Selama ini banyak yang tidak percaya bahwa petugas temus haji dari Kairo berbuat salah. Semua terkesan adem-ayem. Kalaupun ada gejolak, banyak mahasiswa Kairo yang lebih mempersoalkan 'apa di balik gejolak itu'? Termasuk kejadian adanya unjuk rasa temus mahasiswa di Jeddah, beberapa tahun silam. Ditengarai, hal itu terjadi karena temus mahasiswa memang dizailimi pihak tertentu.
Maka ketika Menteri Agama —waktu itu— Sayyid Agil Munawwar menyatakan bahwa temus Kairo tidak berakhlakul karimah, kontan seluruh mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Kairo menolak habis-habisan. Pernyataan itu dianggap mengada-ada dan disinyalir hanya datang dari informasi sepihak.
Nah, kali ini kita semestinya tidak bisa menolak mentah-mentah sinyalemen Sayyid Agil Munawwar. Mungkin memang benar waktu itu Sayyid Agil kurang mempertimbangkan masak-masak sebelum memberikan pernyataan yang amat menampar muka mahasiswa Kairo itu.
Tapi sekarang, nampaknya kita juga tidak bisa menahan keinginan Manteri agama Maftuh Basyuni yang menginginkan terjadi perubahan dalam mekanisme temus Kairo. Bagi yang hadir pada acara silaturahmi dengan alumni-alumni Al-Azhar yang diseleggarakan di lapangan parkir KBRI tempo hari, berita mengenai perubahan mendasar dalam mekanisme temus Kairo tidaklah mengagetkan. Apalagi bagi sebagian kecil perwakilan organisasi yang sebelumnya ikut hadir dalam silaturahmi dengan Menteri Agama Maftuh Basyuni di rumah dinas KUAI KBRI Kairo di Ma'adi, Rabu (5/4).
Ketika KBRI menggelar silaturahmi dengan alumni-alumni Al-Azhar, Kamis (13/4) termasuk di dalamnya Dr. Nursamad Kamba yang kini menjabat kepala Badan Urusan Haji di Jeddah, di situ tercetus sinyalemen kuat Menteri Agama yang tidak puas dengan kinerja temus Kairo. Lebih pedas lagi, saat bertatap muka langsung dengan jajaran DPP-PPMI dan beberapa perwakilan organisasi, dengan lantang Menteri Agama mengatakan kecewa dengan temus Kairo. Hal ini jauh berbeda dengan harapan Presiden PPMI yang dalam sambutan sebelumnya berharap agar temus Kairo ditambah. Bahkan Menteri Agama pernah menginstruksikan kepada Kepala BUH agar temus Kairo cukup 10 saja.
Hal ini ternyata bukan tanpa sebab. Kalau dulu mahasiswa Kairo bisa membuktikan bahwa Sayyid Agil salah persepsi, mungkin sekarang akan kesulitan menjawab tudingan Maftuh Basyuni. Sebuah informasi dari sumber terpercaya mengatakan, saat berlangsungnya musim haji beberapa saat lalu, memang ada temus Kairo yang 'nyambi' berjualan secara gila-gilaan.
Yang namanya berjualan, tentu ingin mengeruk untung sebanyak-banyaknya. Ternyata hal inilah yang dilakukan sebagian kecil temus Kairo. Naasnya, hal ini kemudian dikomplain oleh pembeli yang merasa tertipu.
Ceritanya, ada temus Kairo yang berjualan kartu perdana handphone di Jeddah, sebagai pusat kedatangan para jamaah haji. Normalnya, setiap paket harganya 130 riyal Saudi (SR) dengan pulsa sebesar SR.200. Nah, ternyata ada temus Kairo yang berjualan sesuai isi pulsa: SR.200! Hitung saja keuntungan yang didapat, belum lagi satu hari kadang bisa sampai terjual 20 paket kartu perdana!!!
Tentu saja hal ini tidak menjadi masalah kalau pembeli ikhlas. Nyatanya, ada pembeli yang merasa dibohongi dan melaporkan hal ini kepada pihak yang berwenang. Karena ketika sampai Mekkah, dia tahu jamaah haji yang lain membeli hanya dengan sedikit selisih dari harga resmi, masih jauh di bawah angka SR.200. Tahu dikebiri seperti itu, jamaah haji melakukan protes dan ternyata terdakwanya adalah temus Kairo.
Sebenarnya hanya sebagian kecil dan teramat kecil yang melakukan praktek kurang baik seperti ini. Namun, semua tidak mau tahu, kesimpulannya adalah bahwa yang melakukan praktek penipuan adalah temus Kairo!!! Benarlah kata pepatah, karena setitik nila, rusak air susu sebelanga.
Idealnya kita mungkin bisa protes ketika pihak Menteri Agama mengecap semua temus Kairo kinerjanya mengecewakan, karena yang melakukan hanya satu-dua orang saja. Tapi dalam hal ini, mungkin sebaiknya kita mesti mendahulukan untuk introspeksi diri terlebih dahulu. Posisikan bahwa yang butuh temus adalah kita, bukan Menteri Agama, terbukti bahwa Menteri Agama tadinya mencukupkan 10 orang saja temus dari Kairo. Akan sangat bijak rasanya kalau PPMI mau mengumpulkan tim temus untuk diajak evaluasi diri. Kira-kira apa yang perlu diperbaiki untuk menjaga nama baik mahasiswa Kairo. Sedikit disayangkan, ada sumber yang menyatakan bahwa PPMI seperti tidak mau tahu selepas tim temus memberikan iuran wajib. Habis manis sepah dibuang, begitu kira-kira kata sebagian orang yang menjadi temus PPMI. Karena setelah iuran wajib itu, semua seperti tak ada kaitannya sama sekali dengan PPMI.
Barangkali, kejadian memalukan seperti di atas juga belum diketahui PPMI. Karena kalau PPMI sudah tahu, tentu mestinya sudah mengambil langkah tegas agar hal semacam ini —tidak hanya kejadian yang persis sama— tidak terulang di masa mendatang. Bagaimanapun juga, meski yang berangkat temus hanya 100 orang, tapi di pundak mereka semuanya lah seluruh muka mahasiswa Kairo dititipkan. Apa yang mereka (atau sebagian dari mereka) kerjakan, itu pulalah yang dianggap dikerjakan oleh 4000 mahasiswa Kairo.[]
Griya Jateng, 15 April 2006
1 comment:
yoi. gw stuju itu. soale gw buktiin ndiri wkt gw tmus, kbtulan kebagian tgs d mekah. ternyata emang temen gw satu sektor, kerjaanya dagang mlulu, kalo pas lg bgian tugasnya dia ngilang, nyari 1/2 mati, hp di matiin, gw ampe bingung gaji dah naek jd 55 dollar sehari, masih aje dagang, maruk benget pikir gw. trus kalo pas lg da order dorong, die lgsung aje nyamber, cabut ke harom,,,,padahal tgs pnmpatan dia blom kelar. emang parah !. ampe ada opini dr ptgs jakarta dan kesehatan kt mrk "emang temus mahasiswa itu nakal". bayangin aje yang ngelakuin satu orang, yang terimbas citra jeleknya semua temus mahasiswa. kan brabe.
jd gw hara kdpnya, mhn sadar lah dr para calon temus thn depan,,anda di gaji tuh bwt ngelayanin jemaah haji, jgn ampe makan gajki buta, kalo prinsip gw sihhh, orang kaya di atas gajinya syubhat...kagak berkah...smg Allah mengampuni kita semua..amin thanx
Post a Comment