Wednesday, February 14, 2007

KOMPAS: Tulisan Muncul di Koran Harus Lalui 5 Tahap


Wartawan senior harian KOMPAS, Musthafa Abd Rahman mengatakan, sebuah tulisan harus diseleksi secara ketat sebelum muncul di koran atau majalah, apalagi media berskala nasional. Menurutnya ada 5 tahap yang harus dilewati agar tulisan dinilai layak dibaca khalayak ramai.

Di depan sekitar 30-an peserta Training Leadership dan Kepenulisan KSW, mantan Pemred Buletin HIMMAH PPI Mesir (1988-1990) ini menyampaikan materi "Bagaimana menjadi Penulis Hebat". Dengan gayanya yang khas, Pak Mus --demikian akrab dipanggil-- menyebutkan satu per satu langkah yang harus dilalui.

Pertama, tulisan dibuat oleh wartawan atau penulis dari luar. Kedua, masuk ke meja editor untuk diperiksa bahasanya. Ketiga, harus melalui redaktur pelaksana sebelum masuk ke meja ke-4, desk sunting. Sedangkan langkah terakhir sebelum benar-benar tampil di koran atau majalah, diteliti dulu oleh pimpinan media, baik pemimpin redaksi atau wakilnya. Di bagian pimpinan ini, tulisan hanya dilihat secara politis atau isi yang terkandung, apakah layak dimuat dan tak menimbulkan kontroversi berlebihan. Karena bagaimanapun, jika suatu media berbuat salah, pemred lah pihak pertama yang dimintai keterangan.

Mendengar penjelasan seperti itu peserta training hanya manggut-manggut. Sebuah ilmu yang sebelumnya sama sekali tak diketahui bisa mereka dapatkan secara gratis. Ya, peserta memang tak ditarik iuran sepeserpun untuk mengikuti training selama 2 hari ini.

Selain itu, Pak Mus yang sedang menempuh program doktoralnya di sebuah universitas di Beirut, Libanon, juga menjelaskan beberapa wawasan lainnya yang sangat berharga. Menurutnya juga, ada dua unsur yang terdapat dalam proses menulis. Pertama adalah seni menulis, yang merupakan fitrah atau bawaan. Sedangkan yang kedua adalah ketrampilan yang harus dilatih terus-menerus.

Peserta pun selama sekitar 1,5 jam tak henti-hentinya memperhatikan dengan seksama setiap kalimat yang terucap dari jurnalis paling senior di Kairo itu. Apalagi ada sesi tanya jawab, maka dengan sigap peserta memanfaatkan secara baik-baik kesempatan emas bertatap langsung dengan wartawan yang sudah hampir 16 tahun bergabung dengan KOMPAS itu.

Sebelum Pak Mus presentasi di sesi terakhir hari itu, ada 2 materi tentang "Mengenal Kepenulisan Non-Fiksi" yang dibawakan oleh Ridlwan, MA (dosen UIN Yogyakarta) dan "Mengenal Kepenulisan Fiksi" yang dibawakan oleh Nanang Musha (sastrawan muda Kairo).

Sementara di hari sebelumnya, Senin (12/2/2007) 2 materi disampaikan oleh Fakhruddin Aziz, Lc. (Manajemen Konflik) dan Iswan Kurnia Hasan, Lc. (Membangun Kekuatan Tim). Selain materi-materi itu, panitia penyelenggara didampingi panitia pengarah menyediakan banyak bentuk acara yang membuat peserta dengan enjoy menikmati keseluruhan acara. Sehingga, meski acara berlangsung sejak jam 10 pagi sampai jam 8 malam, peserta betah duduk lesehan di Auditorium Griya Jateng.[]

Bawabah Tiga, 14 Februari 2007

No comments: