Monday, December 11, 2006

Anggota FKB DPR-RI Sambangi PKB Mesir



Di sela-sela tugas kunjungan kerja Pansus RUU Haji DPR-RI, salah seorang pengurus DPP PKB, Helmy Faisha Zaini menyempatkan menemui pengurus PKB Mesir. Kamis (7/12/2006) malam di lobi Sheraton Cairo Hotel, anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat VIII ini menyampaikan banyak hal berkaitan dengan kondisi terakhir di tanah air.

Ada cukup banyak hal yang menarik dicermati dari pertemuan pengurus PKB Mesir dengan anggota Komisi VIII ini. Hal pertama yang diingatkan oleh mantan aktifis IPNU ini adalah mulai memudarnya kalangan nahdliyin dalam meramaikan (baca: melestarikan) masjid. Sudah cukup banyak masjid yang awalnya melestarikan budaya NU, kini berpindah tangan pada orang-orang dengan ideologi berbeda.

"Sehingga yang namanya tahlil, shalawatan, barzanji, itu tidak ada di masjid tersebut, padahal sebelumnya sudah hampir jadi 'kewajiban' di situ," ujarnya. Selain karena faktor eksternal yang memang "menyerang" komunitas nahdliyin di masjid-masjid itu, penyakit internal juga memang tak bisa dipandang sebelah mata.

Sementara orang lain dengan semangat militansinya meramaikan (dan merebut-rebut) masjid, orang-orang NU justru malas sekadar untuk adzan. Hal ini yang menurutnya patut menjadi perhatian. "Bangun subuh saja susah, bagaimana kita bisa melestarikan budaya NU selama ini," katanya. Tapi memang ada di beberapa tempat, lanjutnya, 'perebutan' masjid itu sendiri sampai menghalalkan segala cara.

"Jadi jangan menyesal kalau suatu ketika, tahlil, barzanji dan budaya kita yang lain justru bakal dilarang," tegasnya. Helmy mengingatkan apa yang terjadi pada jamaah Ahmadiyah bisa saja terjadi pada NU di masa yang akan datang, jika tidak ada kesadaran untuk terus "menjaga" masjid dari masuknya ideologi Wahabi dan sejenisnya.

Intinya, di beberapa lokasi, NU kultural semakin terdesak. "Kalau jaman Mbah Hasyim Asy'ari dulu, paham Wahabi dikhawatirkan para ulama tapi masih jauh di Arab Saudi sana, sekarang sudah ada di depan kita," terangnya. Hal ini karena orang lain bergerak dengan militansi, sementara orang NU justru malas.

Sementara soal kiprah politik PKB, pria kelahiran Cirebon ini mengatakan beberapa saat yang lalu, Fraksi PKB di DPR-RI sukses meloloskan usulan pemberian beasiswa kepada 700 ribu santri madrasah. Selama tahun 2006-2007 ini, mereka yang belajar di madrasah/pondok pesantren akan mendapatkan perhatian langsung pemerintah. "Hal ini sama sekali tak terpikirkan dalam masa orde baru," katanya. Namun, imbuhnya, sebenarnya jumlah santri di seluruh Indonesia ada sekitar 2,4 juta, sehingga perjuangan pemerataan perhatian pemerintah ini masih belum selesai.

Ketika disinggung mengenai popularitas PKB yang terlihat statis, dia menjelaskan salah satu kelemahan politikus nahdliyin. Selama ini, sering diajarkan bahwa yang namanya berbuat baik itu tak perlu digembar-gemborkan. Di sinilah yang membedakan, dimana perjuangan politik PKB sering tak terdengar.

Sementara ada partai, meski memperjuangkan agenda bersama-sama dengan partai lainnya, setelah agenda itu lolos kemudian dengan bersemangat teriak-teriak dan memasang spanduk bahwa partainya sukses mengegolkan agenda rakyat. Bahkan sekarang ini sudah masyhur ada partai yang mau menolong korban kalau ada wartawan. Di Jakarta misalnya ada banjir, kader partai itu tidak langsung turun tangan sebelum wartawan datang. Kalau sudah keterlaluan seperti itu, tentu saja menjadi tidak baik. "Tapi barangkali memang politik itu harus riya/pamer kebaikan, asal jangan keterlaluan," jelasnya.

Sementara PKB Mesir, diminta utk mengelola organisasi secara profesional. Pemetaan kegiatan dan kaderisasi harus jelas. Pendataan kader dan kemampuan setiap personal juga merupakan kunci, jika PKB ingin bersaing dalam level tertinggi percaturan politik. Terlalu asyik bercengkerama, tak terasa jam menunjukkan pukul 12 malam, padahal pertemuan dimulai sejak dua jam sebelumnya. Karena esoknya Helmy hendak melakukan perjalanan jauh ke makam Imam Syadzily di dekat aswan (ratusan kilometer dari Kairo dan daerah itu tak terjangkau pesawat terbang), pembicaraan pun disudahi.[]

Bawabah Tiga, 11 Desember 2006

2 comments:

Anonymous said...

Aaah, ente percaya saja omongan Si Helmy itu, kalian mestinya tanya kenapa perutnya makin buncit saja. Soal popularitas PKB yang melempem bukannya karena anggota PKB itu pada sibuk ngurusin ngegemukin badannya masing-masing sama rebutan jabatan.

Agus Hidayatulloh said...

ya bagi saya bukan soal percaya atau ndak, namanya reporter, ya tinggal mereportase apa yg didapat, soal kebenaran kan tergantung ama kejujuran n itu urusan masing2. anggap aja ni msh 1 sisi, dan redaksi kami menerima sisi yg berbeda kok;) btw, jgn pakai anonymous dong kl mau jujur2an...