Friday, February 09, 2007

Tengkar Dulu Sebelum Masuk Hotel

Memori Rihlah Luxor-Aswan (4)

Bagaimana rasanya jenuh dalam kereta, harus dilalui selama kurang lebih 14 jam. Sebenarnya tidak terlalu jenuh, apalagi semua anggota geng hampir selalu punya obat untuk membuat tertawa. Ada saja alasan atau permainan yang membuat rasa kantuk menghilang. Soal mengganggu penumpang lain, terpaksa dikesampingkan dulu. Praktis selama hampir 14 jam itu dalam kereta, kami berenam tidur kurang lebih 2-3 jam, itupun terputus-putus.


Saat dalam kereta, Ustad Majdi yang ditemani 2 orang perempuan Mesir, Madam Ikhlas dan Miss Najla --sama-sama staf Nadi Wafidin-- memberitahukan pembagian kamar ketika sampai hotel kelak. Setiap kamar terdiri antara 2-3 orang. Ini pun masih sempat bisa dinegosiasikan, jika ingin tukar teman sekamar --asal bisa meluluhkan hati para musyrif tentunya.

Kereta jurusan Aswan (210 km selatan Luxor), berhenti di stasiun Luxor sekitar pukul 13.30. Peserta rihlah Nadi Wafidin pun berhamburan keluar, seakan harus balapan untuk mendapatkan kursi di bus yang akan membawa mereka ke hotel.Ternyata sampai di luar stasiun bus yang dicarter belum tampak. Semua pun bengong dulu beberapa saat, beberapa di antaranya terlihat menguap tanda kurang tidur saat di perjalanan.

Baru sekitar 5 menit kemudian, bus yang dinanti tiba. Di bawah terik matahari yang cukup panas, semua peserta bergegas memasukkan koper dan tas bawaannya ke dalam bagasi bus. Sementara peserta perempuan banyak yang berlarian berebut naik bus lebih dulu. Sayang saat merasakan hawa dalam bus, seperti tak ada udara ber-AC terasa. Maklum, bus yang ada tidak bisa dikatakan "cling", kelihatan sudah cukup berumur, bersaing dengan sopir yang mengemudikannya yang ditaksir berusia sekitar 55-an tahun.

Meski hanya sedikit efek AC yang terasa, udara dalam bus cukup terbantu oleh angin yang cukup sejuk. Apalagi saat bus berjalan, terasa hawa segar masuk melalui jendela-jendela bus yang sengaja dibuka. Di saat musim dingin seperti ini, Luxor memang masih panas --terbukti dengan masih muncul dan perkasanya sinar matahari di waktu siang--, tapi tetap saja udara sejuk musim dingin terasa.

Tidak sampai 30 menit perjalanan dari stasiun, bus sudah berhenti di depan sebuah hotel. Tertulis dengan jelas nama hotel itu, Karnak Hotel. Dilihat dari luar, tidak terlalu megah sebenarnya. Tapi melihat tanda yang ada di bagian resepsionis, hotel itu termasuk level bintang tiga. Lumayan, hawa AC cukup terasa di lobi hotel, dimana kami menunggu pembagian kunci kamar.

Saat menunggu itulah, terdengar suara keras seperti orang bertengkar. Rupanya Ustad Majdi sedang berselisih dengan pihak hotel. Setelah disimak lebih jauh, rupanya ada beberapa kamar yang sebelumnya telah dibooking Nadi Wafidin, terpaksa diserahkan kepada orang lain karena pihak hotel menganggap kami datang terlambat. Adu mulut pun tak dapat dihindarkan.

Tapi seperti biasanya orang Mesir, bertengkar dengan suara keras belum tentu dengan emosi. Begitu juga pertengkaran ini terjadi. Setelah beberapa saat saling adu argumen, dicari solusi win-win solution. Akhirnya pihak hotel tetap mencarikan kamar kosong, meski tak sesuai dengan bookingan semula. Walhasil, pembagian kamar peserta rihlah seperti yang telah tertuang dalam perjanjian di kereta, berubah lagi. Beruntung, geng kami tidak terpencar. Tiga cowok berada pada satu kamar, sementara 3 cewek sedikit terpisah, karena Yayah harus tergabung di kamar lain, berpisah dengan Meri dan Alfi yang memiliki kamar sendiri.

Meski demikian, tak menghalangi kekompakan kami berenam. Sebelum membawa barang ke kamar masing-masing, semua berkumpul dulu agar tahu dimana letak masing-masing kamar. Kamar cowok dan Yayah ada di lantai 3, sementara Meri dan Alfi ternyata ada di lantai 4.

Setelah berpencar ke kamar masing-masing untuk istirahat sejenak dan menunaikan shalat, peserta rihlah dipersilakan langsung menuju restoran di lantai dasar. Makan siang dengan menu ayam panggang terasa begitu nikmat, apalagi karena dalam perjalanan sebelumnya yang melelahkan itu praktis tidak makan berat, hanya cemilan makanan kecil. Porsi makan siang ini sebenarnya pas di waktu normal. Namun karena merasa letih dan lelah, banyak yang minta tambah nasi dan sayurnya.

Setelah itu, semua peserta berkumpul di lobi hotel untuk memulai lawatannya. Ustad Majdi pun mengumumkan bahwa pada hari pertama di Luxor, akan ada dua tempat tujuan, yaitu Karnak Temple dan Luxor Temple.[]

No comments: