Sudah cukup lama, PCI-NU Mesir terpaksa 'menabrak' struktur NU yang sudah tertata di pusat. Sabtu, 7 Agustus 2004, peserta Konfercab III PCI-NU Mesir sepakat untuk membuat lembaga baru guna menangani penataan kaderisasi di internal PCI-NU Mesir. Berikutnya, tim formatur pun menyepakati membentuk lembaga bernama LKNU (Lembaga Kaderisasi Nahdlatul Ulama) untuk mewujudkan aspirasi warga dalam Konfercab III yang telah lewat.
Dikatakan 'menabrak', karena memang lembaga bernama LKNU tidak ditemukan dalam kamus NU sebelumnya. Padahal, menurut aturan yang berlaku di NU, semua lembaga dan lajnah yang dibentuk di setiap tingkat kepengurusan harus menginduk pada PBNU. Itu artinya, nama lembaga dan lajnah juga harus sama dengan apa yang dibentuk oleh PBNU. Dan hingga detik ini, PBNU tidak pernah mengenal lembaga bernama LKNU.
Namun, berdasarkan kebutuhan lokal NU Mesir, dibentuklah lembaga yang khusus menangani bidang kaderisasi ini. Alasan lain, juga setelah melalui komunikasi intens selama ini dengan pihak PBNU, utamanya Ketua Umum Tanfidziyah PBNU Drs. KH. Hasyim Muzadi. Dalam beberapa kali kesempatan, Cak Hasyim pernah menyinggung tidak perlu kakunya PCI-NU Mesir membaca AD/ART. Dengan begitu, atas dasar pertimbangan internal NU Mesir, bisa diartikan, adanya LKNU di struktur PCI-NU Mesir tidaklah menjadi permasalahan yang harus menguras tenaga untuk sekadar diperdebatkan.
Mengurangi Beban Lakpesdam
Dalam periode 2002-2004, bahkan sejak sebelum periodenya duet dr. Mustafid Dahlan-Bukhori SA., Lc. ini, bidang kaderisasi selalu ditangani oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam). Dalam penanganannya, karena Lakpesdam lebih intens menggeluti bidang kajian keilmuan kontemporer, maka dibuatkan lagi divisi kaderisasi, bersandingan dengan divisi kajian dan riset. Dalam kenyataannya, bidang kaderisasi ini kurang bisa digarap seriusa. Akibatnya, cukup telak buat PCI-NU Mesir, yakni tidak sedikitnya kader potensial NU Mesir harus 'lari' mencari tempat aktivitas lain.
Minimal ada dua hal yang menjadikan sebab kurang maksimalnya penggarapan bidang kaderisasi ini. Pertama, karena kebanyakan staf Lakpesdam, bahkan sampai mereka yang duduk di divisi kaderisasi pun, lebih giat dan enjoy beraktivitas dalam bidang kajian dan riset. Kedua, stigma yang sudah kadung menempel kuat di benak kebanyakan masyarakat Indonesia di Mesir, bahwa Lakpesdam adalah sarang orang-orang yang dianggap berpikiran liberal (kiri). Padahal, kita tahu bahwa warna ideologi Masiko -yang nahdliyin pun- sangat majemuk. Atas dasar itu pula, kemudian diusulkan pemisahan bidang kaderiuasi dari Lakpesdam yang kemudian memunculkan makhluk baru bernama LKNU.
Hingga saat ini, program paling riil yang sudah dilaksanakan LKNU adalah penyelenggaraan Opaba (Orientasi dan Penerimaan Anggota Baru) pada awal Februari lalu. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Opaba diminati cukup banyak mahasiswa baru. Bahkan tahun ini juga menunjukkan angka cukup menggembirakan: sekitar 170 hingga 200-an.
Sebagai follow-upnya, dibentuklah wadah kumpulan anggota PCI-NU Mesir alumni Opaba 2005 yang menamakan diri mereka angkatan Sapu Jagad. Cukup menggembirakan, angkatan Sapu Jagad ini sudah melakukan beberapa aktivitasnya seperti kajian dwi mingguan. Belum diketahui pasti, apakah bisa ditingkatkan mienjadi kajian setiap akhir pekan misalnya, sebagaimana yang dilakukan oleh angkatan Rabbani alumni Opaba 2002. Melihat, jumlah anggota Sapu Jagad jauh di atas anggota Rabbani yang hanya berkisar 50-an. Sehingga, diharapkan lebih banyak anggota lagi yang berkesempatan menguji kemampuan diri mereka membuat makalah dan berdiskusi. Mungkin memang, tidak usah muluk-muluk dulu, yang penting kajian ini dapat diaktifkan secara, kontinu tentu akan baik sekali dan banyak manfaatnya.
Yang perlu diperhatikan di sini, adalah sangat dibutuhkannya perhatian dari pengurus, dalam hal ini LKNU tentu saja. Sebagai anggota baru, meski dengan segala kemampuan dan bakat -yang kebanyakan mungkin masih terpendam-, tentu untuk mengasah kemampuan diperlukan bimbingan dan arahan yang tepat. Sedikit saja ada yang tidak terperhatikan, dikhawatirkan bakal makin memperpanjang kader handal NU yang mencari aktivitas di luar NU.
Ini merupakan satu garapan besar yang tepat berada di depan mata seluruh staf LKNU. Dibutuhkan soliditas dan loyalitas tinggi dari seluruh staf LKNU untuk menggarap bidang yang amat urgen ini. Secara internal, Ketua LKNU harus mampu mengkoordinir para stafnya untuk berbagi tugas dan saling mengisi secara baik. Tentu saja, kerjasama antara ketua dan para staf LKNU menjadi hal yang sangat urgen. Bukan tanggungjawab ketua saja, tapi seluruh staf juga harus merasa memiliki kewajiban dan dapat meluangkan waktu untuk sekadar memikirkan bagaimana baiknya LKNU.
Urgensi Data Base
Jika sudah bisa solid secara internal, tentu tidak akan terlampau sulit bagi LKNU untuk meneruskan seluruh program-programnya. Semua tugas dibagi secara adil dan dikerjakan bersama-sama. Data base misalnya, yang selama ini kurang terperhatikan -bahkan tidak hanya di lingkup PCI-NU Mesir saja, tapi sudah menjadi permasalahan cukup pelik bagi kepengurusan NU di mana saja-, harusnya dapat digarap secara lebih baik.
Bekerjasama dengan Sekretaris Tanfidziyah misalnya, data base dirapikan dengan semestinya. Kotak-kotak kosong yang masih banyak menghiasi tabel anggota NU Mesir, sudah seharusnya segera dilengkapi. Jika kebetulan staf LKNU sudah cukup menjadi representasi kewilayahan dari seluruh nusantara, antar staf dapat saling berbagi tugas mencari kekurangan data anggota, terutama dari daerahnya masing-masing. Mulai dari nama, foto, nama orang tua, tempat tanggal lahir, alamat di Indonesia dan Mesir (lengkap dengan nomor telpon dan handphone), almamater, kekeluargaan, nomor paspor, alamat email, fakultas/jurusan dll.
Bukan tugas mudah memang dan butuh waktu, tapi karena melihat urgensi data base ini sebagai pijakan kuat untuk semakin memperbaiki administrasi PCI-NU Mesir, diharapkan tidak mengendurkan semangat kerja LKNU. Tentu akan semakin baik misalnya, jika kemudian dilanjutkan dengan penelusuran minat dan bakat masing-masing anggota yang sudah ada dalam data base. Dari sini, PCI-NU dapat lebih mengembangkan sayapnya lagi untuk menumbuhkembangkan setiap kemampuan anggotanya.
Jika dapat digarap secara rapi, teliti dan telaten, tentu akan menjadi warna baru dan prestasi tersendiri bagi PCI-NU. Ke depan, jika setiap kemampuan anggota dapat terdata dan tergarap secara baik, angan-angan untuk menempatkan kader PCI-NU di tanah air tinggal menunggu waktu. Memang masih jauh, tapi bukan tidak mungkin hal ini dapat dijadikan kenyataan.
Manfaat lain dari diketahuinya bakat dan minat setiap warga NU, adalah memudahkan bagi lembaga dan lajnah lain dalam mengkader stafnya. Selama ini, kaderisasi di setiap lembaga/lajnah belum tertata secara rapi. Jika kemudian pemetaan kemampuan warga NU benar dapat diwujudkan, tentu akan lebih mudah bagi PCI-NU Mesir untuk menyusun kepengurusan pada masa-masa mendatang, karena setiap lembaga/lajnah sudah memeiliki kader khusus. Hal ini juga mengundang perlunya koordinasi dan kerjasama yang baik antar lembaga/lajnah. Terlebih, antara setiap lembaga/lajnah dengan LKNU, supaya terjadi pembagian jumlah aktivis secara adil dan tepat di setiap lembaga dan lajnah.
Tulisan ini bukan menggurui sekadar mengingatkan saja.
Cairo, 12 April 2005
* Tulisan ini dimuat dalam buletin Afkar PCI-NU Mesir, April 2005
1 comment:
RSI Sakinah Mojokerto telp/sms : +6285648280307 melayani :
1.Umum
2.Asuransi
3.dan lain - lain.
Post a Comment