Manajemen Pena sangat memerhatikan peningkatan kualitas sumber daya manusia karyawannya. Salah satu bukti nyatanya adalah dengan diadakannya Inhouse Training Editologi, yaitu semacam pelatihan menulis dan editing tulisan agar renyah dibaca dan dapat menemui sasaran secara tepat. Instruktur pelatihan ini adalah Syu’bah Asa, salah satu pendiri Majalah Tempo dan mantan pemimpin redaksi di Panjimas dan Pelita.
Direncanakan diselenggarakan selama delapan kali pertemuan, pelatihan ini dimulai pada Kamis (12/6) sore. Selanjutnya, pelatihan akan dilaksanakan setiap hari Selasa dan Kamis hingga berakhir pada hari Selasa (8/7). Pada pertemuan pertama, wartawan senior yang juga pemeran D.N. Aidit di film G/30/S/PKI ini memberikan materi tentang pengenalan jenis-jenis tulisan.
Selain pemaparan materi, dialog antara instruktur dan peserta lebih mendominasi pertemuan itu. Hal ini membuat suasana sangat cair dan lebih memudahkan masuknya pengetahuan ke dalam hati dan pikiran. Peserta pelatihan ini berjumlah enam belas orang, dengan rincian sebelas orang dari divisi produksi, ditambah Arif Fahrudin, Arif Aggoro, Muchaeroni, Guntur Ramadhan, dan Ahmad Arif. Meski hanya berlangsung sekitar dua jam, tetapi pelatihan itu sangat efektif demi meningkatkan daya tarik setiap produk dan bahan iklan Pena ketika dibaca oleh konsumen.[]
Ruang Produksi, 14 Juni 2008
Saturday, June 21, 2008
Pena Beriklan Gratis di Majalah Khalifah
Jumat (13/6) menjadi sangat berarti bagi Manajer Pemasaran, Guntur Ramdhan. Tidak sampai 24 jam dari kedatangan faksimili yang berisi penawaran kerjasama, Guntur yang mewakili Penerbit Pena dapat langsung menyelesaikan kesepakatan dengan perwakilan Majalah Khalifah yang menyambanginya. Media dengan tiras 10.000 eksemplar setiap kali terbit itu akan menampilkan satu halaman yang berisi produk-produk Pena di rubrik Rak Buku.
Syarat yang diminta Majalah Khalifah pun tidak sulit, yakni Pena cukup mengirimkan satu eksemplar setiap produknya yang akan “diiklankan” di media yang didistrubusikan setiap akhir bulan ke Jabodetabek dan beberapa kota di luar Jawa itu. Bahkan, menurut penjelasan Nashih, penanggung jawab rubrik Rak Buku Majalah Khalifah, Pena tidak harus memberikan setiap produknya dalam bentuk hardcopy, tetapi cukup softcopy.
Majalah Khalifah sendiri merupakan metamorfosis dari Tabloid Khalifah. Setelah 89 edisi terbit dalam bentuk tabloid, mulai Juli 2008 ini mereka berubah menjadi majalah. Ketika berbentuk tabloid, oplah Khalifah sebenarnya menembus angka 20.000. Setelah menjadi majalah ini, mereka memang menurunkan oplahnya.
Akan tetapi, jika kelak respons masyarakat melonjak, lanjut perwakilan Khalifah, pihaknya menjanjikan peningkatan jumlah eksemplar setiap kali terbitnya. Perwakilan media yang masih berada satu grup dengan Tabloid Pulsa ini juga bersedia menampilkan resensi tiap produk baru Pena. Kelebihan yang lain, resensi buku berada di halaman yang berbeda dengan rubrik Rak Buku. Artinya, Pena bisa mempromosikan buku-bukunya dalam dua rubrik sekaligus. Dan, tentu saja, semua itu gratis![]
Ruang Produksi, 14 Juni 2008
Syarat yang diminta Majalah Khalifah pun tidak sulit, yakni Pena cukup mengirimkan satu eksemplar setiap produknya yang akan “diiklankan” di media yang didistrubusikan setiap akhir bulan ke Jabodetabek dan beberapa kota di luar Jawa itu. Bahkan, menurut penjelasan Nashih, penanggung jawab rubrik Rak Buku Majalah Khalifah, Pena tidak harus memberikan setiap produknya dalam bentuk hardcopy, tetapi cukup softcopy.
Majalah Khalifah sendiri merupakan metamorfosis dari Tabloid Khalifah. Setelah 89 edisi terbit dalam bentuk tabloid, mulai Juli 2008 ini mereka berubah menjadi majalah. Ketika berbentuk tabloid, oplah Khalifah sebenarnya menembus angka 20.000. Setelah menjadi majalah ini, mereka memang menurunkan oplahnya.
Akan tetapi, jika kelak respons masyarakat melonjak, lanjut perwakilan Khalifah, pihaknya menjanjikan peningkatan jumlah eksemplar setiap kali terbitnya. Perwakilan media yang masih berada satu grup dengan Tabloid Pulsa ini juga bersedia menampilkan resensi tiap produk baru Pena. Kelebihan yang lain, resensi buku berada di halaman yang berbeda dengan rubrik Rak Buku. Artinya, Pena bisa mempromosikan buku-bukunya dalam dua rubrik sekaligus. Dan, tentu saja, semua itu gratis![]
Ruang Produksi, 14 Juni 2008
Wednesday, June 04, 2008
TRIM Comm Selenggarakan Pelatihan Penyuntingan di Jakarta
Bertempat di Hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat, TRIM Communication yang berpusat di Bandung menyelanggarakan pelatihan penyuntingan, Selasa (3/6). Acara bertajuk Fundamental of Book Editing (FOBE) ini dimulai sejak pukul 08.30 di Ruang Anggrek hotel yang berhadapan dengan Taman Ismail Marzuki itu.
Lima puluh orang peserta dari berbagai lembaga begitu bersemangat mengikuti jalannya acara. Dari lima puluh peserta, para editor dari kelompok penerbit Agromedia Group tampak mendominasi karena mengirimkan dua puluh orang. Sementara itu, penerbit lain maksimal mendelegasikan tiga orang, termasuk di antaranya P.T. Pena Pundi Aksara. Tampak juga beberapa orang dari kalangan umum serta perguruan tinggi, seperti guru dan dosen dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Islam Empat Lima (Unisma) Bekasi.
Narasumber seluruh materi pelatihan ini hanya satu orang, yaitu Bambang Trim, yang juga merupakan owner TRIM Comm. Sebagai praktisi buku yang telah menulis lebih dari enam puluh judul buku, Bambang dengan lugas menyampaikan seluruh materi pelatihan. Materi yang diberikan pada pelatihan ini sebanyak lima paket.
Pertama, materi orientasi karier. Sebelum masuk ke dalam teknis penyuntingan, Bambang menjelaskan pentingnya keberadaan visi dan misi seorang penyunting atau editor. Selain itu, Bambang juga mengurutkan jenjang karier editor mulai dari Chief Editor sampai Copyeditor.
Materi kedua adalah dasar-dasar penerbitan buku. Hal ini juga patut diketahui editor agar bisa memetakan keinginan pembaca. Dalam buku panduannya yang ringkas tapi padat, Bambang menuliskan beberapa wawasan yang juga harus diketahui oleh editor, seperti proses penerbitan buku, struktur sebuah usaha penerbitan yang ideal, dan karakteristik pembaca.
Ketiga, dasar-dasar editing. Pada materi ketiga ini, Bambang menjelaskan minimal lima belas keahlian yang seharusnya dimiliki oleh seorang editor. Selain ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata bahasa Indonesia, menurutnya, editor sebaiknya juga menguasai teknik lay-outing naskah. Hal ini dimaksudkan agar pengerjaan editing sesekali juga bisa dilakukan langsung di komputer menggunakan format lay-out yang biasa dilakukan tim desainer.
Pada sesi keempat, Bambang mempresentasikan materi praediting. Perencanaan editing menjadi bahasan paling penting dalam sesi keempat ini. Setelah itu, dilanjutkan dengan membahas materi kelima, praktik editing. Meski bertajuk praktik editing, tetapi materi kelima ini tetap saja lebih banyak mengetengahkan teori-teori penyuntingan. Meskipun begitu, peserta memang sempat dua kali diminta menyunting contoh naskah dua halaman yang disertakan di lembar makalah.
Acara ditutup pada pukul 17.30, lalu dilanjutkan dengan pemilihan "ketua kelas" sebagai follow-up agar para peserta tetap bisa saling kontak. Setelah itu, panitia mempersilakan peserta untuk berfoto bersama narasumber.[]
Ruang Produksi Buku, 4 Juni 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)