Andai saya sedang menjabat sebagai Ketua NU, saya akan bayar stasiun televisi untuk menyampaikan pidato sebagai berikut.
“Kaum nahdliyyin di mana pun berada, sekarang ini sedang ramai-ramainya kampanye pilpres. Sudah ada tiga pasangan capres-cawapres berknjung ke Kramat Raya meminta restu. Semuanya saya restui. Semuanya saya yakin bertujuan baik.
Namun, karena saya tahu bahwa orang-orang NU pasti memiliki pilihan berbeda-beda, saya tidak akan memaksakan diri untuk menyebut salah satu pasangan capres-cawapres itu lebih baik daripada yang lain. Atau salah satu dari mereka memiliki kelebihan yang tidak dimiliki yang lain.
Meski saya pribadi sudah punya pilihan di antara ketiga pasangan itu, saya tetap akan berusaha menjunjung tinggi asas pemilu yang LUBER, terutama RAHASIA itu. Karena saya tahu, betapa mudahnya ucapan saya ditafsirkan. Sekali saja saya memuji salah satu capres-cawapres di depan umum, hampir pasti itu menjadi makanan empuk bagi tim sukses pilpres. Saya tidak ingin terjadi kesalahpahaman di kalangan nahdliyyin. Mari kita fokus membangun bangsa dengan peran kita masing-masing.
Namun, saya mengimbau warga nahdliyyin di mana pun berada, agar memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan memilih pemimpin yang dianggap terbaik menurut diri masing-masing. Bukan karena tim sukses si X membayar lebih tinggi, bukan karena tim sukses si Y melakukan intimidasi, juga bukan karena tim sukses si Z mau membangunkan jalan, jembatan, atau mushola.
Jika ada tim sukses yang datang menawarkan bantuan, terima saja. Tentu dengan embel-embel tanpa syarat. Mari kita dakwahkan bekerja dengan ikhlas, tidak hanya pada masa tertentu, mau kampanye atau tidak, mari bekerja dengan ikhlas. Setelah menerima bantuan, jangan sampai kita memilih pihak yang membantu itu karena bantuan terakhir itu. Jangan sampai! Kalau memang ingin memilih dia, yakinlah bahwa karena capres-cawapresnya punya kelebihan untuk memajukan bangsa Indonesia.
Perlu juga saya tegaskan di sini, bahwa ketiga pasangan capres-cawapres sudah sama-sama menjamin di hadapan saya, akan tetap mendukung NU. Akan tetap bersama NU yang memang dari zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia menjadi salah satu pilar negeri ini.
Jadi siapa pun presiden-wapres terpilih, saya jamin kepentingan NU juga tidak akan terusik. NU akan tetap jalan, siapa pun presidennya. NU akan tetap kritis, jika memang pemimpin kita khilaf.
Mari pergunakan hak pilih kita sebaik-baiknya!”
Pujut, 21 Juni 2009
No comments:
Post a Comment