Monday, April 10, 2006

Di Balik Kemenangan Mutlak PKS di Mesir

"Selamat atas kemenangan mutlak PKS di Mesir," begitu bunyi sebuah postingan di satu milis antar warga mahasiswa Indonesia di Kairo. Ketika ditelusuri, postingan itu ternyata dikirim oleh seorang aktivis PKB Mesir.
Rupanya aktivis PKB itu sempat kaget juga, melihat daftar hasil penghitungan suara yang menyebutkan PKS menang mutlak dengan mengantongi 63,9 persen dari 1.761 suara sah. Padahal pada pemilu 1999, PKS 'hanya' memperoleh sekitar 500-an suara, itupun sudah menang telak atas saingan-saingannya. Sementara PKB kali ini hanya bisa mengumpulkan 278 suara, tidak beranjak jauh dari perolehan suara pada pemilu 1999, yang berjumlah sekitar 250-an suara. Begitupun masih mampu berada di tingkat dua. Apa gerangan yang menyebabkan kemenangan PKS Mesir sedemikian mutlak ini? Ada beberapa hal yang dapat dijadikan faktor kemenangan ini.
Pertama, bisa jadi, hal itu disebabkan karena 'kampnye' yang mereka lakukan adalah jauh sebelum pemilu ini. Di mana mereka gencar memberitakan setiap kegiatan positif riil di masyarakat. Kedua, hal lain yang cukup menarik suara, tentu saja nama Dr. Hidayat Nur Wahid yang 'kebetulan' bercokol di urutan teratas caleg DPR-RI Daerah Pemilihan (DP) II DKI Jakarta, di mana suara dari wilayah PPLN Mesir memang dilimpahkan ke situ. Dibanding caleg partai lain, tentu saja nama alumnus Gontor ini bisa dikatakan tidak ada yang menyaingi. Dr. Hidayat Nur Wahid lah, satu-satunya ketua umum partai —'terkenal'— yang berada di DP itu. Memang, ada nama KH. Zainuddin MZ, Ketua Umum Partai Bintang Reformasi di DP II. Namun, ternyata pemilih di Kairo tidak banyak yang percaya akan sepak terjang dai berjuluk kiai sejuta umat itu di kancah politik.
Ketiga, —dan mungkin inilah yang paling besar pengaruhnya— adalah karena memang basis massa PKS ada di kalangan mahasiswa. Bisa dikatakan, 90 persen pemilih di wilayah PPLN Mesir adalah mahasiswa. Memang ada beberapa pekerja di beberapa perusahaan atau sebagai pembantu rumah tangga. Namun, partisipasi para TKI ini terhitung minim. Apalagi, ada kabar bahwa beberapa TKW yang bekerja sebagai PRT tidak bisa keluar rumah pada hari pencoblosan. Lihat saja, di Indonesia, perolehan fantastis PKS terfokus di kota-kota besar yang banyak mahasiswa/pelajarnya. Melihat laporan hasil penghitungan suara di daerah-daerah, sedikit sekali raihan suara PKS. Maka tentu bukan hal yang mengagetkan sebenarnya, ketika wilayah PPLN Mesir menjadi lumbung suara buat PKS. Ditambah lagi, mahasiswa Indonesia di Kairo kebanyakan mempunyai militansi keagamaan kuat. Sentimen keagamaan yang sering diusung PKS tentu membuat mahasiswa makin tertarik.
Keempat, faktor lainnya adalah perhatian aktivis PKS di Indonesia atas kawan-kawannya di Mesir ini. Atau minimal, hubungan intens —baik struktural maupun personal— antar kader di manapun berada, terlebih dengan yang di Mesir. Hal ini dapat dilihat dari brosur, stiker dan atribut-atribut PKS lainnya yang terlihat 'wah'. Melihat atribut-atribut tersebut yang sangat baik kualitas cetakannya, diyakini atribut-atribut itu dicetak di Indonesia, lalu dibawa oleh kadernya untuk dibagi disebarkan di kalangan mahasiswa. Bandingkan dengan PKB, misalnya, yang mencetak sekian ratus atau bahkan sekian ribu atribut dengan kualitas gambar yang kalah jauh. Maklum, atribut PKB dibuat di Mesir. Menurut sebuah sumber, aktivis PKB merasa kesulitan berhubungan dengan kawan-kawannya yang berada di Indonesia. Dari sini menunjukkan, betapa jauh kualitas hubungan internal antara PKS dan PKB. an yang ar kader di manapun berada, terlebih di Mesir, yang diyakini sejak awal termasuk coblosan.
Hal lain yang dapat dijadikan bukti hubungan intens internal PKS adalah dengan kehadiran dua saksi dalam hari pencoblosan. Dua saksi itu, hanya datang dari PKS. Sementara partai lain tidak dapat menunjukkan saksinya. PKB Mesir pun, yang sempat kedatangan Wakil Ketua Umum DPP PKB Dr. Mahfud MD dan Sekretaris Dewan Syuro Arifin Junaedi sekitar bulan Juli tahun lalu, mengaku kesulitan mendatangkan saksi. Perlu diketahui, untuk menghadirkan saksi dalam pemilihan di luar negeri, setiap partai harus dapat menunjukkan surat rekomendasi dari pimpinan pusat masing-masing partai. Di Kairo, hanya PKS lah yang mampu menunjukkan surat rekomendasi itu. PKB Mesir, sebenarnya sudah beberapa hari sebelumnya mengirimkan faks ke DPP, perihal permohonan rekomendasi saksi untuk TPS di wilayah PPLN Mesir. Namun ternyata, sampai menjelang pemilihan, tak ada tanggapan dari DPP.
Mungkin, perlu dimaklumi juga, bagi DPP PKB, mengurus PKB di daerah-daerah di Indonesia, lebih menjanjikan suara yang jauh lebih signifikan dibanding 'hanya' sekadar mengurusi PKB Mesir. Namun, ketika penghitungan suara di wilayah PPLN Mesir menunjukkan kekalahan telak PKB, beberapa pengurus PKB Mesir tampak kebakaran jenggot.
"Kami tidak menyangka kemenangan PKS akan sebanyak itu," tutur seorang pengurus LPP PKB Mesir. Maklum, ketika kampanye PKB di Auditorium Wisma Nusantara pada 1 April, massa yang datang untuk menghadiri kampanye di hari terakhir itu bisa dibilang sangat meriah. Tapi rupanya, kampanye PKB Kamis itu sudah dihadiri oleh seluruh pendukungnya.
Di samping faktor-faktor itu, memang memungkinkan adanya faktor lain yang semakin membuat PKS di atas angin. Bukankah selalu ada banyak faktor, untuk membuat sebuah kejadian besar?
*Tulisan ini dimuat dalam www.kebangkitanbangsa.org pada tanggal 10 Apr 2004, 0:12

No comments: