Sunday, March 11, 2007

Suka Duka Peluncuran Album Perdana Da'i Nada


Masisir kembali disuguhi sebuah album nasyid yang dilahirkan oleh teman seperjuangan. Setelah tim nasyid Bestlight ICMI Orsat Cairo menelurkan album perdananya sekitar 3 tahun lalu, kini grup nasyid Da'i Nada hadir dengan kemasan yang lebih mentereng.

Berbeda dengan Bestlight yang mencetak album di Indonesia, Da'i Nada dengan berani menelurkan album di negeri piramid. Berbekal popularitas di kalangan orang Mesir, Da'i Nada yang dimanageri oleh bos Rafi'i Travel Groups, Arafi Mughni, Lc., membuat album perdana sekaligus menggarap serius klipnya. Ini merupakan inovasi baru di kalangan dunia edutainment Masisir.

Kalau sekadar rekaman, dengan bekal kantong cukup tebal, barangkali dapat membuat album baru. Tapi dapat tampil di televisi asing, tentu perlu usaha tersendiri. Karenanya, Masisir tak ragu memberikan applaus pada Da'i Nada.

Terbukti saat peluncuran album perdana Da'i Nada yang diselenggarakan pada Sabtu (10/3/2007) petang, hadirin hampir memenuhi ruangan Auditorium Fakultas Kedokteran Al-Azhar. Meski merupakan konser tunggal, beberapa hari sebelum acara sudah banyak juga yang berebut mencari karcis tiket masuk yang dibedakan menjadi 3 klasifikasi.

Kelas VVIP dijual dengan harga 15 pound Mesir dengan fasilitas snack dan mendapatkan sebuah kaset. Sementara pembeli tiket kelas VIP seharga 5 pound mendapat snack. Sedangkan pemegang tiket free class, yang disebarkan melalui agen-agen khusus, berhak mengikuti acara peluncuran tanpa mendapatkan snack maupun kaset album perdana.

Dimulai usai shalat magrib, sembari menunggu hadirin yang berbondong-bondong datang secara rapi, tim nasyid Da'i Nada yang dipimpin Nur Akhyari melakukan cek sound. Meski masih tampil informal, hadirin yang sudah hadir tak kuasa untuk tidak bertepuk tangan.

Baru sekitar pukul 19.00, acara resmi dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran. Sebelum dilanjutkan sambutan-sambutan, tim nasyid Da'i Nada didaulat maju ke panggung untuk membawakan sebuah lagu. Karena sudah banyak hadirin yang membawa teks lagu yang ada di kaset maupun yang dibagikan melalui lembar fotokopian, maka dengan refleks nyanyian Nur Akhyari cs diikuti para pengunjung.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia yang disampaikan oleh Mallingkai Ilyas, yang notabene merupakan kawan seangkatan para personil Da'i Nada yang memang lahir dari rombongan mahasiswa Depag angkatan 2003, Revival el-Mahbub. Berikutnya, kata sambutan dari PPMI disampaikan langsung oleh presidennnya, Nur Fuad yang kebetulan juga merupakan anggota Revival el-Mahbub.

Diselingi penampilan 2 artis cilik, Salman dan Jihan yang menyanyikan lagi Islami, acar kemudian diteruskan dengan sambutan lagi. Kali ini sambutan dari manager Da'i Nada, Arafi Mughni, lalu kepala perwakilan KBRI Cairo yang diwakili oleh Pejabat Fungsi Protokoler dan Konsuler, Nurwenda dan terakhir perwakilan dari Qomunity Radio cabang Cairo.

Qomunity Radio sendiri menyiarkan secara langsung acara peluncuran itu. Hatta, yang menjadi perwakilan radio yang juga banyak digemari pecinta siaran on-line di seantero tanah air juga luar negeri itu mengakui bahwa lagu-lagu Da'i Nada banyak digemari para pendengar. Bahkan, hampir di setiap mata acara selalu saja ada request dari pendengar Q-Radio (demikian Qomunity Radio biasa disingkat) agar penyiar memutarkan salah satu lagu Da'i Nada.

Setelah sambutan-sambutan itu, acara terpaksa dipotong karena diselingi penggalangan dana untuk korban gempa Minang yang terjadi beberapa hari lalu. Naasnya, saat panitia penggalangan dana akan mempresentasikan keadaan para korban gempa, layar monitor LCD yang sudah disiapkan sebelumnya tak bisa berfungsi. Hadirin pun jadi merasa tak nyaman menunggu. Akhirnya meski tak dapat memperlihatkan gambaran melalui layar visual, panitia hanya memperdengarkan melalui microphone sementara kotak amal berkeliling di tribun hadirin.

Kembali ke acara inti, dilanjutkan dengan talkshow menghadirkan para personil Da'i Nada. Hadir di atas panggung lengkap sejumlah 7 orang. Pertanyaan dan jawaban berkisar di sekitar sejarah berdirinya Da'i Nada dan jalan menuju keluarnya album perdana. Nur Akhyari yang menjawab pertama menceritakan bahwa Da'i Nada lahir pada tahun 2003. Ketika itu, 7 orang personil sepakat mengelompokkan diri untuk menampilkan lagu-lagu nasyid dalam suatu acara yang diselenggarakan oleh kumpulan para calon penerima beasiswa Al-Azhar via Depag.

Setelah penampilan perdana dirasa cukup kompak, ke-7 orang tersebut kemudian makin giat mengembangkandiri sesampainya di Cairo. Meski sempat terpisah saat pemberangkatan ke negeri nabi ini, dengan segala keuletan akhirnya Da'i Nada dapat kembali tampil di khalayak umum. Pelan tapi pasti, audiens yang mendengarkan Da'i Nada makin lama makin terkesima. Pihak pengundang kian lama kian banyak.

Bahkan tidak hanya di kalangan Masisir, orang-orang Mesir atau warga negara asing pun turut mengundang Da'i Nada untuk menghibur acara-acara yang mereka gelar. Hingga suatu ketika, setelah memenangkan festival nasyid yang diselenggarakan PPMI, Da'i Nada mendapat undangan tampil di televisi Mesir.

Dengan manajemen yang lebih profesional, Da'i Nada lalu mendapat tawaran seorang produser Mesir yang tertarik dengan suara emas Nur Akhyari cs. Setelah melalui lika-liku proses rekaman dan syuting yang cukup memeras keringat, makin sering tampillah Da'i Nada di televisi Mesir. Hingga sekitar awal tahun 2007 lalu, sebuah album bertajuk Maa Lii Rabbun Siwaahu (Tiada Bagiku Tuhan Selain Dia), selesai pengerjaannya lengkap dengan versi VCD klipnya.

Acara semakin menarik dengan adanya dialog interaktif dengan para artis di panggung. Melalui nomer ponsel yang disiarkan presenter, hadirin atau pendengar Q-Radio dapat tanya jawab langsung dengan para personil Da'i Nada layaknya acara interaktif di televisi dan radio.

Karena waktu terbatas, maka dibatasi hanya 2 orang penanya. Penelpon pertama bersuara laki-laki menanyakan kenapa Nur Akhyari sering terlihat seperti memainkan ringtone ponsel saat tampil di panggung. Ternyata hal itu ada rahasianya. Bahwa ringtone ponsel versi monophonic yang memliki fasilitas composer dapat digunakan sebagai pengatur nada semua personil agar suara mereka dapat seragam, tak ada yang ketinggian maupun terlalu rendah.

Sementara penelpon kedua cukup membuat suasana makin ramai. Hal ini karena suara perempuan yang diperbesar langsung melalui microphone, menanyakan apakah Nur Akhyari sudah memiliki calon (istri). Karena penelpon mengaku berada di dalam ruangan acara, hadirin yang lain pun terlihat saling memandangi tribun khusus perempuan. Tapi rupanya sang penelpon cukup cerdas untuk menutupi diri, sehingga tak ada yang tahu siapa dia.

Mendapat pertanyaan demikian, Nur Akhyari sempat terlihat kikuk dan kaget. Tapi setelah dapat menguasai diri, kemudian menjawab dengan diplomatis, bahwa calon (istri) sebenarnya sudah ada, tapi barangkali belum tahu siapa gerangan.

Karena tak terasa jarum jam hampir menunjuk pukul 21.00, dimana batas waktu penyewaan aula akan habis, maka presenter lalu mempersilakan Da'i Nada kembali menyanyikan lagu-lagu yang ada dalam album perdana mereka. Hanya dua buah lagu saja yang dapat mereka bawakan, sebelum acara harus ditutup dengan doa melihat pengelola gedung mengisyaratkan waktu sewa habis.

Pengunjung yang mengira acara bakal dipenuhi dengan penampilan-penampilan lagu layaknya konser tunggal, terpaksa gigit jari hanya dapat melihat beberapa lagu saja dapat ditampilkan Da'i Nada. Tentu saja, bagi yang benar-benar ingin menikmati lagu-lagu Da'i Nada, tak akan keberatan merogoh koceknya sebesar 12 pound (kaset) atau 25 pound (klip/VCD) untuk tayangan legal dan halal.[]

Bawabah Tiga, 11 Maret 2007

1 comment:

keukeu said...

Dimana ya bisa beli VCD Da'i Nada?