Secara etimologi, haram berarti suci. Maksud dari bulan haram seperti disebutkan ayat ini memang bulan suci. Kitab-kitab turats menjelaskan bahwa bulan suci sebagaimana disebutkan dalam ayat tadi yaitu tiga bulan berturut-turut, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram; ditambah Rajab. Jadi, saat ini kita berada pada salah satu bulan suci: Muharram.
Bahkan, dalam Shahih Muslim, terdapat sebuah hadits yang menyebutkan bahwa bulan Muharram tidak saja merupakan bulan suci, malah Muharram disebutkan sebagai syahrullah alias bulan Allah. Sungguh, betapa mulia bulan yang tengah kita jejaki ini sampai-sampai bulan ini disandingkan dengan lafadz jalalah: Allah. Tentu saja kita juga harus menjejali bulan ini dengan amalan-amalan yang mulia. Jangan sampai kesempatan emas yang ada dalam bulan ini terlewat begitu saja tanpa makna.
Tiga hari yang lalu, Selasa (7/12/2010) umat Islam merayakan datangnya tahun baru hijriah. Sudah tidak asing lagi bahwa setiap pergantian tahun, kita dianjurkan untuk berdoa. Itulah salah satu kesempatan emas yang mengiringi Muharram. Tentu saja pada Senin sore kemarin, tepatnya setelah shalat ashar, kita tidak lupa membaca doa akhir tahun, lalu dilanjutkan membaca doa awal tahun usai shalat maghrib.
Namun, jika karena suatu halangan kita terlupa membaca doa akhir dan awal tahun pada Selasa petang kemarin, mari kita simak baik-baik kesempatan mulia yang bakal datang. Kiranya salah satu hal istimewa yang paling dekat adalah puasa Tasu'a dan Asyura, yaitu berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Tahun ini, insya Allah kita semua sepakat bahwa puasa Tasu'a dan Asyura akan dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis depan (15-16/12/2010).
Anjuran menjalankan puasa Tasu'a dan Asyura ini didasarkan pada hadits-hadits shahih. Rasulullah saw. pernah bersabda,
Sejarah mencatat bahwa sejak zaman jahiliah, bulan Muharram memang telah dianggap sebagai bulan istimewa. Bahkan, orang-orang Yahudi senantiasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Hal itu terjadi jauh sejak sebelum datangnya Islam. Hal itu karena pada bulan Muharram, Nabi Musa yang menjadi junjungan mereka diselamatkan oleh Allah swt. dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Saat itu, Firaun bahkan ditenggelamkan oleh Allah swt. di laut Merah. Untuk mengenang hari yang sangat bersejarah itu, mereka pun melakukan ritual puasa.
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa saat awal-awal berada di Madinah sesudah hijrah, Rasulullah saw. melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Beliau bertanya kepada para sahabat ada apa gerangan orang Yahudi berpuasa pada hari itu. Para sahabat menjawab bahwa karena pada hari itu bani Israel yang dipimpin Musa diselamatkan Allah swt. dari kejaran musuh mereka. Musa pun kemudian berpuasa setiap memperingati hari itu.
Mendengar jawaban para sahabat, Rasulullah saw. bersabda, "Aku lebih berhak atas (mengikuti) Nabi Musa (dibandingkan orang Yahudi)." Beliau pun kemudian berpuasa setiap tanggal 10 Muharram tiba. Kemudian karena takut umat Islam akan menganggap bahwa puasa 10 Muharram itu hukumnya wajib, Rasulullah saw. bersabda,
Pada kesempatan yang lain, saat Rasulullah saw. berpuasa pada hari Asyura dan beliau memerintahkan para sahabat untuk turut berpuasa, para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, hari Asyura merupakan hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nasrani." Beliau pun menjawab, "Tahun depan insya Allah kita akan berpuasa juga pada tanggal 9 Muharram (Tasu'a)." Namun, belum sampai pada bulan Muharram tahun berikutnya, Rasulullah saw. wafat. (HR. Muslim) Maksud Rasulullah saw. mengajak umat Islam untuk berpuasa juga pada hari Tasu'a adalah supaya menjadi pembeda antara kaum muslimin dan kaum Yahudi-Nasrani.
Lalu, apa sebenarnya manfaat yang dapat dipetik dari puasa hari Asyura? Selain manfaat umum sebagaimana puasa pada lazimnya, puasa pada hari Asyura juga memiliki manfaat khusus bagi yang menjalankannya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Aku berharap dengan berpuasa pada hari Asyura ini Allah akan menghapus dosa-dosa selama satu tahun yang lampau." (HR. Muslim)
Mari gapai kesempatan emas yang ada di depan mata ini. Jangan sampai kita menyesal karena melewatkannya begitu saja. Belum tentu tahun depan kita akan menemuinya lagi. Rabbuna yuwaffiq.[]
Demblaksari, 6 Desember 2010