Saturday, November 18, 2006

HUT Terobosan, Meriah Tapi Kurang Persiapan



Di usianya yang sudah menginjak angka 16, kelompok buletin independen Terobosan kembali menggelar perayaan ulang tahunnya. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, acara ini pun dibuat besar-besaran, sekaligus menghibur Masisir. Dalam setiap perayaan ultahnya, ada saja penampilan-penampilan yang sengaja dipersembahkan bagi para langganannya.

Kali ini, bahkan ditambah pula dengan ajang pemberian penghargaan bertajuk "Terobosan Award 2006". Dalam Terobosan Award 2006 yang berlangsung Jumat (17/11/2006) malam ini, ada 3 kategori yang dipilih. Pertama, kategori Liputan Terobosan Terbaik. Karena merupakan ajang pertama, maka yang dipilih adalah tulisan-tulisan liputan di Terobosan --ditulis oleh kru mereka sendiri-- periode 2002-2006.

Pada kategori ini, ada 7 tulisan yang masuk nominasi. Setelah diseleksi oleh tim juri, tulisan berjudul "843 Menit itu Usailah Sudah" (tahun 2003) keluar sebagai pemenang. Tulisan ini merupakan liputan atas rapat PPMI dan kekeluargaan yang membahas permasalahan adanya Temus "siluman" dari Temus yang semestinya merupakan jatah PPMI. Waktu itu, selain 100 Temus yang sudah merupakan jatah setiap tahunnya, ada tambahan 5 jatah lagi yang diperuntukkan bagi orang-orang yang telah ditentukan namanya oleh KJRI Jeddah. Kontan hal ini menimbulkan kecemburuan dan PPMI mengundang kekeluargaan melakukan rapat di KBRI.

Menurut M. Shalahuddin dan Rahman Hadianto, penulis dari liputan ini, saat itu sekitar 15 jam tanpa makan tanpa tidur, mengikuti jalannya rapat. Rapat sempat berjalan alot dan banyak perang argumen. Namun dengan pikiran jernih dan terbuka, setelah beradu pendapat yang melelahkan, dapat tercapai kesepakatan. Semua pun lega. Para peliput juga dapat beristirahat sejenak, sebelum harus menuliskan laporannya.

Pada kategori "Pegiat Sastra Terbaik", Udo Yamin Effendi berhasil menyingkirkan 6 nominator lainnya. Salah seorang aktivis Kairo ini memang sudah lama malang-melintang di dunia sastra. Selain aktif di pergerakan --di antaranya menjadi fungsionaris PPMI, Pwk-Persis, Pwk-PII-- bapak satu anak ini juga giat menulis, utamanya sastra.

Sementara pada kategori ketiga, "Penulis Terbaik", M. Shalahuddin kembali tampil sebagai pemenang. Munculnya nama M. Shalahuddin itu memang bukan hal mengejutkan. Apalagi namanya juga cukup eksis di media tanah air. Belakangan laporannya juga muncul di media sekelas Gatra dan Media Indonesia.

Format penyerahan ketiga penghargaan ini cukup elegan. Hanya sayangnya, saat pembacaan nominasi, menggunakan suara rekaman, sehingga tampak kurang jelas di telinga para pengunjung. Hal yang sama bahkan menyebabkan kejadian lebih fatal.

Saat pementasan operet kru Terobosan, juga menggunakan teknik yang sama. Tapi mungkin karena kurang persiapan, sehingga terjadi beberapa kesalahan adegan. Ada adegan orang di atas panggung, namun tak muncul juga rekaman suaranya. Sementara saat tak ada satu pun aktor berada di panggung, muncul suara dialog yang kemudian dimatikan kembali.

Penonton pun tampak kacau, bahkan ada yang meneriakkan "Huuuu...." saat itu. Beruntung MC Agla dapat mengendalikan acara. Karena penonton semakin lantang mengekspresikan ketidakpuasan, penampilan itu pun terpaksa di-cut, dilanjutkan rangkaian acara lainnya.

Penonton yang cukup memadati Auditorium Fakultas Kedokteran Al-Azhar Kairo tampaknya bisa dapat terpuaskan hanya pada penampilan group band "Vangabon". Tampil di awal dan ujung acara, penonton terlihat bisa menikmati hiburan yang disuguhkan kelompok band yang memang sudah senior itu. OM (Orkes Melayu) Krakatau juga sempat membuat penonton menggerakkan pinggulnya saat membawakan 2 lagu dangdut.

Rangkaian acara HUT ini terpaksa disudahi dengan seidkit kurang halus karena pihak pengelola gedung memang memberikan ijin sampai pukul 22.00. Padahal saat itu, Vangabon masih membawakan lagu terakhir. Karena pihak pengelola gedung mematikan sebagian lampu, terpaksa lagu persembahan terakhir itu disudahi dan penonton membubarkan diri.[]

Bawabah Tiga, 18 November 2006

No comments: