Sunday, December 10, 2006

24 Tahun Baru 2 Kali ke KFC


Bagi orang kampung seperti saya, makan di restoran Kentucky Fried Chicken atau yang lebih dikenal singkatannya sebagai KFC barangkali menjadi kesenangan tersendiri. Maklum, alih-alih makan di restoran siap saji terkenal seperti itu, dapat makan ayam sebulan sekali saja barangkali sudah senang.

Memang selama di Mesir, makan dengan lauk ayam sudah bukan hal yang mewah. Selain harganya yang tak terlalu mahal, budaya orang Mesir --juga mahasiswa Indonesia di Mesir-- memang tak menganehkan makan dengan lauk daging sapi, kerbau, ayam atau hati.

Namun, bagi saya makan di KFC tetaplah spesial. Saya bukanlah orang yang dapat dengan mudah membelanjakan uang untuk makan di tempat mahal --karena memang tak cukup punya uang. Maka ketika pertama kalinya berkesempatan makan di KFC, saya senang sekali.

Waktu itu, sekitar Mei 2005. Karena cukup aktif di PKB, saya diajak pengurus PKB Mesir untuk menemui salah seorang tokoh PKB, Abdul Wahid Maktub, yang ketika itu menjadi Dubes RI di Qatar dan sedang mengikuti pertemuan antar Kepala Perwakilan RI di negara-negara Timur Tengah.

Awalnya, ketika pertemuan pertama --ada dua kali pertemuan-- pertemuan selanjutnya dijadwalkan dilaksanakan di restoran. Maka, kami sepakat tidak perlu makan dulu sebelum pertemuan yang kedua. Namun tak dinyana, karena satu dan lain hal pertemuan kedua tetap dilakukan di lobi Hotel Sheraton Gezira.

Saking asyiknya, waktu yang dibutuhkan untuk bercengkerama ternyata lumayan lama. Awalnya tak terasa lapar, tapi justru setelah selesai dialog semua merasa lapar. Beruntung sang dubes kemudian memberikan uang saku. Sebagai ganti kita tak jadi pertemuan di restoran, kata sang dubes waktu itu.

Maka, saat pulang menuju ke rumah, kami sepakat mampir dulu ke restoran. KFC yang menjadi tujuan, tentu saja saya senang. Apalagi itu memang untuk pertama kalinya saya makan di restoran mahal.

Uniknya, makan di KFC yang kedua kalinya juga bersama pengurus PKB lagi. Meski sudah berganti personal, Kamis (7/12/2006) malam saya kembali diajak pengurus PKB untuk menemui salah seorang anggota DPR dari Fraksi PKB yang mampir ke Mesir. Kejadiannya hampir sama, pertemuan dilakukan di lobi hotel, lalu mendapatkan uang saku dan kami mampir ke KFC.

Kalau makan di KFC "sudah" dua kali, maka mampir di McDonalds atau yang sering disebut McD saya baru sekali. Itupun juga tak sengaja, dan lagi-lagi bukan dengan uang sendiri--maklum bukan orang mapan.

Saat masih menjadi Ketua KSW, saya cukup sering bersilaturahmi ke rumah bapak-bapak penasehat KSW. Pada suatu ketika, saat asyik bercengkerama dengan bapak penasehat dan istrinya, ada salah seorang anaknya yang kelas 4 SD mendapat telpon. Melapor pada sang ibu, rupanya ia diajak makan di luar oleh teman akabnya.

Sang ibu awalnya terlihat agak keberatan, karena memang sang anak susah sekali disuruh makan di rumah, sementara kalau diajak makan temannya bersemangat. Bahkan kalau sudah diajak makan di luar atau menginap di rumah teman, jadi lama pulangnya. Maka, sebagai syarat diperbolehkan memenuhi ajakan temannya itu, sang anak harus langsung pulang setelah makan.

Dan, untuk menjaga agar syarat itu betul-betul dilaksanakan, sang ibu meminta saya untuk menemaninya. Tentu saja saya tak bisa menolak, karena memang saya tak punya kesibukan dan tujuan ke rumah bapak penasehat itu sekadar main.

Saat keluar rumah, ternyata tempat yang dituju adalah restoran McD. Setelah menunggu temannya yang datang agak terlambat, kami berempat --temannya bersama bibinya-- masuk ke restoran siap saji itu.

Kedua anak yang sama-sama masih duduk di kelas 4 SD itu, memesan menu dulu. Setelah itu saya ditawari mau makan apa. Wah, saya jadi grogi, karena tak tahu nama menunya apa saja dan bagaimana bentuk persisnya. Maka saya jawab saja biar disesuaikan dengan keduanya.

Keduanya malah menertawakan, katanya yang mereka pesan khusus anak kecil. Saya jadi keki juga. Lalu saya melihat satu menu, setelah saya sebutkan menu itu mereka tertawa lagi. Wah, untuk kedua kalinya berturut-turut saya jadi malu. Ternyata menu itu tak cocok untuk saya.

Beruntung sang bibi yang ikut bersama kami menunjukkan menu yang kiranya pas untuk saya. Saya tentu menurut saja. Alhamdulillah, dapat pengalaman berharga. Karena belum tentu dengan uang sendiri bisa cukup untuk makan di tempat seperti itu.[]

Bawabah Tiga, 9 Desember 2006

5 comments:

noorlara said...

saudara,

yang terbaiknya jgn diamalkan mengambil makanan siap saji (makanan segera) seperti KFC, MD. Fizza Hut dan sebagainye selain dari kandungan kalori yg tinggi hargapun lumayan mahal kan! Kesihatan harus dijaga bermula dari zaman remaja lagi, tak gitu

salam kenal dari Malaysia

Agus Hidayatulloh said...

saudari...

thnks atas koment-nya:) saya pun tak akan ke KFC kalau tak diajak kawan kok huehehe... ya bukan karena kalori yg tinggi tentunya saya tdk ke KFC, tp memang krn tak punya cukup uang. kalaupun kelak ada cukup uang, barangkali lebih baik beli ayam dimasak sndiri saja:D

salam kenal balik dari cairo...

fuddyduddy said...

Yo sukur tho mas mas, wes peng pindo.
Aku pisan ae durong!
kapan2 ae sak omah bareng2 nyang KFC!!
hehehehehehehe

Agus Hidayatulloh said...

OK zin aku nadzar deh, kl aku bs lulus thn ajaran 2006-2007 ini, kita berlima serumah ke KFC bareng2 yah. doain moga ada rizki jg:D

fuddyduddy said...

amin.... ma'ana annajah bikuli imtihan... Biar nadzarnya bener2 terjadi. hehehehe