Sabtu (29/7/2006) siang, masyarakat Indonesia di Mesir mulai berjubel di stadion Nadi Syabab Abbasea. Tak ketinggalan warga KSW yang hendak menyemangati para pemainnya dalam mengejar tahta juara umum.
Pertandingan final sepakbola yang dimulai pukul 16.45, menjadi awal berkumpulnya para supporter KSW. Dengan yel-yel yang sudah mereka hafal sejak Java Cup III Februari lalu, warga KSW tiada hentinya memberikan support kepada para atlet di tengah lapangan.
Dengan suntikan semangat yang luar biasa seperti itu, permainan KSW benar-benar kesetanan dan seperti tak kenal lelah mengejar bola. Pemain-pemain Gamajatim, yang menjadi lawan dalam final sepakbola, dipaksa terus menjaga daerah pertahanannya dari gempuran para penyerang dan gelandang KSW.
Pada babak pertama, beberapa peluang didapat para pemain KSW. Sayangnya usaha keras para pemain KSW tetap saja tak membuahkan gol hingga turun minum. Meski nyaris terus menekan sepanjang babak pertama, tetap saja tidak bisa mencetak gol. Bahkan sempat sekali-sekali pemain Gamajatim memperoleh peluang, yang untungnya tak dapat menembus gawang yang dijaga Rikza.
Terus menguasai permainan pada babak pertama, KSW mulai pontang-panting pada babak kedua. Gamajatim mulai bisa mengimbangi permainan apik yang diperlihatkan para pemain KSW di depan sekitar 500 pasang mata. Pada babak kedua ini, kedua tim bergantian menjajal kekuatan pemain belakang lawan atau kiper.
Permainan babak kedua yang cukup berimbang ini, akhirnya tetap berkesudahan kacamata alias 0-0. Pada babak perpanjangan waktu, tetap saja permainan kedua tim tidak banyak berubah. Apalagi babak tambahan hanya memiliki waktu 2X5 menit, tak mengherankan bila kedua tim lebih sering mempermainkan bola di tengah lapangan. Walhasil, hanya sedikit peluang yang diterima kedua tim.
Bahkan pada menit-menit akhir babak kedua perpanjangan waktu, kedua tim langsung mengganti kiper masing-masing. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar jika terjadi adu penalti, kiper mereka masih segar. Benar saja, terpaksa harus dilakukan adu penalti untuk menentukan pemenangnya karena sampai wasit meniup peluit panjang kedudukan tetap imbang tanpa gol.
Saat drama adu penalti, para pemain KSW terlihat lebih tenang. Apalagi, pada semifinal, KSW juga berpengelaman menjungkalkan Fosgama melalui adu penalti. Meski begitu, tetap saja para pemain harus benar-benar bisa mengendalikan emosi dan fokus. Hanya saja, di tengah ratusan pasang mata yang melihat drama tos-tosan ini, beberapa pemain terpaksa kehilangan fokus. Hasilnya, 3 pemain KSW gagal mengarahkan bola ke gawang Gamajatim. Namun, berkat penampilan gemilang penjaga gawang KSW, Habib Maulana, ada 4 penendang Gamajatim yang tak berhasil menceploskan bola ke gawang KSW. Bahkan tiga di antaranya sukses ditepis oleh Habib, dan satu lagi melebar ke atas gawang.
Saat kedudukan imbang 3-3, sementara KSW masih memiliki 1 peluang tendangan lagi, Mas Kholid yang kebagian sebagai penendang ke tujuh, kemudian menjadi pahlawan kemenangan karena tendangannya berhasil melewati kiper Gamajatim dan menembus jaring. Tak pelak, pendukung KSW langsung ramai-ramai memeluk Habib. Para pemain pun langsung berpelukan. Semua menyanyikan lagu kemenangan, tapi tetap dalam koridor sopan santun dan tak memancing pihak lawan. Inilah emas pertama KSW dalam ajang Indonesian Games.
Voli Putra-Putri Juga Menang
Pada saat yang hampir bersamaan dengan pertandingan sepakbola, tim voli putri KSW melakukan pertandingan melawan Kemass dalam perebutan juara ketiga. Tim Kemass yang digawangi banyak pemain senior, saat pertandingan semifinal melawan Gamajatim tampil sangat mengesankan. Namun ternyata pada perebutan perunggu ini, tim KSW justru lebih bersinar. Barangkali dukungan supporter yang amat banyak, meski berbagi dengan supporter sepakbola, membuat permainan tim voli putri KSW ikut meningkat. Terbukti, meski tak dinyana sebelumnya, tim KSW berhasil menggebuk Kemass 3 set langsung.
Sebelum penutupan, pertandingan terakhir yang digelar adalah final voli putra KSW melawan Fosgama B. Tim Fosgama yang pemainnya memiliki tinggi badan di atas rata-rata, dari awal mengandalkan smash dan blok akurat. Hanya saja, tidak semua usaha mereka memperoleh nilai. Hal ini karena tim KSW yang dikapteni M. Zaim alias Kidal mampu menerapkan strategi lain untuk menutupi kekurangan tinggi badan rata-rata pemain KSW.
Labib Hilmi, yang sebelumnya melatih tim voli putri KSW, menjadi andalan penyuplai bola untuk di-smash oleh Kidal, Laili, Faruq, Husein, Khomsin atau Akhid. Meski tidak setiap smash atau tipuan KSW menghasilkan poin, KSW tetap bisa mengungguli Fosgama. Apalagi, yel-yel yang selalu didengungkan para penonton tim KSW membahana di lapangan sepanjang pertandingan. Tak pelak, pendukung Fosgama yang awalnya bisa mengimbangi, jadi kalah ramai. Bahkan di set keempat yang menjadi set terakhir, mereka sudah tak ada suaranya lagi. Pertandingan pun berakhir 3-1, lagi-lagi untuk kemenangan delegasi KSW.
Dengan kemenangan voli putra ini, KSW mencatatkan hasil manis, karena pada hari terakhir ini berhasil meraih kemenangan di semua cabang yang ada. Meski voli putri hanya berebut perunggu, tapi tentu saja emas sepakbola dan voli putra tetap amat bergengsi. Dengan demikian, KSW menjadi tim yang paling banyak mengumpulkan medali, dengan 3 emas, 3 perak dan 3 perunggu. Bahkan kalau dilihat lebih jauh, KSW adalah satu-satunya tim yang berhasil meraih semua medali di semua cabang yang ada dalam Indonesian Games.(aghi)
Griya Jateng, 30 Juli 2006