Wednesday, March 05, 2008
Pena Hadirkan Muhammad Sabiq untuk Ramaikan IBF
Islamic Book Fair (IBF) yang digelar oleh Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jakarta pada tahun ini lebih meriah. Pasalnya, selain menggelar beberapa acara bedah buku dan seminar, kali ini juga didukung oleh kedatangan Muhammad Sayyid Sabiq, putra pertama Sayyid Sabiq, pengarang kitab Fiqhus-Sunnah yang tahun lalu mendapatkan penghargaan "Buku Terjemah Terbaik IBF 2007".
Muhammad Sayyid Sabiq memang sengaja didatangkan oleh Penerbit PT Pena Pundi Aksara. Tidaklah mengherankan, karena terjemah kitab Fiqhus-Sunnah bisa dikatakan cukup booming sehingga turut mengangkat nama Penerbit Pena yag sebenarnya baru berumur tiga tahun.
Pada hari kedua pameran, Ahad (2/3) sore, kehadiran Muhammad Sayyid Sabiq mengundang perhatian banyak pengunjung IBF 2008. Ruang Anggrek di lantai 2 arena pameran yang digunakan sebagai tempat bedah kitab Fiqhus-Sunnah pun dipadati pengunjung. Bahkan beberapa di antaranya rela berdiri atau duduk lesehan karena tak kebagian kursi.
Dimulai tepat pukul 16.00, Muhammad Sayyid Sabiq memulai presentasinya dengan terlebih dahulu mengulas biografi sang ayah. Dibantu penerjemah yang telah disiapkan oleh Penerbit Pena selaku promotor, Muhammad Sayyid Sabiq menceritakan bahwa ayahnya sudah hafal Al-Qur`an saat masih berusia delapan tahun.
Buku Fiqhus-Sunnah sendiri, menurut penuturan Muhammad Sayyid Sabiq,
telah disusun oleh ayahnya sebelum menyelesaikan bangku kuliah Al-Azhar. Karena sebenarnya cikal-bakal kitab Fiqhus-Sunnah adalah kumpulan materi yang disampaikan Sayyid Sabiq ketika memberikan pengajiannya di depan masjid-masjid.
Saat kumpulan tulisan itu diperlihatkan kepada Imam Hasan al-Banna, ulama yang cukup berpengaruh di Mesir itu terkesima dan menyarankan agar kumpulan tulisan itu dibukukan. Awalnya, kumpulan tulisan itu disusun menjadi empat belas jilid. Tapi seiring perkembangannya, kemudian dijadikan kitab berjudul Fiqhus-Sunnah sebanyak tiga jilid.
Seiring berjalannya waktu, kitab Fiqhus-Sunnah menyebar ke seluruh negara Arab. Bahkan pernah Kerajaan Saudi Arabia menyatakan kesediaannya untuk menyiapkan dana bagi tercetaknya seratus juta eksemplar dan akan dibagi-bagikan gratis ke seluruh dunia. Namun, karena disyaratkan mengubah beberapa materi kitab itu, Sayyid Sabiq menolak.
Di kalangan ulama, kitab Fiqhus-Sunnah sempat mendapatkan beberapa kritik. Ada yang mengkritik bahwa pengarangnya terlalu longgar dalam menetapkan beberapa hukum, ada juga yang mengkritik bahwa terlalu banyak hadits dha'if dimasukkan dalam Fiqhus-Sunnah. Menanggapi kritik kedua, ada seorang ulama yang mencoba mendalaminya, yaitu Syekh Albani.
Akan tetapi, karena kemudian Syekh Albani wafat, Muhammad Sayyid Sabiq berinisiatif membentuk tim untuk meneruskan verifikasi hadits-hadits yang ada dalam Fiqhus-Sunnah itu. Setelah melakukan verifikasi, ternyata memang ada hadits dhaif dalam Fiqhus-Sunnah. Tetapi itupun hanya termuat dalam Bab Keutamaan Amal (Fadha`ilul-A'mal) alias tidak berhubungan dengan halal-haram atau sah-tidak sah.
Di akhir acara, sangat banyak hadirin yang mengajukan diri untuk menyampaikan pertanyaan. Namun karena dibatasi panitia sampai jam 18.00, hanya tujuh penanya yang diberi kesempatan.
Pada pagi harinya, Muhammad Sayyid Sabiq telah lebih dulu memberikan ceramahnya di depan mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Pondok Aren Tangerang.[]
Bilik Atas, 5 Maret 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment