aswan High Dam) di dekat kota Aswan. Karena kuil ini merupakan peninggalan sejarah yang amat berharga, UNESCO turut serta memikirkan bagaimana melestarikannya. Akhirnya pada tahun 1964-1968, pemerintah Mesir dibantu UNESCO memindahkan Abu Simbel Temple, diangkat sekitar 60 meter dari tempat semula. Agar posisi dan letaknya persis sesuai dengan aslinya, dibuatlah bukit buatan sebagai penyangga di belakangnya.

Akhirnya meski berpindah tempat, kuil Abu Simbel ini tetap terlihat seperti sedia kala, hanya sudah nampak guratan-guratan pecahan patung dan bangunan secara umum. Karena untuk memindahkan pahatan gunung batu sebesar itu, rasanya mustahil jika dilakukan dengan sekali angkut. Makanya terpaksa dipecah-pecah, lalu diangkat satu per satu dan ditata kembali seperti sedia kala sebagaimana aslinya saat dibuat lebih dari 3000 tahun silam.

* Tulisan ini dimuat di buletin Informatika edisi 16 Maret 2007

Sunday, March 11, 2007

Suka Duka Peluncuran Album Perdana Da'i Nada


Masisir kembali disuguhi sebuah album nasyid yang dilahirkan oleh teman seperjuangan. Setelah tim nasyid Bestlight ICMI Orsat Cairo menelurkan album perdananya sekitar 3 tahun lalu, kini grup nasyid Da'i Nada hadir dengan kemasan yang lebih mentereng.

Berbeda dengan Bestlight yang mencetak album di Indonesia, Da'i Nada dengan berani menelurkan album di negeri piramid. Berbekal popularitas di kalangan orang Mesir, Da'i Nada yang dimanageri oleh bos Rafi'i Travel Groups, Arafi Mughni, Lc., membuat album perdana sekaligus menggarap serius klipnya. Ini merupakan inovasi baru di kalangan dunia edutainment Masisir.

Kalau sekadar rekaman, dengan bekal kantong cukup tebal, barangkali dapat membuat album baru. Tapi dapat tampil di televisi asing, tentu perlu usaha tersendiri. Karenanya, Masisir tak ragu memberikan applaus pada Da'i Nada.

Terbukti saat peluncuran album perdana Da'i Nada yang diselenggarakan pada Sabtu (10/3/2007) petang, hadirin hampir memenuhi ruangan Auditorium Fakultas Kedokteran Al-Azhar. Meski merupakan konser tunggal, beberapa hari sebelum acara sudah banyak juga yang berebut mencari karcis tiket masuk yang dibedakan menjadi 3 klasifikasi.

Kelas VVIP dijual dengan harga 15 pound Mesir dengan fasilitas snack dan mendapatkan sebuah kaset. Sementara pembeli tiket kelas VIP seharga 5 pound mendapat snack. Sedangkan pemegang tiket free class, yang disebarkan melalui agen-agen khusus, berhak mengikuti acara peluncuran tanpa mendapatkan snack maupun kaset album perdana.

Dimulai usai shalat magrib, sembari menunggu hadirin yang berbondong-bondong datang secara rapi, tim nasyid Da'i Nada yang dipimpin Nur Akhyari melakukan cek sound. Meski masih tampil informal, hadirin yang sudah hadir tak kuasa untuk tidak bertepuk tangan.

Baru sekitar pukul 19.00, acara resmi dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran. Sebelum dilanjutkan sambutan-sambutan, tim nasyid Da'i Nada didaulat maju ke panggung untuk membawakan sebuah lagu. Karena sudah banyak hadirin yang membawa teks lagu yang ada di kaset maupun yang dibagikan melalui lembar fotokopian, maka dengan refleks nyanyian Nur Akhyari cs diikuti para pengunjung.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia yang disampaikan oleh Mallingkai Ilyas, yang notabene merupakan kawan seangkatan para personil Da'i Nada yang memang lahir dari rombongan mahasiswa Depag angkatan 2003, Revival el-Mahbub. Berikutnya, kata sambutan dari PPMI disampaikan langsung oleh presidennnya, Nur Fuad yang kebetulan juga merupakan anggota Revival el-Mahbub.

Diselingi penampilan 2 artis cilik, Salman dan Jihan yang menyanyikan lagi Islami, acar kemudian diteruskan dengan sambutan lagi. Kali ini sambutan dari manager Da'i Nada, Arafi Mughni, lalu kepala perwakilan KBRI Cairo yang diwakili oleh Pejabat Fungsi Protokoler dan Konsuler, Nurwenda dan terakhir perwakilan dari Qomunity Radio cabang Cairo.

Qomunity Radio sendiri menyiarkan secara langsung acara peluncuran itu. Hatta, yang menjadi perwakilan radio yang juga banyak digemari pecinta siaran on-line di seantero tanah air juga luar negeri itu mengakui bahwa lagu-lagu Da'i Nada banyak digemari para pendengar. Bahkan, hampir di setiap mata acara selalu saja ada request dari pendengar Q-Radio (demikian Qomunity Radio biasa disingkat) agar penyiar memutarkan salah satu lagu Da'i Nada.

Setelah sambutan-sambutan itu, acara terpaksa dipotong karena diselingi penggalangan dana untuk korban gempa Minang yang terjadi beberapa hari lalu. Naasnya, saat panitia penggalangan dana akan mempresentasikan keadaan para korban gempa, layar monitor LCD yang sudah disiapkan sebelumnya tak bisa berfungsi. Hadirin pun jadi merasa tak nyaman menunggu. Akhirnya meski tak dapat memperlihatkan gambaran melalui layar visual, panitia hanya memperdengarkan melalui microphone sementara kotak amal berkeliling di tribun hadirin.

Kembali ke acara inti, dilanjutkan dengan talkshow menghadirkan para personil Da'i Nada. Hadir di atas panggung lengkap sejumlah 7 orang. Pertanyaan dan jawaban berkisar di sekitar sejarah berdirinya Da'i Nada dan jalan menuju keluarnya album perdana. Nur Akhyari yang menjawab pertama menceritakan bahwa Da'i Nada lahir pada tahun 2003. Ketika itu, 7 orang personil sepakat mengelompokkan diri untuk menampilkan lagu-lagu nasyid dalam suatu acara yang diselenggarakan oleh kumpulan para calon penerima beasiswa Al-Azhar via Depag.

Setelah penampilan perdana dirasa cukup kompak, ke-7 orang tersebut kemudian makin giat mengembangkandiri sesampainya di Cairo. Meski sempat terpisah saat pemberangkatan ke negeri nabi ini, dengan segala keuletan akhirnya Da'i Nada dapat kembali tampil di khalayak umum. Pelan tapi pasti, audiens yang mendengarkan Da'i Nada makin lama makin terkesima. Pihak pengundang kian lama kian banyak.

Bahkan tidak hanya di kalangan Masisir, orang-orang Mesir atau warga negara asing pun turut mengundang Da'i Nada untuk menghibur acara-acara yang mereka gelar. Hingga suatu ketika, setelah memenangkan festival nasyid yang diselenggarakan PPMI, Da'i Nada mendapat undangan tampil di televisi Mesir.

Dengan manajemen yang lebih profesional, Da'i Nada lalu mendapat tawaran seorang produser Mesir yang tertarik dengan suara emas Nur Akhyari cs. Setelah melalui lika-liku proses rekaman dan syuting yang cukup memeras keringat, makin sering tampillah Da'i Nada di televisi Mesir. Hingga sekitar awal tahun 2007 lalu, sebuah album bertajuk Maa Lii Rabbun Siwaahu (Tiada Bagiku Tuhan Selain Dia), selesai pengerjaannya lengkap dengan versi VCD klipnya.

Acara semakin menarik dengan adanya dialog interaktif dengan para artis di panggung. Melalui nomer ponsel yang disiarkan presenter, hadirin atau pendengar Q-Radio dapat tanya jawab langsung dengan para personil Da'i Nada layaknya acara interaktif di televisi dan radio.

Karena waktu terbatas, maka dibatasi hanya 2 orang penanya. Penelpon pertama bersuara laki-laki menanyakan kenapa Nur Akhyari sering terlihat seperti memainkan ringtone ponsel saat tampil di panggung. Ternyata hal itu ada rahasianya. Bahwa ringtone ponsel versi monophonic yang memliki fasilitas composer dapat digunakan sebagai pengatur nada semua personil agar suara mereka dapat seragam, tak ada yang ketinggian maupun terlalu rendah.

Sementara penelpon kedua cukup membuat suasana makin ramai. Hal ini karena suara perempuan yang diperbesar langsung melalui microphone, menanyakan apakah Nur Akhyari sudah memiliki calon (istri). Karena penelpon mengaku berada di dalam ruangan acara, hadirin yang lain pun terlihat saling memandangi tribun khusus perempuan. Tapi rupanya sang penelpon cukup cerdas untuk menutupi diri, sehingga tak ada yang tahu siapa dia.

Mendapat pertanyaan demikian, Nur Akhyari sempat terlihat kikuk dan kaget. Tapi setelah dapat menguasai diri, kemudian menjawab dengan diplomatis, bahwa calon (istri) sebenarnya sudah ada, tapi barangkali belum tahu siapa gerangan.

Karena tak terasa jarum jam hampir menunjuk pukul 21.00, dimana batas waktu penyewaan aula akan habis, maka presenter lalu mempersilakan Da'i Nada kembali menyanyikan lagu-lagu yang ada dalam album perdana mereka. Hanya dua buah lagu saja yang dapat mereka bawakan, sebelum acara harus ditutup dengan doa melihat pengelola gedung mengisyaratkan waktu sewa habis.

Pengunjung yang mengira acara bakal dipenuhi dengan penampilan-penampilan lagu layaknya konser tunggal, terpaksa gigit jari hanya dapat melihat beberapa lagu saja dapat ditampilkan Da'i Nada. Tentu saja, bagi yang benar-benar ingin menikmati lagu-lagu Da'i Nada, tak akan keberatan merogoh koceknya sebesar 12 pound (kaset) atau 25 pound (klip/VCD) untuk tayangan legal dan halal.[]

Bawabah Tiga, 11 Maret 2007

Puncak Almamater Days Kurang Menggigit


Kreatifitas baru dimulai lagi oleh Masisir. Kali ini, 10 almamater bersatu-padu membuat acara gabungan. Dimulai dari pekan olahraga yang diselenggarakan selama tiga hari pada akhir Februari lalu, acara puncak sebenarnya direncanakan di hari terakhir penyelenggaraaan. Tapi karena sewa lapangan dengan waktu terlalu terbatas, jadwal tak bisa berjalan sempurna.

Terlanjur memiliki persiapan cukup jauh, akhirnya puncak perayaan bertajuk Almamater Days in Collaboration with AFE Care ditunda hingga bulan Maret. Maka pada Jumat (9/3/2007) sore kemarin, Almamater Days pun kembali digelar, kali ini dengan bangga panitia menuliskan sebagai "Almamater Days Return".

Tapi, lagi-lagi batas waktu penyewaan auditorium menjadi kendala. Bahkan rangkaian acara pun terpaksa dilalui dengan kesan tergesa-gesa. Sejak awal, penyelenggara acara terlihat kaku, kikuk dan tidak merasa enjoy membawakan satu demi satu rangkaian acara. Maklum, Masisir yang selama ini terbiasa memulai acara seusai shalat magrib dan baru selesai sekitar pukul 23.00, kali ini harus memulai acara tepat setelah shalat ashar dan harus usai pukul 21.00.

Keinginan panitia agar hadirin bisa datang tepat setelah ashar, harus dihadapi dengan sabar. Bahkan beberapa saat menjelang adzan magrib, pengunjung belum dapat memenuhi Auditorium Fakultas Kedokteran Al-Azhar yang memang lumayan besar itu.

Sebelum datang waktu magrib, sembari menunggu hadirnya penonton, acara utamanya adalah pengumuman pemenang berbagai lomba Almamater Days dan pembagian hadiah. Almamater FISMABA (Pesantren Bahrul Ulum, Jombang, Jawa Timur) berhak tampil sebagai juara umum setelah memenangi emas sepakbola, catur putra dan tenis meja putra.

Saat adzan magrib tiba, acara pun dihentikan seraya memberikan waktu bagi hadirin dan panitia untuk shalat berjamaah. Setelah itu, acara pun digelar kembali. Sekitar pukul 18.30, MC resmi membuka acara dengan membaca basmalah. Dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia Abdullah Yazid, lalu Drs. Agus Salim selaku Kuasa Usaha ad interim KBRI Cairo dan Nur Fuad sebagai Presiden PPMI. Sementara dari pihak Agla Family Express (AFE) sebagai mitra panitia penyelenggara, diwakili direkturnya, Viki Ardana, menyampaikan beberapa kalimat sebagai ucapan syukur dapat berbagi dengan penyelenggara dan peserta Almamater Days.

Acara inti yang dikemas dengan model talkshow, menghadirkan 10 orang ketua mewakili almamaternya masing-masing. Karena saking banyaknya narasumber talkshow itu, MC kocak Agla pun terlihat kewalahan menguasai penuh jalannya acara. Kalaupun masih terlihat sisi-sisi menarik dari seorang MC handal sekelas Agla, tampilnya 10 orang langsung dalam satu waktu di satu panggung tetap mengurangi greget acara.

Pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari MC atau presenter jadi kurang fokus. Tentu saja hal ini menjadi sisi kelemahan tersendiri. Bahkan salah seorang pengunjung ada yang nyeletuk barangkali sebaiknya dari sekian banyak narasumber itu dipecah menjadi tiga atau empat bagian, sehingga tidak sekaligus tampil yang justru menjadikan acara kurang bisa dinikmati.

Sambil jalannya talkshow, setelah tanya-jawab antara presenter dan para ketua almamater itu, diselingi dengan penampilan-penampilan yang sengaja diminta dari masing-masing almamater. Mendapat kesempatan pertama kali tampil adalah pantun berantai dari almamater IKARUS (Pesantren Raudlatul Ulum, Sakatiga, Sumsel).

Setelah itu berturut-turut tampil nasyid Shohwatus Salam (IKMAS Assalam Solo, Jateng), rebana (FISMABA), beladiri (IKRH Arraudlatul Hasanah, Medan, Sumut), musikalisasi puisi (IKBAL Baitul Arqam Bandung), tari kombinasi (IKPM Darussalam Gontor, Jatim), marawis (IKPMA Attaqwa Bekasi, Jabar) dan kembali diakhiri dengan pantun berantai.

Sayangnya, dari sekian banyak hiburan yang ditampilkan, tidak semuanya hadir dalam kondisi seratus persen. Masih tampak di sana-sini hal-hal yang perlu dibenahi. Penonton pun tidak dapat memberikan applause sepanjang jalannya acara. Bahkan satu-dua penampilan terkesan tampil apa adanya, sehingga tampak kurang greget dan kurang menggigit.

Di antara tampilan yang terlihat dapat banyak merebut hati penonton adalah tari kombinasi (tarkom) IKPM. Meski tarkom hampir selalu hadir dalam setiap acara hiburan Masisir, tapi munculnya kreasi baru di setiap penampilan membuat pengunjung tak jemu memberikan applause panjang. Bahkan boleh dibilang tarkom adalah cerminan profesionalisme hiburan Masisir.

Selain itu, rebana FISMABA juga cukup membuat hadirin terkesima. Alunan musik khas rebana yang memang jarang terlihat di acara-acara hiburan Masisir, mengundang decak kagum para penonton. Ditambah dengan lagu yang dibawakan sudah tak terlalu asing di telinga para mahasiswa, suara sayup-sayup beberapa pengunjung pun tampak terdengar ikut menyanyikannya.

Tepat di penghujung acara, beberapa menit menjelang pukul 21.00, grup band Bluetooth tampil membawakan dua buah lagu. Sayangnya, karena pihak pengelola gedung sudah memberi isyarat waktu penyewaan habis, hadirin pun tak dapat menikmati alunan musik yang dimainkan Bluetooth. Apalagi, cek sound yang dilakukan personil Bluetooth juga cukup memakan waktu. Walhasil, lagu kedua justru menjadi pengiring jalannya hadirin menuju pintu keluar. Bahkan MC pun tak sempat menutup acara saat penonton membubarkan diri. Penyelenggara acara-acara berikutnya yang kelak akan menggunakan Auditorium Fakultas Kedokteran tentu harus mempersiapkan diri lebih matang agar tak kembali mengecewakan hadirin.[]

Bawabah Tiga, 11 Maret 2007

Thursday, March 08, 2007

Pesta Gol, Walisongo Rengkuh Juara Lagi


Partai final Java Cup IV benar-benar layak ditonton. Perkiraan sebagian orang yang sebelumnya menyatakan partai puncak antara Walisongo vs Airlangga ini akan sepi gol, dibalikkan para pemain di tengah lapangan. Pertandingan pun menarik sekaligus menghibur dengan terciptanya gol-gol indah. Bahkan tak disangka sebelumnya, pesta gol terjadi di partai pamungkas ini.

Bermain penuh determinasi, Walisongo berhasil menggulung Airlangga dengan skor mencolok, 6-0. Di partai yang mempertemukan dua finalis Indonesian Games VI/2006 itu, tim kebanggaan KSW kembali mempermalukan skuad dari Gamajatim. Saat final Indonesian Games tahun lalu, Walisongo memang berhasil mempecundangi musuh klasiknya itu melalui adu penalti. Dengan kemenangan di partai puncak ini, Walisongo berhasil mengawinkan emas Indonesian Games sekaligus Java Cup. Hal ini juga makin mengukuhkan Walisongo sebagai kiblat sepakbola kekeluargaan Jawa-Madura, setelah kembali merengkuh gelar jawara Java Cup untuk yang ketiga kalinya selama 4 penyelenggaraan. Hanya pada penyelenggaraan sebelumnya sajalah gelar lepas ke tangan tim lain, Pasher.

Sedikit telat dari jadwal semula yang direncanakan pukul 16.00, Rabu (7/3/2007) sore kemarin, kedua tim tampak mengerahkan kekuatan terbaiknya. Anang yang sebelumnya sempat dikabarkan cedera, tetap menjadi motor serangan Airlangga. Sementara di kubu Walisongo, Conte dan Shofa menjadi otak permainan di lini tengah.

Sejak peluit kick off dibunyikan wasit Ali Ghana, kedua tim memperagakan permainan menyerang. Walisongo yang mendapat keuntungan menendang bola terlebih dahulu, dengan baik mempertahankan penguasaan bola. Beberapa kali Miko mencoba menusuk dari berbagai sisi, tapi dengan sigap kuartet Airlangga yang baru kebobolan 1 gol selama turnamen berhasil membendung.

Saat bola mereka kuasai, dengan cepat Anang memimpin serangan balik. Mengandalkan dua striker sekaligus, Airlangga belum bisa menguasai irama permainan. Sementara penampilan para pemain Walisongo jauh dari kesan terbebani, seperti yang mereka perlihatkan saat pertemuan kedua tim sebelumnya di babak penyisihan. Bermain dengan lugas dan lepas, skuad Walisongo lebih banyak mengendalikan bola.

Hingga pada menit ke-10, tercetak gol pertama. Qodir yang overlapping hingga sisi kiri pertahanan Airlangga, dengan cerdik mengirimkan umpan terobosan pada Miko. Dihalang-halangi 2 pemain Airlangga, Miko berhasil lolos dari jebakan offside dan menyambut umpan matang Qodir. Tinggal berhadap-hadapan dengan Ferdi, dengan mudah Miko menendang bola menyusur tanah melewati sergapan kiper andalan Airlangga itu.

Sorak-sorai pendukung Walisongo pun pecah. Meski tanpa alat musik, nyanyian dan yel-yel supporter berjuluk Laskar Semar Mesem itu cukup menutupi suara pendukung Airlangga yang terlihat lebih sepi, tak seperti biasanya. Sepinya lagu-lagu khas Jawa Timur rupanya karena alat musik mereka belum datang. Bahkan alat musik yang menjadi andalan pemompa semangat tim Airlangga baru datang setelah Ferdi kebobolan gol kedua.

Top scorer sementara Conte, yang memainkan bola di sisi kanan mencoba melepaskan tendangan spekulasi dari jarak sekitar 30 meter. Meski tak terlalu keras, Ferdi kembali gagal mengantisipasi arah bola. Sepakan agak melengkung melewati atas kepala beberapa pemain itu tak kuasa ditahan Ferdi. Kiper yang jauh dari kesan jangkung itu pun terpaksa memungut bola dari jalanya karena tak bersih menepis bola tinggi. Gol ke-13 Conte dalam turnamen.

Tak berhenti di situ, pada menit ke-27 Conte kembali menegaskan posisinya di posisi teratas daftar pencetak gol. Hampir sama dengan proses gol sebelumnya, Conte kembali memuaskan pendukungnya. Dibayang-bayangi beberapa pemain belakang Airlangga, Conte berhasil mendapat celah untuk melepaskan tendangan. Lagi-lagi Ferdi tak kuasa menahan bola yang datang tinggi melewati kepalanya.

Unggul 3 gol, tak membuat pemain Walisongo yang berkostum merah-hitam terlena. Irama permainan masih terus mereka kendalikan. Lini tengah Airlangga pun dipaksa ikut turun membantu menjaga area pertahanannya. Walisongo yang tampil tetap tenang, memegang mayoritas penguasaan bola. Hasilnya, tambahan gol terjadi pada menit ke-32.

Mendapat umpan dari lini tengah, Miko yang menusuk di sayap kiri, mengirimkan assist jauh ke depan gawang. Hilmi yang berlari dari sayap kanan, berhasil mendahului kiper Ferdi mendapatkan bola di dekat tiang jauh. Dengan menyundul bola sambil menjatuhkan diri, sebuah gol indah Hilmi membuat Airlangga remuk-redam ketinggalan 4 gol di babak pertama. Bahkan saat terciptanya gol itu, beberapa pemain Airlangga tampak bertekuk lutut lemas di tengah lapangan.


Pada babak kedua, tempo permainan agak mengendur. Sedikit demi sedikit Airlangga mulai bangkit ikut mengendalikan jalannya pertandingan. Di sisi lain, para pemain Walisongo tampak lebih santai memainkan bola. Meski masih punya hasrat mencetak gol tambahan, skuad asuhan Ulinnuha (mantan pemain asal Pati, Jawa Tengah) bermain tidak seganas saat babak pertama.

Airlangga pun mulai dapat menusuk ke jantung pertahanan Walisongo. Beruntung kuartet belakang Walisongo yang dikomando kapten tim, Buya, serta pemain serba bisa, Kholid, dapat mengantisipasi datangnya bola. Permainan pun banyak bergulir di lapangan tengah.


Urung mencetak gol balasan, Airlangga malah kebobolan lagi. Karena Shofa diganjal di dekat kotak penalti, wasit tak ragu memberikan hadiah tendangan bebas untuk Walisongo. Airlangga pun membuat pagar hidup untuk menghadang tendangan langsung yang diambil Conte. Tapi dengan cerdiknya, pemain yang sempat absen saat Indonesian Games 2006 lalu karena pulang ke tanah air itu, mencongkel bola melewati pagar hidup. Ferdi yang berdiri lebih dekat ke sisi kiri gawangnya, tak mampu menjangkau bola yang menembus pojok kanan atas gawang. Dengan hattrick ini, Conte tak terkejar di top scorer dengan perolehan 15 gol.

Saat skor 5-0, para pendukung Walisongo melakukan selebrasi sendiri di pinggir lapangan, seolah-olah sudah menjadi juara. Berbaris layaknya gerbong kereta api, mereka berjalan menggandengkan tangan di punggung rekan yang ada di depannya, sambil menyanyikan lagu-lagu kemenangan.


Uniknya, kreasi selebrasi ini dimulai oleh salah seorang pemain Walisongo yang tak masuk line-up utama. Barangkali karena ingin berbagi dengan supporter, Ari yang sebelumnya duduk di bangku cadangan pemain datang ke area supporter dan memimpin selebrasi itu. Walau sebentar saja, ajaran Ari cukup membuat supporter lainnya makin kreatif merayakan keunggulan.

Tak ayal, pemandangan ini menjadi hiburan menarik bagi para penonton yang berasal dari luar dua kekeluargaan yang sedang bertanding. Di sisi lain, alat musik yang terus dimainkan supporter Botaqmania --julukan pendukung Airlangga-- belum mampu mengangkat moral pemain kesayangannya. Tertinggal sedemikian banyak gol, perjuangan Airlangga makin berat setelah kaptennya, Ali Oncom, harus meninggalkan lapangan. Dianggap terlalu tinggi mengangkat kaki saat berebut bola dengan Miko, Oncom yang sebelumnya sudah mengantongi kartu kuning harus melepas ban kaptennya dan diusir keluar.

Meski demikian, Airlangga tetap kuasa melancarkan beberapa serangan ke arah pertahanan Walisongo. Tapi, lagi-lagi bak menghadapi tembok kukuh saat sampai di kotak penalti Rikza dan penggantinya, Habib. Bahkan, justru pendukung Airlangga harus menjerit lagi saat Hartono mencetak gol ke-6 Walisongo.

Memanfaatkan bola muntah hasil kemelut di area penalti Airlangga, Hartono
dengan tenang melepaskan tendangan keras setelah sempat mengontrolnya dengan kaki kanan. Sepakan tajam itu pun melewati hadangan pemain Airlangga dan merobek jala Ferdi. Setengah lusin gol membuat Laskar Semar Mesem makin kegirangan meneriakkan yel-yel kemenangan. Tanpa ragu, selebrasi layaknya tim jawara dipertontonkan lagi.

Benar saja, beberapa menit kemudian wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Secara hampir bersamaan, pemain dan pendukung Walisongo pun sujud syukur dan saling berpelukan. Kemenangan telak yang tak disangka sebelumnya membuat para pengurus KSW berbahagia. Target sukses pelaksanaan sekaligus sukses prestasi dapat direngkuh. Meski sebenarnya rangkaian acara belum selesai semua, mengingat di pekan terakhir bulan Maret direncanakan akan ada pentas seni lintas kekeluargaan se-Jawa/Madura sekaligus pengalungan medali para jawara. Kita tunggu tanggal mainnya.[]

Bawabah Tiga, 8 Maret 2007

Tuesday, March 06, 2007

Puncaki Klasemen, Walisongo Ditantang Airlangga di Final


Di hari terakhir babak penyisihan Java Cup IV, hujan gol kembali terjadi. Bahkan lebih banyak dari hari sebelumnya, di hari kelima penyelenggaraan turnamen ini total 24 gol tercetak. Mengokohkan posisinya di urutan teratas pencetak gol terbanyak, Senin (5/3/2007) siang kemarin Conte menambah 6 gol. Sehingga langsung jauh melesat sendirian meninggalkan pesaingnya, Anang, yang sebelumnya sama-sama mengemas 6 gol.

Dengan torehan 6 gol ini, Conte jelas hampir pasti membukukan rekor baru dalam top scorer. Pada penyelenggaraan tahun lalu saja, As'ad (Walisongo) hanya cukup mencetak 6 gol untuk menjadi top scorer.

Bertanding di jam kedua, Conte yang menjadi motor serangan Walisongo, sejak kick-off langsung mengobrak-abrik pertahanan Siliwangi. Hanya saja, karena irama permainan tidak dijalankan terlalu cepat, Siliwangi bisa sedikit mengimbangi. Meski sering terkurung, mereka juga sesekali dapat melancarkan serangan balik menuju gawang Kholid, yang untuk kali pertama menjadi kiper Walisongo, padahal biasanya pemain veteran ini menjadi bek atau libero .

Walisongo yang menguasai bola hingga hampir 90 persen, terus berusaha memainkan bola di sisi lapangan area pertahanan Siliwangi. Namun hingga setengah jam babak pertama berjalan, tak ada satu gol pun tercipta. Hanya beberapa kali sepakan atau tendangan Miko dan Conte nyaris berbuah gol. Namun karena kekurangtenangan dalam penyelesaian akhir atau penyelamatan yang dilakukan pemain belakang Siliwangi yang terpaksa berjibaku, tak ada satu peluang pun berbuah gol.

Justru pada menit ke-31, Kholid dikejutkan sebuah serangan balik sporadis yang merobek gawangnya. Berhasil merebut bola dari pemain Walisongo, seorang pemain Siliwangi melalui sayap menusuk lini belakang lawan. Saat mengirim bola ke kotak penalti, bola sempat ditepis Kholid. Namun karena tepisannya kurang bersih, perebutan bola terjadi di area penalti Walisongo. Sempat terjadi kemelut di muka gawang sebelum tanpa ampun striker Siliwangi mencocor bola melewati hadangan Kholid.

Sadar tempo yang dimainkan terlalu lambat, Conte dan Shofa di lini tengah Walisongo mempercepat irama permainan. Hasilnya, tak menunggu lama, tepatnya di menit ke-32, Conte dapat memasukkan bola ke gawang Siliwangi. Skor 1-1 membuat pemain Walisongo makin bersemangat. Hingga babak pertama berakhir, Walisongo bisa terus mengendalikan pertandingan dan memimpin 2-1 melalui tambahan gol Miko.

Di babak kedua, terjadi beberapa perubahan formasi. Buldan, kiper andalan Siliwangi yang sebenarnya masih cedera jari kaki, dipaksakan bermain. Sementara di kubu Walisongo lebih banyak terjadi perubahan. Bahkan sejak babak pertama dimainkan, meski menggunakan starting line-up yang tak jauh beda dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya, skuad Walisongo tampak tak mau ngoyo mengejar bola. Maklum, kepastian tiket final sudah di tangan, sehingga tenaga utama dijaga kebugarannya.

Dengan perubahan formasi di kedua kubu, permainan tetap hampir seluruhnya dikendalikan Walisongo. Praktis bola pun hanya bergerak di setengah lapangan. Tanpa kesulitan berarti, Conte lalu memberondong 5 gol ke gawang Buldan di babak kedua ini. Total 12 gol sudah dikemas Conte sebelum partai puncak digelar.

Sebelum partai Walisongo vs Siliwangi ini, The Jakmania berhasil membungkam juara bertahan Pasher 6-4. Dengan kemenangan yang hanya selisih 2 gol ini, The Jakmania yang sebelumnya masih berpeluang ke partai puncak, terpaksa gigit jari. Maklum, hampir mustahil rasanya berharap Airlangga kalah dengan selisih 9 gol dari Krakatau di pertandingan terakhir.

Benar saja, pada partai terakhir penyisihan ini, Airlangga sukses menjungkalkan Krakatau dengan skor 5-1. Striker andalan Airlangga yang jauh-jauh didatangkan dari Thantha, Yusuf, dapat mencetak hattrick, ditambah gol dari striker lainnya, Izul.

Pada babak final yang bakal berlangsung Rabu (7/3/2007) sore besok, Airlangga terancam kehilangan playmaker Anang. Apes baginya, saat berebut bola di kotak penalti lawan, secara tak sengaja kejatuhan kiper Krakatau yang sebelumnya meloncat tinggi memperebutkan bola. Karena cedera itu, di tengah pertandingan Airlangga vs Krakatau itu dirinya terpaksa diganti.

Pecinta bola tentu berharap Anang dapat kembali fit saat tiba partai pamungkas. Dengan permainan on fire kedua tim, Walisongo dan Airlangga, partai puncak diharapkan dapat lebih menghibur. Kita lihat saja di Nadi Abbasea besok.[]

Bawabah Tiga, 6 Maret 2007

Sunday, March 04, 2007

Walisongo ke Final, Airlangga Siap Menyusul


Ulangan final Indonesian Games VI/2006 cabang sepakbola hampir pasti terulang di partai puncak Java Cup IV. Ini setelah Walisongo dan Airlangga mencetak kemenangan pada penyelenggaraan hari keempat. Sementara di hari yang sama, juara bertahan Pasher akhirnya memperoleh kemenangan pertamanya, meski harus rela menyerahkan tropi juara kepada tim lain.

Di hari keempat dimana cuaca cukup panas, tercipta total 20 gol dalam 3 partai. Partai pertama yang mempertemukan Airlangga dan Siliwangi, menjadi ajang unjuk gigi pemain Jawa Timur dengan memberondong gawang Jawa Barat 7 gol tanpa balas. Partai tak imbang ini juga mengatrol perolehan gol goal-getter Airlangga, Anang Wahid, menjadi total 6 gol. Sebelum partai Walisongo vs The Jakmania, Anang bahkan sempat memimpin daftar top scorer.

Sejak kick off, Airlangga langsung menekan pertahanan Siliwangi. Di sisi lain, Siliwangi yang belum pernah memperoleh poin penuh di turnamen Java Cup tahun ini, juga tak mau terus-terusan jadi bulan-bulanan Airlangga. Hanya saja, irama permainan yang sejak awal dikendalikan Airlangga membuat Anang dapat mencetak hattrick di babak pertama. Kedudukan 3-0 bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, Airlangga sedikit menurunkan tempo, meski tak juga memberi ruang gerak bagi Siliwangi untuk mengembangkan permainan. Walhasil, nyaris sepanjang pertandingan bola hanya bergerak di setengah lapangan, dimana lini pertahanan Siliwangi harus berkali-kali berjuang mati-matian menjaga areanya.

Apa daya, skuad Airlangga terlalu tangguh untuk dihadapi Siliwangi. Meski tanpa penonton yang biasanya ramai bersorak menyanyikan lagu-lagu khas Jawa Timur, Airlangga bahkan menambah 4 gol di babak kedua. Dua gol dari Anang --satu di antaranya dari titik penalti-- dan masing-masing satu dari ujung tombak Yusuf dan penggantinya Izul.

Skor 7-0 langsung melambungkan tim Airlangga ke puncak klasemen sementara. Dengan 8 poin, Airlangga unggul 1 poin atas Walisongo yang baru memainkan pertandingan setelahnya. Di daftar pencetak gol, Anang juga langsung memimpin, meninggalkan Conte yang sempat memimpin sejak awal turnamen. Hanya saja, tak berapa lama kemudian Walisongo berhasil kembali menggeser Airlangga. Conte juga sempat mencetak sebuah gol untuk menyamakan kedudukannya dengan Anang.

Di partai kedua, Walisongo harus bersusah-payah mempertahankan kemenangan yang sudah didapatnya sejak awal pertandingan. Pada menit ke-9, Miko menambah perbendaharaan golnya menjadi 3 buah. Gol yang cukup cepat ini berkat akselerasi lini tengah Walisongo yang begitu kuat mengatur permainan. The Jakmania pun terus tertekan.


Bahkan beberapa menit kemudian, Walisongo dapat menggandakan keunggulan melalui Conte. Walhasil, Conte kembali ke puncak daftar top scorer bersama Anang. Tertinggal 2 gol tak membuat The Jakmania frustasi. Dengan telaten, lini tengah yang dipimpin skipper mereka, Mausul, lambat laun bisa mengimbangi permainan Walisongo. Permainan pun lalu berjalan lebih imbang. Hanya saja hingga babak pertama berakhir, tak ada gol tambahan tercipta.

Saat babak kedua, pemain-pemain Walisongo tampak lebih santai. Hasrat untuk mencetak gol menurun drastis. Kesempatan ini dengan baik dimanfaatkan oleh The Jakmania. Dengan mengendalikan lini tengah sebagai otak permainan, The Jakmania beberapa kali dapat menusuk jantung pertahanan Walisongo. Beruntung libero "dadakan" Kholid yang menggantikan Babeh yang sedang cedera mampu mengkoordinasi lini belakang Walisongo dengan baik. Beberapa penyelamatan gemilang dari kiper Rikza juga menggagalkan peluang emas The Jakmania.

Meski serangannya selalu membentur tembok besar, namun The Jakmania tak patah arang. Hingga saat mendapatkan hadiah tendangan pojok, Mausul yang bertugas menendang bola mengirimkannya langsung ke tengah kotak penalti lawan. Seorang pemain The Jakmania yang tak terkawal dengan mudah menaklukkan Rikza.

Berhasil memperkecil ketertinggalan, The Jakmania makin bernafsu mencetak gol tambahan. Lini tengah juga tetap mereka kendalikan. Hanya saja, justru Walisongo dapat dengan jeli memanfaatkan sebuah serangan balik. Melalui umpan Rikza yang diteruskan Qodir, Hilmi lalu Conte di sayap kiri, bola lalu dikuasai Tono yang mengirim umpan pada Miko yang lolos dari jebakan offside. Tanpa ampun, Miko yang tak terkawal melepaskan tendangan keras nan akurat untuk menjebol gawang Hasbi.

Kedudukan 3-1 hingga akhir pertandingan mengantarkan Walisongo kembali ke puncak klasemen. Dengan 10 poin, Walisongo dipastikan lolos ke babak final yang bakal digelar di Nadi Abbasea, Rabu (7/3/2007) sore mendatang. Meski masih menyisakan satu partai menghadapi Siliwangi, Walisongo sudah memastikan 1 tempat di final, walau misalnya kalah di pertandingan terakhir. Sementara Airlangga di tempat kedua, masih bisa dikejar The Jakmania yang saat ini mengoleksi 5 poin karena sama-sama masih menyisakan satu pertandingan.

Hanya saja, syarat bagi The Jakmania untuk lolos ke final sangatlah berat. Di pertandingan terakhir, mereka harus bisa menundukkan Pasher yang baru saja menemukan kembali bentuk permainannya, itupun dengan syarat Airlangga takluk dari Krakatau. Sementara perbedaan gol antara The Jakmania dan Airlangga juga cukup mencolok, yakni 10 buah. Artinya, selain syarat kekalahan Airlangga dari Krakatau, peluang The Jakmania untuk ke final juga ditentukan jumlah gol yang dapat mereka lesakkan ke gawang Pasher.

Juara Bertahan Akhirnya Menang

Setelah melalui tiga pertandingan pertamanya tanpa meraih poin penuh, juara bertahan Pasher akhirnya bisa memenangkan pertandingan. Menghadapi Krakatau pada pertandingan terakhir di hari keempat, Pasher langsung menyerang sejak kick off. Krakatau yang harus kehilangan pemain andalannya, Ambon, karena akumulasi kartu, terpaksa bersusah payah menghadapi gempuran Pasher.

Dengan otak permainan Yudi yang terlihat kembali menemukan sentuhan bolanya, sejak awal pertandingan Pasher beberapa kali dapat menusuk jantung pertahanan Krakatau. Hingga puncaknya pada menit ke-11, seorang pemain belakang Krakatau terpaksa mengganjal penyerang Pasher di kotak terlarang. Tanpa ragu, wasit Ali Ghana pun menunjuk titik putih.

Taher yang ditunjuk untuk mengeksekusi penalti, dengan tenang menceploskan bola ke gawang. Setelah gol Taher, permainan terus dikendalikan Pasher. Krakatau hanya bisa bertahan dan mengandalkan serangan balik. Hanya saja, kuatnya lini tengah Pasher memaksa Krakatau gigit jari melihat penjaga gawang mereka kembali memungut bola di jalanya hingga 6 kali. Hingga akhir pertandingan, skor 7-2 memuaskan pendukung juara bertahan meski peluang mereka ke final sudah tertutup.[]

Jadwal pertandingan berikutnya:

Senin, 5 Maret 2007
09.30 – 11.10 KPJ vs FOSGAMA
11.15 – 12.55 KPMJB vs KSW
13.00 – 14.40 GAMAJATIM vs KMB

Bawabah Tiga, 4 Maret 2007