Sebagaimana yang telah dilaporkan sebelumnya, Indonesian Women's Association in Cairo (IWA) menyelenggarakan bazar makanan Indonesia yang tujuannya dilakukan untuk mengumpulkan dana bantuan bagi korban bencana gempa Yogyakarta.
Bazar yang digelar pada Rabu (7/6/2006) lalu, memang mendapatkan perhatian besar dari bule yang banyak datang ke gedung Community Service Association (CSA) di Ma'adi, Cairo. Puluhan jenis makanan khas tanah air ludes terjual hanya dalam tiga jam. Apalagi, banyak pula makanan daerah yang sudah terkenal semisal sate ayam atau bakso dan soto.
Dalam acara yang berdurasi hanya tiga jam itu, ternyata banyak sekali sumbangan yang dapat terkumpul. Karena selain ada kasir, di sampingnya panitia juga menyiapkan kotak amal. Tidak hanya uang kembalian saja yang masuk ke dalam kotak amal itu, bahkan uang dalam jumlah besar yang dirogoh dari kocek pembeli sebelum membayar juga banyak disumbangkan.
Maka tak heran, jika setelah dihitung, jumlah dana yang terkumpul bisa dibilang cukup besar, apalagi mengingat acaranya yang hanya 3 jam. Usai penghitungan final yang baru bisa dilakukan hari berikutnya, ternyata jumlah dana yang terkumpul sebesar 10.620 pound Mesir dan 120 dolar AS. Atau jika dirupiahkan, mencapai lebih dari 18 juta rupiah.
Sumbangan itu sendiri, sebagaimana rencana semula, disalurkan lewat Tim Peduli Bencana Yogyakarta bentukan mahasiswa Indonesia di Kairo. Maka Agus Hidayatulloh, sebagai Ketua Kelompok Studi Walisongo (KSW) —sebagai organisasi berkumpulnya mahasiswa Jawa Tengah dan DIY di Kairo— yang mewakili Tim Peduli Bencana Yogyakarta itu, mengucapkan terima kasih kepada IWA yang telah ikut membantu meringankan beban penderitaan korban gempa.
Kepada Ibu Kumalasari dari IWA, Agus juga berjanji akan menyalurkan dana itu sesuai amanat dari anggota IWA, yang berharap dana itu dapat dikirmkan secara langsung bagi korban gempa Yogyakarta. Dalam hal ini, lebih ditekankan bantuan diberikan kepada keluarga mahasiswa asal Yogyakarta di Mesir yang rumahnya hancur di tanah air. Menurut catatan KSW, ada 10 mahasiswa asal Yogyakarta dan sekitarnya yang rumahnya di tanah air rusak parah. Dari 10 rumah itu, bahkan 7 di antaranya luluh lantak rata dengan tanah. Dengan begitu, menurut Agus, bantuan kepada 10 keluarga mahasiswa itu tidak disamakan. Hal ini akan dibahas lebih lanjut secara teknis di Tim Peduli Bencana Yogyakarta.[]
Griya Jateng, 12 Juni 2006
Bazar yang digelar pada Rabu (7/6/2006) lalu, memang mendapatkan perhatian besar dari bule yang banyak datang ke gedung Community Service Association (CSA) di Ma'adi, Cairo. Puluhan jenis makanan khas tanah air ludes terjual hanya dalam tiga jam. Apalagi, banyak pula makanan daerah yang sudah terkenal semisal sate ayam atau bakso dan soto.
Dalam acara yang berdurasi hanya tiga jam itu, ternyata banyak sekali sumbangan yang dapat terkumpul. Karena selain ada kasir, di sampingnya panitia juga menyiapkan kotak amal. Tidak hanya uang kembalian saja yang masuk ke dalam kotak amal itu, bahkan uang dalam jumlah besar yang dirogoh dari kocek pembeli sebelum membayar juga banyak disumbangkan.
Maka tak heran, jika setelah dihitung, jumlah dana yang terkumpul bisa dibilang cukup besar, apalagi mengingat acaranya yang hanya 3 jam. Usai penghitungan final yang baru bisa dilakukan hari berikutnya, ternyata jumlah dana yang terkumpul sebesar 10.620 pound Mesir dan 120 dolar AS. Atau jika dirupiahkan, mencapai lebih dari 18 juta rupiah.
Sumbangan itu sendiri, sebagaimana rencana semula, disalurkan lewat Tim Peduli Bencana Yogyakarta bentukan mahasiswa Indonesia di Kairo. Maka Agus Hidayatulloh, sebagai Ketua Kelompok Studi Walisongo (KSW) —sebagai organisasi berkumpulnya mahasiswa Jawa Tengah dan DIY di Kairo— yang mewakili Tim Peduli Bencana Yogyakarta itu, mengucapkan terima kasih kepada IWA yang telah ikut membantu meringankan beban penderitaan korban gempa.
Kepada Ibu Kumalasari dari IWA, Agus juga berjanji akan menyalurkan dana itu sesuai amanat dari anggota IWA, yang berharap dana itu dapat dikirmkan secara langsung bagi korban gempa Yogyakarta. Dalam hal ini, lebih ditekankan bantuan diberikan kepada keluarga mahasiswa asal Yogyakarta di Mesir yang rumahnya hancur di tanah air. Menurut catatan KSW, ada 10 mahasiswa asal Yogyakarta dan sekitarnya yang rumahnya di tanah air rusak parah. Dari 10 rumah itu, bahkan 7 di antaranya luluh lantak rata dengan tanah. Dengan begitu, menurut Agus, bantuan kepada 10 keluarga mahasiswa itu tidak disamakan. Hal ini akan dibahas lebih lanjut secara teknis di Tim Peduli Bencana Yogyakarta.[]
Griya Jateng, 12 Juni 2006