Pada tanggal 21 Juli 2016, TS2 menyelenggarakan 2nd Lanao Region
Stakeholders Meeting di TS2 Residence. Pertemuan ini
dihadiri oleh wakil-wakil dari PNP, AFP, GPH CCCH, MILF AHJAG, MILF LMT, MILF
CCCH, JCMP, GPH LMT, Non-violence Peace Force/NP (CSO), Direktur
Pangkadait (CSO), Chairman MOGOP.
Di awal pertemuan, AFP menyebutkan bahwa
pihaknya terkadang kesulitan dalam operasi penegakan hukum, misalnya saat mengejar
local terrorist group (LTG), seperti Maute Brothers, yang saat dikejar
justru memasuki wilayah yang dikuasai MILF. AFP bahkan merasa bahwa MILF
terkesan melindungi LTG seperti Maute Brothers itu.
MILF menolak dikatakan melindungi LTG, bahkan
menegaskan bahwa MILF juga memiliki kepentingan yang sama untuk memberantas
LTG. Terkait keberadaan Maute Brothers di Butig, MILF tidak dapat berbuat
banyak karena Maute Brothers telah sejak lama menguasai wilayah itu. MILF juga
mempersilakan AFP jika hendak memberantas Maute Brothers yang kebetulan
markasnya tidak jauh dari wilayah kekuasaan MILF. Bahkan, MILF sudah pernah
meminta kewenangan untuk juga memberantas Maute, tetapi justru belum ada
tanggapan/izin dari AFP.
Suasana sempat memanas di antara AFP dan MILF, sebelum terpotong oleh coffee-break. Saat menikmati hidangan di tengah coffee-break, para peserta berbaur dan berbincang santai sehingga suasana mencair kembali.
Di sisi lain, MILF juga mendengar adanya laporan
bahwa sebenarnya Maute sengaja “diciptakan dan dipelihara” oleh AFP sehingga
kawasan tersebut tampak tidak stabil yang pada akhirnya melegitimasi AFP untuk
terus mengawasi kawasan tersebut. Menanggapi hal ini, AFP menyatakan bahwa
kabar itu hanyalah rumor dan meminta semua pihak untuk tidak memercayai rumor
tersebut.
Adapun NP menyoroti masih bertambahnya jumlah internally
displaced persons (IDPs) di daerah-daerah konflik. NP pun meminta MILF dan
AFP turut peduli menangani IDPs ini. Dalam hal ini, AFP dan MILF sama-sama
menyatakan bahwa IDPs tidak menjadi kewenangan mereka dan menyarankan agar NP
dapat membuat permintaan resmi kepada pemerintah daerah setempat agar
menanganinya. Demikian halnya dengan kasus terjadinya pembakaran beberapa
gedung sekolah.
NP juga menyampaikan concern-nya
mengenai tentara dari kalangan anak-anak. NP mengklaim pernah mendapatkan laporan
verbal baik dari AFP maupun MILF mengenai anak-anak yang menjadi tentara di
kawasan Lanao. Hanya saja, laporan verbal tersebut tidak pernah ditindaklanjuti
dengan laporan resmi. Jika betul ditemukan adanya pelanggaran rekrutmen tentara
anak-anak, NP mengharapkan agar secepatnya dibuatkan laporan resmi kepada
mereka sehingga bisa ditindaklanjuti.
TSL saat menyimpulkan jalannya pertemuan
menyatakan bahwa isu-isu yang mengemuka diharapkan dapat diselesaikan
pihak-pihak terkait. TSL menegaskan bahwa pihaknya, sesuai mandat IMT, tidak
dapat bertindak proaktif, melainkan hanya reaktif. Karena itu, IMT khususnya
TS2 tidak berencana menginisiasi pertemuan MILF-AFP untuk menyelesaikan
kasus-kasus yang mereka hadapi. Meskipun demikian, TSL menegaskan pihaknya
berharap dapat berpartisipasi dan juga siap memfasilitasi seandainya kedua
belah pihak sepakat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan untuk menjembatani
perbedaan-perbedaan pemahaman yang ada.[]
No comments:
Post a Comment