Usai
mendapatkan induction training di Headquarter IMT, kontingen Indonesia
segera menyebar ke pos masing-masing di 4 kota berbeda. Sebelum berpencar,
sebagaimana kelaziman, kami pun melakukan kunjungan kehormatan atau biasa
disebut dalam bahasa kerennya sebagai courtesy call kepada MILF
Leadership di markas besar mereka, Camp Darapanan, Sultan Kudarat, Maguindanao,
pada 11 Juli 2016.
Camp
Darapanan, menurut penuturan salah satu anggota MILF, awalnya merupakan kediaman
pribadi Alhaj Murad Ibrahim, Chairman MILF. Setelah ditunjuk sebagai Chairman
MILF kemudian harus menerima banyak tamu, baik dari dalam maupun luar negeri,
kediaman itu disulap menjadi apa yang disebut selevel dengan “istana
kepresidenan MILF”. Dari jalan besar menuju Camp Darapanan kini tampak sangat rapi
dan kokoh.
Cor
jalan tersebut tampak masih baru. Saat ditanyakan kepada anggota MILF yang
mendampingi kami, ia membenarkan bahwa Pemerintah Filipina memang baru saja
memadatkan jalan tersebut. Padahal, jalan itu sepertinya bukan jalan umum,
melainkan jalan yang hanya menuju Camp Darapanan. Hal itu terbukti dengan
beberapa checkpoint terlihat dan tampak dijaga oleh para tentara
berseragam Bangsamoro Islamic Armed Forces (BIAF).
Tentara BIAF-MILF yang setia menjaga Camp
Darapanan
Memasuki
Camp Darapanan, layaknya “istana kepresidenan”, tampak para penjaga keamanan
bersenjata lengkap. Seragam mereka mungkin tak betul-betul seragam selayaknya
tentara suatu negara, mengingat setiap atribut, termasuk persenjataan, dibeli
oleh para tentara itu secara mandiri. Militansi lah yang membuat para tentara
ini terlihat selalu siaga menjaga “istana” pimpinan mereka.
Jangan
membandingkan “istana kepresidenan MILF” ini dengan Istana Negara di Jl Medan Merdeka
Utara, Jakarta, tentu saja, yang berada di jantung kota. “Istana kepresidenan
MILF” ini tampak sederhana. Saya membayangkan posisinya mirip dengan tengah
pedesaan tempat saya tumbuh di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Hanya, sedikit
lebih sepi karena sekaligus sebagai ruang komando MILF secara keseluruhan yang tentu
dijaga secara ketat dan tak sembarang orang bisa memasuki kawasan itu.
Dari
jalan utama menuju Camp Darapanan, kanan kiri tampak kebun rindang. Kadang juga
melewati hamparan sawah yang cukup luas. Paling mencolok adalah pohon-pohon
kelapa. Jika membuka jendela mobil, angin sepoi-sepoi terasa begitu memanjakan
kulit dan badan, meski cuaca tampak terik. Cuaca boleh terik, tapi dengan
lebatnya pepohonan, termasuk cukup lebat juga di pinggiran sawah yang kadang
dilalui, membuat pancaran sinar matahari tak terasa begitu “mengancam”.
Saat
tiba di Camp Darapanan, kontingen Indonesia disambut dengan hangat oleh para big
boss MILF. Hadir pada pertemuan itu di antaranya Alhaj Murad Ibrahim
(Chairman), Ibrahim Ja’far (1st Vice-Chairman for Political
Affairs), Toks Ibrahim (Chief of Staffs), Al Sheikh Abuhuraira Abdurrahman
Udasan (Mufti Bangsamoro), dan Aleem Nour (unsur pimpinan MILF yang juga
menjadi Direktur Grand Mosque Sultan Hassanal Bolkiah Cotabato City). Dua nama
terakhir merupakan para ulama MILF alumni perguruan tinggi Arab Saudi. Sementara
itu, 2nd Chairman, Aleem Malik Sulaiman (yang masa mudanya
dihabiskan untuk belajar di Sudan, Mesir, dan Libya dan dilanjutkan bergerilya
di hutan-hutan Mindanao) tidak dapat hadir karena sehari-hari posisinya di Marawi
City, salah satu basis MILF di Mindanao Barat, sekitar 7 jam perjalanan darat.
Dalam
pidato penyambutannya, Toks Ibrahim kagum dengan cerita-cerita tentang
Indonesia. Di antaranya, mengenai kisah jenderal-jenderal Indonesia yang begitu
peduli dengan anak buahnya. Melindungi sekaligus menaungi mereka. Adapun Chairman
Murad menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasihnya
atas partisipasi aktif Indonesia dalam IMT. Menurutnya, IMT dibentuk sejak 2003
pada masa Presiden Gloria Arroyo dengan tujuan memastikan ketenangan dan
ketenteraman di grass root untuk mendukung proses perdamaian antara MILF
dan Pemerintah Filipina.
Chairman
Murad juga memberikan update mengenai pertemuan terakhirnya dengan Duterte
yang memperkuat keyakinannya akan komitmen Duterte untuk menyelesaikan Bangsamoro
Basic Law dan proses perdamaian. Menurut pengamatannya, IMT selama ini
sangat membantu untuk menjaga atmosfer yang bagus demi terjaminnya kelancaran
proses perundingan perdamaian. Di akhir sambutannya, Chairman Murad menyatakan
kesiapannya untuk bekerja sama dengan IMT, khususnya kontingan Indonesia.
Chairman Murad pun mempersilakan kontingan Indonesia untuk menghubunginya atau
jajarannya jika membutuhkan bantuan MILF dalam hal apa pun.[]
No comments:
Post a Comment