Memori Rihlah Luxor-Aswan (1)
Berawal dari keisengan pernyataan yang terlontar saat rihlah ke Alexandria. Saat itu, nampak beberapa peserta rihlah yang diselenggarakan oleh Informatika sudah menginjak tingkat 3. Salah seorang di antara mereka pun, di tengah ramainya rihlah "ngeteng" itu, mengajak agar para kru dan keluarga Informatika mau rihlah bersama ke tempat yang lebih jauh, Luxor-Aswan.
Konon, Luxor-Aswan merupakan tujuan utama para turis yang ingin menyelami kebudayaan Mesir kuno. Maka pada rihlah Alexandria yang diselenggarakan sekitar pertengahan Maret 2006 itu, salah seorang kru yang sudah mau naik tingkat 4 dan membayangkan bakal segera pulang ke tanah air, mengingatkan supaya dapat travelling ke Luxor-Aswan sebelum lulus di Al-Azhar.
Dengan senang hati, beberapa rekan, terutama yang sudah tingkat 3 dan akan segera naik tingkat 4, menyambut ajakan itu. Sudah jamak diketahui, bahwa rihlah Luxor-Aswan yang terhitung murah-meriah adalah yang diselenggarakan Nadi Wafidin. Maka, Nadi Wafidin yang merupakan lembaga resmi pemerintah Mesir yang menangani pelajar/mahasiswa asing, menjadi tujuan yang disepakati.
Karena lewat Nadi Wafidin, semua keperluan transportasi, akomodasi, penginapan dan konsumsi lebih terjamin. Selain itu, biaya yang diperlukan lebih murah dari penyelenggara rihlah Luxor-Aswan swasta.
Setelah turun pengumuman kenaikan tingkat sekitar Agustus 2006, yang tadinya sepakat rihlah bersama menuju Luxor-Aswan pun berkonsolidasi lagi. Hanya saja, kemudian hanya nampak 2 orang yang benar-benar sepakat.
Mengetahui jumlah yang terlalu sedikit, gerilya mengajak rekan yang lain pun dilakukan. Di saat cukup mepetnya mulai pendaftaran anggota baru Nadi Wafidin, 1 orang berhasil dibujuk. Maka, sekitar pertengahan September 2006, 3 orang pun mendaftar, meski di saat bersamaan juga tetap mengajak dan mengompori orang lain agar dapat bergabung.
Akhir September 2006, 3 orang lagi mendaftar ke Nadi Wafidin. Jadilah geng berjumlah 6 orang sepakat untuk bertsama-sama menuju Luxor-Aswan. Saat mendaftar, diketahui sebenarnya cukup banyak mahasiswa Indonesia yang juga mendaftar ke Nadi Wafidin. Hanya saja, 6 orang yang sudah sepakat untuk berangkat bersama itulah yang kemudian menjadi satu geng khusus.
Melihat rihlah Luxor-Aswan tahun-tahun sebelumnya yang selalu ramai peminat, geng ini pun secara aktif menanyakan kapan dibuka pendaftaran rihlah Luxor-Aswan. Karena kalau kalah cepat, bisa-bisa tidak mendapatkan kursi yang memang terbatas sekitar 190 untuk seluruh anggota Nadi Wafidin dari semua negara.
Beruntung, saat pendaftaran rihlah Luxor-Aswan sekitar akhir November, 6 anggota geng mendapatkan nomor cukup atas, meski di atas 20. Itupun sudah kalah cepat dibanding beberapa nama yang juga berasal dari Indonesia.
Kejadian cukup mendebarkan terjadi saat penentuan gelombang pemberangkatan rihlah Luxor-Aswan. Apalagi penentuan yang dilakukan secara acak oleh pihak Nadi Wafidin ini dilakukan di tengah-tengah masa ujian. Sekitar pertengahan Januari 2007, semua yang telah mendaftar rihlah Luxor-Aswan diminta datang untuk melihat namanya berada di gelombang berapa.
Dibagi menjadi 4 gelombang, mahasiswa Indonesia kebanyakan ketar-ketir berharap namanya menyatu dengan anggota gengnya masing-masing. Dan, mungkin karena doa dan sedikit pendekatan kepada Direktur Nadi Wafidin yang terlihat selalu cool, 6 orang anggota geng yang sudah sepakat sebelumnya tetap berada di satu gelombang, yaitu pemberangkatan ke-3 pada 29 Januari 2007.
Jadilah Adon (Arif Ramdhan), Aghi (Agus Hidayatulloh), Ulya (Dulyamani), Alfi (Alfiyah Sari), Meri (Maria Ulfa) dan Yayah (Yayah Fajriyah) tetap tersenyum berada di 1 geng.[]
No comments:
Post a Comment