Monday, September 22, 2008

Ulasan Buku: Mutiara Hikmah Doa dan Bacaan Shalat


Judul Asli : Fathul-‘Alîm fî Syarh Ad’iyah wa Adzkârish-Shalâh minat-Takbîr ilat-Taslîm
Penulis : Husain bin Audah al-Awaisyah
Judul Terjemahan : Mutiara Hikmah Doa dan Bacaan Shalat
Penerjemah : Imam Ghazali Masykur, Lc.
Penerbit : Pena Pundi Aksara
Cetakan : Pertama, Desember 2007
Jumlah halaman : xii + 288
Harga : Rp62.000,00

Sebuah hadits yang diriwayatkan Tirmidzi menerangkan bahwa shalat merupakan amal seorang hamba yang bakal ditimbang pertama kali pada hari Kiamat. Artinya, jika shalat seseorang bagus, ia menjadi orang yang sukses di akhirat. Namun, jika shalatnya tidak bagus maka ia pasti merugi. Karena itu, setiap muslim harus betul-betul memerhatikan pelaksanaan shalat agar sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw.

Jangan sampai shalat hanya menjadi rutinitas tubuh tanpa makna. Hal itu karena sejatinya shalat tidak hanya mengangkat tangan ketika membaca takbir, mendoyongkan tubuh ketika ruku, atau bersimpuh ketika sujud. Lebih dari itu, salah satu hal paling penting dalam shalat adalah memahami setiap kata yang dilantunkan dalam shalat. Apalagi, rukun-rukun shalat termasuk ibadah yang wajib dilaksanakan dengan perantara bahasa Arab.

Oleh karena itu, jika ingin bisa melaksanakan shalat secara maksimal, mau tidak mau kita dituntut mampu memahami setiap untaian doa dan kata yang harus dibaca ketika shalat. Jika kita dapat melafalkan setiap untaian doa dan bacaan shalat, dari awal takbir hingga akhir salam, tentu akan makin memudahkan kita meraih kekhusyuan shalat. Dengan begitu, shalat bagus seperti disyaratkan dalam hadits di atas akan menjadi hak kita.

Buku ini memberi pencerahan kepada kita tidak hanya mengenai redaksi doa dan bacaan yang bersifat rukun, seperti takbiratul ihram dan surah al-Fâtihah, tetapi doa dan bacaan yang bersifat sunnah pun dibahas secara terperinci. Doa iftitah, misalnya, karena tidak hanya satu redaksi yang diajarkan oleh Nabi saw., dijelaskan satu per satu secara mendetail. Hal itu agar kita dapat memilih salah satunya dan bisa mengamalkannya dengan sepenuh hati—tidak sekadar lisan yang komat-kamit.

Begitu pula dengan kalimat isti’adzah sebelum membaca surah al-Fâtihah, buku ini mengajukan dua redaksi yang sama-sama ma`tsûr dari Nabi saw. Tentu saja, dua redaksi pilihan itu dilengkapi dengan tafsiran per kata untuk memudahkan kita menyelami mutiara hikmah di balik kalimat tersebut. Bacaan surah al-Fâtihah yang merupakan “ruh” shalat tentu menjadi pembahasan penting. Karena itu, tidak mengherankan apabila menjadi pembahasan paling panjang dalam buku ini.

Pembahasan lain tentang ucapan amin, doa ketika rukuk, doa ketika i’tidal, doa ketika sujud dan seterusnya hingga salam juga dikupas secara tuntas. Karena itu, buku ini sangat penting menjadi pegangan setiap muslim demi memperoleh shalat yang sempurna.[]

Kos Cempaka Warna, 21 September 2008

3 comments:

Anonymous said...

mas agus, nama editornya dong, tolong dicantumkan juga. hehe...

Agus Hidayatulloh said...

owh... iya yah... hehe, maunya gituh. tapi nnti takut kl dicantumin, trus org2 di penerbit laen kesengsem, repot buat kita di pena kl mnta tolong bu eko sbg tenaga outsourcer;-)

Anonymous said...

Subhanallah, agus belakangan ini sudah menjadi pengamat buku:)
maju terus men..