Monday, October 04, 2010

Khasiat Shalawat

Tadi subuh serasa ada yang menggerakkan tangan untuk memencet remot TV, rupanya menuju SCTV, sebuah film komedi produksi Hongkong. Genre favorit nih. Namun, baru sekian adegan tiba-tiba beralih menuju siaran SCTV lokal Yogyakarta. Hmm... bakal ada siaran yang sedikit amatiran pastinya, pikirku. Remot pun dipencet-pencet lagi berubah-ubah saluran.

Tidak ada juga acara yang cocok hingga akhirnya kembali ke SCTV. Tampak seorang yang memakai blangkon tengah ceramah, menerangkan tentang... shalawat. Tentu shalawat kepada Baginda Rasul Muhammad. Hmm, asyik juga cara SCTV Jogja menunjukkan identitas daerah. Pakaian yang njawani, tetap isi ceramahnya sungguh universal, untuk kalangan penganut agama Islam tentunya.

Dengan bahasa yang renyah dan diselingi candaan-candaan yang rada garing, dipikir-pikir sayang nih tidak mengikuti dari awal sehingga tidak tahu siapa nama penceramahnya. Guyonan yang dimunculkan sebenarnya asyik juga, tetapi karena tidak dihadapi audiens langsung sehingga tidak ada yang tertawa, menjadikan suasana garing. Saya mau tertawa sendiri tentu juga tidak lucu karena hari masih benar-benar sepi.

Saat mendengar ceramah ustadz (demikian ia mengidentifikasi dirinya sendiri) ini, saya mendapatinya tengah menerangkan bahwa seseorang kelak akan bersama orang yang dicintainya. Ia lalu menafsirkan bahwa jika seseorang mencintai artis maka kelak di akhirat orang itu akan bersama artis. Hubungannya dengan shalawat, sang ustadz melanjutkan, jika seseorang kelak ingin berada di surga, ditemani Rasulullah, maka tentu harus mencintai beliau. Nah, salah satu cara yang paling mudah sebagai implementasi mencintai Rasulullah adalah sering-sering membaca shalawat.

Sang ustadz juga mendakwahkan bahwa shalawat memiliki banyak manfaat. Di antaranya sebagai "pengabul" doa, dalam artian dengan diiringi shalawat maka doa tidak akan ditolak oleh Allah swt. Hal ini sudah banyak contohnya. Sebut saja kisah manusia pertama, Nabi Adam, yang dahulu dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi, demikian halnya sang istri, Siti Hawa, tetapi keduanya dipisahkan jauh-jauh.

Begitu kangennya Nabi Adam kepada sang istri sehingga selalu berdoa, meminta kepada Allah agar ia dipertemukan lagi dengan Siti Hawa. Bertahun-tahun Nabi Adam berjalan sendirian menyusuri permukaan bumi untuk mencari sang istri tercinta. Selama itu pula ia selalu berdoa memohon bantuan Allah agar segera bisa bertemu Siti Hawa; dan selama itu pula doanya tidak juga dikabulkan Allah.

Hingga suatu ketika Nabi Adam teringat sebuah tulisan di salah satu pintu surga: Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Ia pun kembali memanjatkan doa: Ya Allah, atas kemuliaan asma Muhammad yang tertera di pintu surga, pertemukanlah aku dengan istriku. Tidak lama setelah itu, benar saja, di jabal Rahmah, keduanya bertemu kembali.

Dalam kisah lain, sang ustadz menukil dari kitab Durratun Nashihin, ada seorang yang ketika hidup berkulit putih dan wajahnya pun senantiasa berseri-seri. Namun, saat ajal menjemput, setelah dikafani dan dishalati, ternyata wajahnya berubah menjadi berwarna hitam. Keluarganya yang melihat pun menangis. Apalagi setelah itu muncul sas-sus yang menyebutkan bahwa orang itu berarti mati dalam keadaan su`ul khatimah.

Saat tidur, anak orang yang meninggal itu bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat Rasulullah saw. mendatangi jenazah ayahnya. Beliau terlihat membuka kain kafan sang ayah, lalu mengusap wajahnya dengan tangan beliau yang mulia. Ajaib, seketika itu pula wajah jenazah itu berubah menjadi putih berseri lagi. Sang anak pun heran, bagaimana mungkin Baginda Rasul mau mendatangi ayahnya yang menurut banyak orang dianggap STMJ: shalat terus maksiat jalan.

Sang anak pun bertanya kepada Rasulullah mengapa beliau mau mendatangi ayahnya dan memberikan syafaat beliau kepadanya. Rasulullah menjawab bahwa beliau mendatangi ayahnya karena ayahnya itu rajin membaca shalawat kepada beliau. Setiap kali ada waktu senggang, rupanya sang ayah selalu membacakan shalawat kepada Rasulullah.

Saat terbangun dari tidurnya, sang anak pun segera mendatangi jenazah ayahnya yang memang belum dikuburkan. Ia membuka kain kafan yang menutupi wajah ayahnya. Masyaallah, rupanya apa yang ada dalam mimpinya benar-benar nyata; wajah ayahnya kembali terlihat cerah berseri-seri.

Ada pula cerita lain dari Turki. Alkisah, ada seorang yang begitu mencintai Rasulullah hingga ia menciptakan beberapa bait syair khusus yang berisi shalawat untuk beliau. Bait yang dirangkai nan indah itu pun senantiasa ia panjatkan kepada Rasulullah. Dalam bait itu ia juga mengungkapkan betapa ia sangat merindukan Tanah Suci. Namun, apa daya, ia bukanlah orang yang cukup mampu untuk pergi haji.

Pada saat yang lain, ia juga menulis Alquran secara lengkap dengan tangannya sendiri. Setelah selesai menulis Alquran itu, ia berwasiat kepada anaknya bahwa kelak jika ia meninggal dunia, Alquran hasil tulisan tangan sendiri itu ikut dikuburkan bersama jasadnya. Ketika ia wafat, sang anak pun melaksanakan wasiat ayahnya itu.

Sekitar sepuluh tahun kemudian, sang anak ditakdirkan menjadi orang berada dan memiliki cukup bekal untuk menunaikan ibadah haji. Ia pun berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan rukun Islam kelima. Di Tanah Suci, selain beribadah, ia menyempatkan diri untuk mampir ke sebuah toko membeli sesuatu. Di toko itu, rupanya ia melihat sebuah Alquran yang menurutnya sangat familiar biasa ia lihat. Saat Alquran itu ia buka, ia sangat takjub, sepertinya Alquran itu persis sekali dengan Alquran hasil tulisan tangan ayahnya.

Ia pun bertanya kepada penjaga toko dari mana mendapatkan Alquran tersebut. Penjaga toko menjawab bahwa Alquran itu didapatkan dari seorang penggali kubur. Sang anak pun meminta dipertemukan dengan penggali kubur dimaksud. Saat bertemu, sang anak bertanya dari mana si penggali kubur menemukan Alquran itu. Si penggali kubur bercerita bahwa saat menggali kubur di Madinah, ia mendapati Alquran tersebut di dalam liang lahat. Sang anak pun meminta diantar ke kuburan dimaksud.

Penggali kubur mengantarkan sang anak ke Madinah tepat di mana ia menemukan Alquran. Sang anak lalu meminta penggali kubur untuk membuka kembali liang lahat tempat ditemukannya Alquran tadi. Luar biasa, saat digali, kain kafan yang menyelimuti jasad itu masih utuh, demikian juga dengan tubuh yang dikubur. Saat melihat jasad itu secara lengkap, sang anak kaget bukan main karena jasad itu adalah jasad ayahnya. Karena syafaat Rasulullah, jasad sang ayah rupanya berpindah dari Turki ke Tanah Suci.[]

Demblaksari, 1 Oktober 2010

No comments: