Sunday, November 26, 2006

Kelebihan Mencolok Muhammadiyah



Sebenarnya ada 2 pilihan judul untuk tulisan ini. Yang pertama adalah sesuai yang tertulis di atas. Sementara yang kedua, sempat tersirat dalam benak untuk memberi judul "Kekurangan Mencolok NU". Judul kedua ini karena tujuan utamanya adalah memberikan "peringatan" bagi kalangan dimana penulis termasuk di dalamnya. Namun karena pada tulisan sebelumnya penulis sempat sedikit mengungkit soal kekekian kawan dari Muhammadiyah, maka tulisan ini diharapkan dapat menjadi "obat penawar".

Ya, kelebihan yang dimiliki Muhammadiyah sangatlah banyak, dibandingkan dengan NU. Apalagi soal manajemen, barangkali NU harus loncat pada 100 tahun berikutnya. Salah satu kelebihan Muhammadiyah yang terekam dari kedatangan Mendiknas Bambang Sudibyo di Kairo pada 13-17 November 2006, adalah gambaran betapa NU susah berpikir lebih maju.

Ceritanya, menurut seorang sumber yang sempat bertemu Mendiknas dalam lawatannya di Mesir ini, sebelum berangkat dari tanah air, Mendiknas mendapat pesan dari Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin. "Tolong kawan-kawan Muhammadiyah di Mesir yang cukup banyak itu nanti "disambangi" ya," begitu kira-kira pesan yang disampaikan pada Profesor Bambang.

Kalau mau membandingkan dengan NU, sepertinya hal ini jauh berbeda. Penulis yang selama ini --merasa-- cukup aktif di NU Mesir, rasanya tak pernah mendengar mendapat "titipan" pimpinan NU di tanah air melalui pejabat atau pengusaha NU yang mampir ke Kairo. Bukan soal adanya "titipan" atau tidak yang menjadi masalah utama di sini.

Karena selama ini, sebenarnya NU Mesir juga bukannya sepi dari perhatian PBNU, dalal hal ini Ketua Umum. Bahkan sekitar tahun 2003-2004, NU Mesir mendapat suntikan dana yang cukup besar untuk menjadi pemicu geliat aktifitas NU Mesir. Dalam beberapa kali lawatannya ke Mesir ketika itu, KH. Hasyim Muzadi tak pernah melupakan "oleh-oleh" untuk NU Mesir.

Itu jika yang datang Kiai Hasyim sendiri. Nah, kalau yang datang ke Mesir adalah pejabat atau pengusaha berlatar belakang NU, maka rasanya tak pernah ada kontak terlebih dahulu antar orang NU di tanah air "sono". Kalaupun datang ke sekretariat NU Mesir yang sederhana, maka pejabat atau pengusaha itu memang sejak awal diketahui kedatangannya oleh pengurus NU Mesir, sehingga diundang dan mau datang.

Bahkan lebih miris, adalah kenyataan datangnya seorang pejabat NU yang menjadi menteri agama pada tahun 2003. Ketika itu, beberapa pengurus NU Mesir menyambangi yang bersangkutan di hotel tempat penginapan sang menteri beserta rombongan. Karena saat itu sedang ramai-ramainya geliat organisasi-organisasi di Kairo hendak memiliki sekretariat permanen, pengurus NU Mesir pun membicarakan proposal pengadaan kantor definitif, agar terbebas dari belenggu uang sewa tiap bulannya.

Ketika itu, sang menteri menjawab, "Mudah saja saya bantu niat itu, tapi tolong hal ini disetujui (ditandatangani) dulu oleh Pak Hasyim." Kebetulan, beberapa pekan berikutnya, Kiai Hasyim giliran datang ke Kairo setelah ibadah umroh di kota suci. "Ya begitulah pak menteri itu, saya sih tak keberatan menandatangani proposal ini, tapi apa iya benar dibantu kalau sudah saya tandatangani," begitu jawab Kiai Hasyim.

Terlihat jelas betapa tak ada komunikasi lancar di antara petinggi, pejabat dan pengusaha NU di Jakarta. Komunikasi dan dedikasi, itu barangkali yang amat mencolok dari perbedaan antara NU dan Muhammadiyah. Pejabat yang memang diangkat oleh atasannya sebagai representasi Muhammadiyah, dia akan sangat merasa bahwa kedudukannya memang karena dirinya menjadi bagian dari Muhammadiyah. Oleh karenanya, tanpa sungkan membantu organisasinya itu di manapun berada.

Sementara orang NU, jika diangkat menjadi pejabat, lebih banyak yang merasa bahwa dirinya menjadi pejabat karena kelebihan dan prestasi yang diraih secara pribadi. Mungkin hal ini memang benar adanya. Tapi apakah ikatan emosional sebagai warga nahdliyin kemudian harus dibuang jauh? Selain itu, kiranya komunikasi intens antar orang NU yang jadi "orang" --baik sebagai pengurus di PBNU, pejabat pemerintahan/swasta atau pengusaha-- di level mana pun harus digiatkan. Agar kelak mudah saling berbagi informasi dan lebih efektif dalam pemerataan kemajuan di kalangan NU.[]

Bawabah Tiga, 26 November 2006

6 comments:

Alex Ramses said...

Sebenarnya buanyak bagnet kekurangan-kekurangan NU yang kalau saya buat daftar di sini pasti akan kepanjangan komentar saya. selain minimnya kemampuan berorganisasi para kiyai yang berkuasa dari pusat sampai daerah, masalah lain yang gak diperhatikan adalah kaderisasi.

Tapi, seandainya kaderisasi bisa bener2 jalan baikpun,,, apakah kader2 ini nantinya bisa menjadi pengurus? mengingat salah satu syarat untuk jadi pengurus NU di Indonesia itu haruslah berjudul Kiyai.

Hal2 di atas dan masih banyak lagi lainya membuat NU "tidak pernah dewasa". isinnya eker-ekeran. NU adalah ormas Islam paling "tradisional". yang saya maksud tradisional di sini bukan sebuah aliran pemikiran tradisionalis yang setia pada turats dan mengapresiasi nilai2 tradisi.

Tradisional yang saya maksud di sini adalah terbelakang, bodoh dan morat marit. KEbanyakan orang NU gagap ketika berkuasa. baik berkuasa di pemerintahan ataupun di organisasi. bukan saja gagap karena tidak tau harus berbuat apa karena ketiadaan visi yang jelas. Para kiyai yang mendapatkan kedudukan kebanyakan lupa akan kekiayaiannya,,, mereka bisa menjadi lebih rakus dan mencintai bondo ketimbang orang abangan.

jadinya ya itu kata yudi latif' serigala berbulu ulama hihihih.

Kita perlu mengikuti uswah yang bagus di lingkungan Muhammadiyah; kebiasaan mereka itu saling mendukung temannya sesama muhammadiyah.

Di NU, orang salign menjatuhkan dan rebutan. ketiadaan kaderisasi yagn baik tadi menjadi salah satu sebab kurangnya kesetiaan kepada NU ketika mereka jadi pejabat. karena selama ini memang dia tidak merasa dididik langsung oleh NU dan tidak diajari untuk mencintai NU.

Jadi tak perlu heran kalau orang2 NU yang berada di atas gak ingat lagi sama saudara2 NU-nya.

Tuman,,, komentar kedawan, ntar aja nulis di blog,,, piye kabare mbak yu????

Agus Hidayatulloh said...

wekss... iya koment-nya panjang banget, ngalah2in original post-nya bisa ngganggu ketenaranku nih:P

btw, anda jg lama ga kliatan di NU?:P mampir2 lah mbimbing tmn2 bikin buletin yg lahir dr "tangan anda" HIEROGLYPH...

aku cowok tulen loh, jadi ga terima lah dibilang sbg mbak yuu...

Unknown said...

Salam 'alaika Mas,

Wow, tulisan yang sangat jujur :-)
Di tanah air malah kebalikannya kuliat. Sesama angkatan muda, mau Muhammadiyan mau NU, sama2 arogannya :-D

Aku pernah jadi translator rombongan NU selama sebulan. Duuuuuuuuuuh, keliatan banget teman2 NU sangat attachable satu sama lain dan sangat bangga pada cap NUnya. Jago juga loh berorganisasinya :-D

*aktifis angkatan muda Muhammadiyah*

Ima van Leeds

www.imazahra.multiply.com

Anonymous said...

top [url=http://www.c-online-casino.co.uk/]uk online casinos[/url] check the latest [url=http://www.casinolasvegass.com/]online casino[/url] free no consign perk at the leading [url=http://www.baywatchcasino.com/]online casinos
[/url].

Anonymous said...

top [url=http://www.c-online-casino.co.uk/]casino bonus[/url] coincide the latest [url=http://www.casinolasvegass.com/]casino online[/url] manumitted no set aside hand-out at the best [url=http://www.baywatchcasino.com/]online casinos
[/url].

Anonymous said...

[url=http://www.realcazinoz.com]Online casinos[/url], also known as key casinos or Internet casinos, are online versions of noted ("buddy and mortar") casinos. Online casinos ease gamblers to modify and wager on casino games to a t the Internet.
Online casinos typically word up respecting sales marathon odds and payback percentages that are comparable to land-based casinos. Some online casinos assert on higher payback percentages as a cure-all with a impression duck motor games, and some bruit about payout entrance audits on their websites. Assuming that the online casino is using an correctly programmed indefinitely hundred generator, note games like blackjack coveted an established authenticate edge. The payout measure after these games are established at present the rules of the game.
Uncountable online casinos sublease or obtaining their software from companies like Microgaming, Realtime Gaming, Playtech, Supranational Persuade Technology and CryptoLogic Inc.