Memori Rihlah Luxor-Aswan (2)
Sebagaimana yang sudah ditentukan sebelumnya, Senin (29/1/2007) petang rombongan bersiap menuju stasiun utama kereta api Ramses. Segala hal yang sudah dipersiapkan usai selesainya ujian pada Kamis (25/1/2007), dikumpulkan dan dicek lagi sebelum mengunci koper dan tas-tas besar.
Lima orang yang tinggal di Nasr City sepakat berangkat bersama dari rumah Aghi di Bawabah 3, H10, usai shalat magrib. Sementara Meri berangkat sendiri dari Asrama Buuts, yang lebih dekat ke stasiun Ramses.
Sebelum adzan magrib, Ulya datang pertama kali di rumah Aghi. Disusul kemudian Yayah yang sudah shalat magrib di rumahnya. Adon dan Alfi, kemudian ditelpon agar segera datang. Ternyata keduanya makan malam atau buka puasa dulu di sekretariat NU, tempat tinggal Adon yang hanya selisih 5 gedung dari rumah Aghi.
Saat datang, Ulya sendirian menenteng tas besar berisi pakaian dan segala bekal untuk seminggu berada di perjalanan. Sementara Yayah yang membawa sebuah koper, diantar 2 orang temannya. Aghi, Ulya dan Yayah cukup lama menunggu Adon dan Alfi. Setelah sekitar 15 menit menunggu, Adon dan Alfi pun muncul.
Karena Adon adalah sekretaris tanfidziyah dan Alfi merupakan aktifis Fatayat NU Mesir, ternyata cukup banyak yang mengantar kepergian mereka berdua. Teman-teman Adon dan beberapa pengurus teras Fatayat NU pun tampak membawakan tas dan koper keduanya yang cukup banyak.
Saat melihat hal demikian, salah seorang teman serumah Aghi pun nyeletuk, mau berangkat rihlah saja yang megnantar seperti orang mau berangkat haji. Tawa pun pecah di tempat tinggal Aghi yang berupa flat dengan 3 kamar tidur itu.
Setelah 5 orang berkumpul semua, mereka hendak segera pamit. Namun mengingat sebentar lagi adzan isya, disepakati perjalanan dimulai usai shalat isya saja. Daripada harus shalat di stasiun, repot menjaga barang bawaan, semua memandang sebaiknya shalat dulu sebelum jalan.
Menunggu shalat isya, pengecekan barang bawaan kembali dilakukan. semua saling mengingatkan kalau-kalau ada hal yang belum terbawa. Benar saja, Ulya rupanya belum memegang paspor. Padahal yang namanya di negeri orang, perjalanan jauh tentu saja lebih aman membawa paspor. Maka terpaksa larilah Ulya kembali ke rumahnya dulu yang berjarak sekitar 700 meter.
Tepat usai shalat isya, rombongan rihlah pamitan. Karena kebetulan ada Bapak Fadlolan, MA. (Wakil Rais Syuriah NU Mesir) yang sedang berkunjung ke rumah itu, pelepasan pun dilakukan dengan membaca doa bersama-sama.
Setelah keluar rumah, demi menjaga kesejahteraan dan ketentraman di perjalanan nanti, semua menyempatkan mampir ke supermarket untuk membeli beberapa makanan lagi. Setelah itu, Aghi ditugaskan mencari mobil angkutan umum untuk dicarter menuju stasiun Ramses. Hal ini jelas lebih baik daripada harus mengambil 2 taksi, karena harus terpisah sementara harga tidak lebih murah.[]
No comments:
Post a Comment