Tuesday, March 20, 2007

Walisongo Awali Piala Masisir dengan Kemenangan


Sejak gelaran Indonesian Games tahun 2004, diputuskan bahwa even olahraga antar kekeluargaan itu hanya diadakan 2 tahun sekali. Karenanya, demi tetap menyalurkan aspirasi olahragawan Masisir, tahun ini DPP PPMI menggelar kejuaraan Piala Masisir. Berbeda dengan Indonesian Games yang sudah diadakan tahun lalu, Piala Masisir ini hanya mempertandingkan cabang sepakbola dan basket.

Dimulai sejak Ahad (18/3/2007), Piala Masisir ini digelar. Seremonial pembukaan dimulai dengan pertandingan basket. Sementara cabang sepakbola memainkan partai perdananya sehari kemudian.

Bertempat di Lapangan Fakultas Kedokteran Al-Azhar, 8 tim sepakbola dari 7 kekeluargaan berebut supremasi Piala Masisir. Mereka adalah Angin Mamiri A dan B (keduanya dari KKS Sulawesi), Iskandar Muda (KMA Aceh), KSMR Riau, Walisongo (KSW), Airlangga (Gamajatim), KMKM Kalimantan dan Rinjani (KMNTB Nusa Tenggara & Bali).

Enam tim peserta yang disebutkan pertama adalah masing-masing finalis Celebes Games, Sumatra Cup dan Java Cup. Ke-8 tim yang ada dibagi dalam 2 grup. Angin Mamiri A, Iskandar Muda, Airlangga dan KMKM berada di Grup A, sementara sisanya berada di Grup B.

Pada hari pertama penyelenggaraan Piala Masisir cabang sepakbola, Angin Mamiri A berhasil menghentikan perlawanan KMKM dengan skor 3-1. Sementara pada pertandingan berikutnya di hari yang sama, Airlangga mengungguli Iskandar Muda dengan skor tipis 2-1. Sempat unggul 2-0, kiper Airlangga terpaksa takluk melalui sebuah tendangan penalti yang didahului insiden keributan antar pemain kedua tim.

Esoknya, Selasa (20/3/2007) siang, Angin Mamiri B memulai kampanye perebutan juara Piala Masisir dengan membantai runner-up Sumatra Cup, KSMR. Dengan kekuatan lebih merata di setiap lini, Angin Mamiri B memberondongkan 6 gol ke gawang KSMR. Sementara KSMR hanya sekali saja dapat menaklukkan kiper Angin Mamiri B.


Pada partai kedua, juara Java Cup Walisongo harus bersusah-payah mematahkan perlawanan Rinjani KMNTB. Di babak pertama, kedua tim bermain hati-hati. Terlihat hampir semua pemain masih terasa kikuk dan tak terbiasa bermain di lapangan Fakultas Kedokteran yang memang memiliki ciri tersendiri. Dengan ukuran yang tak terlalu besar, meski ditumbuhi banyak rumput, namun cukup menyulitkan kedua tim untuk mengembangkan permainan.

Sadar permainan tak bisa berkembang baik, pelatih Walisongo melakukan 4 pergantian di babak pertama. Muka-muka baru yang sebelumnya memang jarang dipasang, terpaksa diganti dengan pemain lama yang lebih kenyang pengalaman. Ramuan pelatih Ulin terbukti berhasil. Hingga praktis Walisongo lebih banyak menguasai bola. Sayang hingga berakhirnya babak pertama, masih tak ada satu gol pun tercipta.

Memasuki babak kedua, justru Rinjani dapat mencetak gol terlebih dahulu. Belum genap 1 menit babak kedua dimulai, pemain bernomor punggung 7 berhasil meloloskan diri dari hadangan defender Walisongo. Sedikit di depan kotak penalti, dengan cerdik dia melepaskan tendangan setengah voli. Kiper Walisongo, Rikza, rupanya sudah salah posisi. Karena terlalu maju, Rikza tak dapat menghalau datangnya bola jauh di atas kepala.

Tertinggal satu gol, pemain Walisongo makin kreatif melancarkan serangan ke depan gawang Rinjani. Hasilnya, tak sampai 3 menit kemudian Hilmi dapat menaklukkkan kiper Rinjani yang sebenarnya tampil cukup baik dan mendapat banyak applause dari penonton. Berawal dari tendangan bebas di dekat garis tengah, sempat terjadi kemelut di muka gawang sebelum diselesaikan dengan tendangan keras Hilmi.

Kedudukan imbang membuat pemain Walisongo makin bernafsu mencetak gol tambahan. Para pemain Rinjani pun nyaris semuanya turun membantu daerah pertahanannya. Meski sudah bersusah payah, Conte terpaksa dua kali kecewa karena tendangannya hanya membentur mistar. Demikian juga tandukan libero Kholid yang overlapping membantu menyerang dapat digagalkan pemain belakang Rinjani.

Namun dengan upaya tak kenal menyerah, Conte akhirnya dapat mencetak gol pertamanya. Mendapat hadiah tendangan bebas dari jarak sekitar 30 meter, tendangan melengkung Conte sempat ditepis kiper Rinjani. Namun karena datangnya cukup deras, bola tetap menggetarkan gawang Rinjani.


Berbalik unggul 2-1, Walisongo masih terus mencoba mengurung area lawan. Beberapa kali winger Hilmi maupun striker Miko dapat merepotkan barisan pertahanan Rinjani. Namun gol ke-3 Walisongo baru didapat setelah tendangan penjuru Shofa dapat diselesaikan dengan baik oleh Conte. Lepas dari kawalan pemain belakang Rinjani, Conte dengan keras menanduk bola tanpa bisa dihadang kiper lawan.

Tak kunjung bisa mencetak gol, striker lincah Miko akhirnya turut andil dalam terciptanya gol keempat Walisongo. Mendapat umpan terobosan dari Shofa, Miko lari sendirian ke sisi kanan kotak penalti lawan. Bek Rinjani yang tak kuasa mengejar Miko akhirnya terpaksa melakukan tackle dari belakang. Wasit pun tak ragu menunjuk titik putih untuk memberikan penalti pada Walisongo. Hartono yang dipercaya mengeksekusi, tanpa ampun menendang bola keras-keras merobek gawang Rinjani.

Terus-menerus ditekan, membuat para pemain Rinjani hanya mengandalkan serangan balik. Beruntung sebuah umpan silang dari sayap kiri Rinjani mengenai tangan stopper Walisongo di dalam kotak penalti. Hakim garis yang melihat terjadinya pelanggaran mengangkat bendera. Wasit pun menunjuk titik putih. Kiper Habib yang menggantikan Rikza tak kuasa menahan bola yang meluncur ke kanan atas gawangnya. Kedudukan 4-2 bertahan hingga 40 menit babak kedua berakhir.[]

Laundry Griya Jateng, 20 Maret 2007