Catatan Perjalanan Holy Tour (3-habis)
Dari makam Ibnu Hajar al-Asqalani, semua kembali mengayunkan langkah menuju makam ulama lainnya. Terasa agak lebih lama dari perjalanan sebelumnya, rombongan akhirnya sampai di makam Robiah al-Adawiyah. Makam ulama perempuan yang terkenal dengan zuhud dan kesufiannya, bersandingan dengan makam sufi agung lainnya, Dzunnun al-Mishry.
Hanya saja, konon makam kedua orang ini masih diperdebatkan kebenarannya. Ada yang mengatakan benar bahwa di situlah jasad kedua ulama ini dikuburkan. Tapi ada juga yang membantah bahwa itu hanya merupakan salah satu tempat singgah. Mukhlishin pun menjelaskan bahwa hal-hal perbedaan pendapat dalam hal kebenaran makam semacam itu sudah biasa terjadi. Sebagai contoh, makam satu ulama Walisongo di tanah Jawa pun bahkan tidak diyakini berada di satu tempat saja.
Tak jauh dari areal makam Robi'ah al-Adawiyah, ada makam 3 sahabat Nabi Saw. Dari 3 makam yang berada di satu tempat itu, hanya satu saja yang diyakini benar-benar merupakan makam seorang sahabat Nabi Saw., yaitu makam sahabat Uqbah bin Amir Ra. Sahabat Uqbah merupakan tokoh kebanggaan Mesir, yang menyebarkan Islam di masa awal masuknya agama Allah masuk Mesir, di bawah komando Amr bin al-Ash Ra.
Selesai berziarah di makam sahabat Uqbah, panitia langsung meminta seluruh peserta Holy Tour untuk kembali ke bus. Saking banyaknya peserta, panitia pun sempat kerepotan meminta semuanya agar bergegas, apalagi masing-masing ingin berziarah dengan caranya sendiri-sendiri. Namun tak sampai setengah jam, semua sudah kembali ke busnya masing-masing.
Sesuai agenda, rombongan menuju ke masjid Sultan Hasan dan masjid Rifa'i. Sayangnya saat sampai di kedua masjid yang berdiri kokoh persis berdampingan itu, sudah tak ada arahan dari guide. Peserta pun berpencar sendiri-sendiri. Masjid Sultan Hasan lebih terkenal dengan masjid 4 madzhab, karena di dalamnya ada 4 sisi yang digunakan sebagai madrasah Syafi'iyah, Hambaliyah, Hanafiyah dan Malikiyah.
Sementara di masjid Rifa'i, terdapat makam Imam Rifa'i, pendiri Thoriqoh Rifa'iyah. Selain itu juga terdapat makam mantan salah seorang penguasa Iran sebelum revolusi Iran, Reza Pahlevi. Bagi para turis yang ingin memasuki areal kedua masjid ini, paling tidak harus merogoh kocek sebesar LE.10,00 (turis mahasiswa) atau LE.20,00 (turis biasa). Namun bagi mahasiswa Al-Azhar bisa masuk bebas setiap harinya. Bahkan panitia membagikan jatah makan siang di jalan antara kedua masjid, tentu dengan tetap menjaga kebersihannya.
Usai shalat duhur dan makan siang, peserta diajak berziarah ke masjid Ibnu Thulun. Masjid ini terkenal dengan salah satu kubahnya yang memiliki bentuk khusus dibanding dengan kubah umumnya masjid di seantero Mesir. Konon, kubah khusus itu hanya ada 2, dimana satunya berada di negeri Iran.
Usai puas mengelilingi masjid Ibnu Thulun yang amat luas itu, juga naik ke atas menara untuk menikmati suasana Kairo dari atas, peserta nampak kelelahan. Walhasil, saat ditawari panitia apakah perjalanan akan dilanjutkan untuk berziarah ke makam Sayyidah Zainab dan makam Sayyidina Husain, peserta banyak yang geleng-geleng kepala. Maklum, kedua makam itu secara umum juga mudah dijangkau serta banyak yang tahu. Lebih-lebih makam Sayyidina Husain yang terletak bersebelahan dengan kampus Al-Azhar putra, sehingga bisa saja tiap hari disambangi jika rajin pergi ke kuliah.[]
Bawabah Tiga, 13 April 2007
No comments:
Post a Comment